Merekalah yang selalu bertanya-tanya apa alasan Kelvin tidak menikahinya, jika tidak bisa mengapa tidak mencari gadis yang lain saja? Akan tetapi bukan itu masalahnya, mungkin bisa saja ada ribuan gadis di luar sana yang bersedia bersamanya, tapi apakah harus Kelv mengecewakan gadis yang lebih dulu sudah begitu rela menatap penghidupannya yang tiada warna.
Oleh karena itu dia selalu diam dan diam, biarkan gadis yang dia pilih itu memutuskan. Dan biarkan ungkapan perasaannya terungkap melalui bibirnya dengan segala kata yang menyangkut rasa cinta, biarkan dirinya juga yang menumpahkan segala warna-warna indah yang memesona itu ke dalam penghidupan yang tiada makna saat ini baginya.
Telah diramalkan hari, waktu yang pasti dia akan menjawabnya, dan semua orang akan berhenti untuk berbicara dari belakang, mungkin benar, hanya pembuktian yang akan menyelesaikan segala kedewasaan, bersamaan dengan keresahan hati atas penyesalannya yang menggelora oleh lontaran kata-kata yang
Di pinggiran gubuk-gubuk tua itu dia masih berdiri bergelut dengan pikirannya yang tengah kacau, tepat sekali di depan matanya kertas perjanjian itu robek kemudian hangus oleh sisa-sisa arang pembakaran. Kelv tahu dia pasti sangat marah setelah menyaksikan apa yang telah Kelv perbuat, kemudian secara sengaja lelaki itu pun meludah, menepuk tangan kekarnya penuh gaya, seraya membuka kain yang menutupi tubuhnya dan berkata, “Mari kita bertarung!”Kelvin yang mendengar ocehan lelaki tadi langsung memperlihatkan wajah dinginnya dan mendengus malas, menatap remeh pada lawannya. Baginya dia hanya lah seekor semut kecil yang tersesat di tengah hutan belantara saja, dan tidak tahu harus pulang ke mana. Namun sayangnya lelaki itu sudah bertindak yang melampaui batas, yang tak seharusnya lah untuk semut itu menantang hewan buas yang tidak berselera untuk membunuhnya.Kemudian Kelvin dengan tenangnya hanya melirik ke arah arloji yang sering kali ia kenakan, lalu berpi
Jika memang seorang anak kau anggap sebagai permata, lantas mengapa dahulu kau buang aku hingga menjadikan aku sebagai orang yang selalu berdiri menantang kehadiran sang takdir.****Kala itu saat hujan turun dibulan Desember pada beberapa tahun silam, tampak dari bawah lindungan nestapa pada langit-langit jembatan layang, seorang bocah kumuh, penuh akan noda pada pakaiannya, merintih meminta pengharapan dari sang kuasa untuk memberikan setitik Rohmat, kasih sayang, belas kasih dari orang-orang untuk menghibahkan sedikit, setitik, sekecil hartanya untuk mereka makan. Biar lah hari ini bocah malang itu mendapat makan, biar lah berikan mereka kebahagiaan atas kemalangannya, lantaran dibuang, diasingkan oleh keluarga sendiri, tak peduli mereka masih hidup, mati, ingat, ataupun lupa akan diri, bahwa harta tidak akan pernah dibawa mati, melainkan belas kasih dan amal yang akan mengantarkan dirinya sendiri menuju jalan kerohmatan yang mana menjadi balasan dari sang maha pencip
Di sebrang jalan, berjejer sebuah kendaraan beroda dua merapat mewah, tampak begitu gagah pula orang yang menyalakan deru mesin motornya menyibak desingan suara yang melalak bagai gonggongan buas seekor anjing pemburu ditengah-tengah gelapnya rimba, seakan mengganggu keamanan suasana terminal dikala setelah usai reda hujan. Tatkala Kelvin berpikir bahwa yang dilakukannya itu bukanlah hal yang tidak disengaja, melainkan memang ingin memancing emosinya kembali agar secepatnya turun tangan, seraya menghajar para muka-muka yang baginya tidaklah menyenangkan.Kakinya melangkah turun dari atas tangga penuh akan wibawa, satu dua dari mereka juga tampak begitu sigap berbaris sambil menatap tajam sebagai isyarat mengancam. Ada kala pula seorang bos besar keluar mengayunkan langkah demi langkahnya sehingga memberikan kesan aura yang sangat tajam diantara belasan para anggota Genk motor. Ya mereka terkenal dengan sebutan nama Genk motor, bahkan dalam benak kelvin pun masih terlukis jelas
Debu yang biasa berhamburan terbengkalai di jalanan, kini debu itupun bercampu dengan luruh-nya air hujan, tatkala merasa diuntungkan bagi sebagian orang.Dalam pandangan pribadi Kelvin, terminal amatlah penting, dan tonggak ini pula akan selamanya penting. Lantaran disini juga ia mencari makan, peruntungan akan nasib yang selalu diinjak orang.Ia menyibak rambut gondrongnya kebelakang, maka tampak pula pesona wajahnya yang mungkin bisa saja menarik perhatian orang, akan tetapi sayang, ia hanyalah seorang remaja yang terpandang rendahan, selalu mengutamakan amarah ketimbang mengutamakan akal. lantaran peran pangkatnya yang biasa dibilang oleh orang-orang sebagai preman. Julukan itu bukan hanya sekedar kata haraf yang tidak mengandung makna, melainkan kata preman pula berarti kata kerja yang artinya disama persiskan seperti orang merdeka, namun tetap saja hati Kelvin berkata ia hanyalah seorang budak suruhan saja. Tak pantas ia dianggap orang bebas sedangkan kenyataan yang s
Kawasan bagi orang-orang yang jantan, yakni terletak dipinggiran pasar malam, Suara teriakan-teriakan para kriminal, bos besar, bocah nakal, hingga seorang kupu-kupu malam yang hampir seluruhnya dari kalangan terlantar, jalanan, yatim piatu, pemulung, pengemis lantaran kurangnya diperhatikan orang, tampak jika dilihat dari dalam sangat lah ramai, hingga terdengar suara teriakan mereka sampai ke luar. Namun lihatlah tempatnya tidak seperti apa yang orang-orang pikirkan, melainkan jauh lebih becek, kumuh, terpencil, begitupula kotor. Akan tetapi jangan salah, Kelvin datang kesini bukan hanya untuk melihat-lihat saja sambil duduk diatas kursi-kursi pelastik serta menikmati tata–an dua botol minuman diatas meja, melainkan ia juga akan ikut bertarung. Lalu melakukan pembunuhannya sekali lagi kepada salah seorang anak buah lawan yang terpilih oleh titahan kata dari mulut basah bos besar, tak peduli yang dilakukannya itu salah atau benar, karena yang terpenting malam ini ia hanya harus mem
Sukar agar bisa kau percaya kala seorang pion dalam suatu permainan tak sengaja meluluhkan kewibawaan seorang raja, lihatlah kenyataan yang tertonton leluasa didepan mata begitu amat jelas kau juga bisa melihat, begitu juga dengan wajah dari seorang kucing liar itu bagai bara ditengah panasnya lava, agresif dan menyeramkan meninggalkan bekas goresan luka diwajahnya menghias sifat kekejamannya dalam pandangan bos besar atau juga yang kini berganti nama sebagai pelayan, tampak gigi grahamnya menggeram lantaran suatu perantara dari seorang anak buah yang sudah ia bayar mahal mahal kini tergeletak tak berdaya sambil memohon pengampunan pada detik-detik embusan terakhirnya, sayang waktunya sudah selesai tuan, kau kini telah kalah, maka tuntas lah seluruh hutangnya saat itu juga, begitu pula dengan bos besar yang sudah terlanjur luruh dalam lembah kehinaan, tatkala ia menundukkan muka dibawah gagahnya kedua sepasang kaki yang dimiliki oleh pak kucing liar. Namun sikap acuh dan dingin yang
Semilir angin malam kian berhembus, bertiup, seakan membawa dorongan kala melintas setiap ruang, nyaris ia tidak menyadari keberadaan angin, akan tetapi ada satu hal yang membuat seorang Kelvin bisa merasakan serta mendengar bahwa angin berbisik pelan dalam telinganya, namun tetap saja Kelvin tidak bisa mengerti apa yang sebenarnya sedang dikatakan angin itu, ia hanya mengangguk pura-pura mengerti lalu pergi menghiraukannya kembali. Demikian pula ia berjalan melewati setiap negeri negeri asing namun tidak tahu apa yang sebenarnya ia cari, hingga datanglah kemudian hari, kedua seorang penjaga berpangkat polisi tak sengaja berpapasan dengan Kelvin pada tengah-tengah jalan dikala heningnya suasana malam, para penjaga itu tampak tidak mencurigakan bagi pandangan Kelvin, namun setelah menanyakan sesuatu hal sontak membuatnya agak sedikit kebingungan. Lantaran ia pun tidak tahu menahu prihal apa saja mengenai maksud dari dunia luar."Kau mau kemana tuan? Apa bisa kau tunjukkan kartu
Udara terasa dingin, dingin sekali, begitu juga dengan tetesan embun yang menyejukkan jatuh dari ranting-ranting pohon tua, agaknya curah hujan yang amat lebat telah jatuh sebelum Kelvin menapakan kakinya di atas permukaan rumput yang tumbuh berjenjang luas bagai permadani, gerombolan awan menggulung berarak-arak sepanjang ujung cakrawala. Indah, memang! Akan tetapi Kelvin tidak peduli, ia hanya memilih tetap melanjutkan perjalanannya untuk terus berjalan dan berjalan lalu menyebrang, menurun, mendaki sambil menyusuri seperti seekor semut yang merayap pada sisi tepian sungai. Maka tampak pula airnya begitu amat jernih seperti cermin dua dimensi yang memantulkan keindahan langit tenda dari atas awan, semetara bumi ini sebagai tempatnya bernaung bagi seluruh makhluk hidup yang singgah didalamnya.Tiada mampu ia bayangkan mengenai dunia luar itu sangat lah luas, terlebih dengan negeri perbukitan ini yang sama sekali belum pernah Kelvin temui melalu surat kabar ataupun koran. Dari