Home / Romansa / JODOH TAK TEPAT WAKTU / 4. SEPORSI BAKSO UNTUK RINDU

Share

4. SEPORSI BAKSO UNTUK RINDU

Author: Herofah
last update Last Updated: 2022-02-20 05:47:36

Satu bulan berlalu.

 

Kehidupan yang dijalani Rindu dan Albani di Jakarta kian sulit.

Usaha Albani mencari pekerjaan tak juga membuahkan hasil padahal sisa uang simpanannya sudah pailit.

Belum lagi ditambah biaya sewa kontrakan yang sudah mendekati tempo.

Albani benar-benar kebingungan.

Kesana kemari dia melamar pekerjaan, berbekal ijazah SMAnya tapi selalu saja ditolak.

Nyatanya, benar apa yang dikatakan Syarif sahabatnya di kampung mengenai kejamnya kota metropolitan. Jika tidak kuat-kuat iman, banyak orang yang pada akhirnya menyerah pada keadaan dengan cara menghalalkan segala cara demi mempertahankan hidup.

Seharian ini setelah lelah berjalan kaki mengunjungi kantor, pabrik, ruko dan mall-mall di selatan Jakarta, Albani memutuskan untuk beristirahat di trotoar pejalan kaki sekedar merelaksasi otot-otot kakinya yang mulai keram dan kesemutan.

Sisa uang yang dia miliki di dalam dompetnya hanya cukup untuk ongkos pulang.

Adzan maghrib terdengar berkumandang dikejauhan, Albani pun beranjak dari tepi trotoar untuk kembali melanjutkan perjalanan.

Kali ini dia memutuskan untuk pulang.

Lelaki berkemeja putih itu masih menunggu metromini, ketika tiba-tiba ponselnya tiba-tiba berdering.

My wife calling...

Albani langsung mengangkatnya.

"Halo Mas? Kamu kok belum pulang udah gelap begini?" suara Rindu terdengar di seberang. Dari nada bicaranya, Albani bisa menebak pasti Rindu sangat mengkhawatirkan dirinya.

"Ini juga mau pulang, sayang," sahut Albani.

"Aku hari ini nggak masak. Gasnya habis. Mau beli uangnya kurang. Kamu beli lauk diluar ya, nanti aku masak nasi,"

Albani menarik napas lelah. Merasa bersalah. "Iya, nanti aku belikan lauk. Kamu mau apa?" tanya Albani saat itu.

"Beli bakso aja sayang, kayaknya enak uyup kuah bakso campur nasi hangat, hehehe," kekeh Rindu yang memang sangat menyukai bakso.

"Oke, nanti aku belikan bakso buat kamu. Udah dulu ya, aku mau naik metromini dulu,"

"Iya. Kamu hati-hati di jalan. Muach," Rindu memberikan kecupan jarak jauh dan Albani pun membalasnya.

Sambungan telepon itu pun terputus.

Metromini lewat, namun Albani tidak jadi naik.

Dia menatap selembar uang sepuluh ribu di dompetnya.

Jika dia naik metromini itu, sudah jelas dia tidak bisa membelikan bakso untuk Rindu.

Jadilah, Albani kembali berjalan kaki menempuh perjalanan untuk kembali ke kontrakannya malam itu.

Demi satu porsi bakso untuk Rindu.

*****

Hari sudah larut.

Namun sang suami belum juga pulang.

Rindu tidak bisa tidur.

Wanita berdaster helokitty itu terlihat mundar-mandir di depan teras kontrakannya sambil terus mencoba menghubungi Albani. Kekhawatirannya semakin menjadi-jadi tatkala panggilan dan sms nya tak juga mendapat balasan.

Kamu kemana sih Mas?

Tanya hati Rindu.

Lamat-lamat, sesosok tubuh manusia yang tertangkap indra penglihatannya berjalan gontai dari kejauhan membuat wajah Rindu berbinar.

Saat sosok itu semakin dekat, Rindu langsung mencecarnya dengan segala pertanyaan.

"Lama banget sih pulangnya? Kamu kemana dulu? Aku teleponin nggak di angkat! Aku sms nggak di bales! Aku khawatir tau! Nyebelin ihk!"

Albani tersenyum lebar mencoba menyembunyikan gurat lelah di wajahnya.

"Iya maaf. Tadi aku keasikan ngobrol sama tukang rokok," jawab Albani terpaksa berbohong. "Nih baksonya, makan gih. Kamu pasti udah laper?" dia memberikan sebungkus bakso yang dibelinya di depan gang pada sang istri.

Rindu menerimanya meski wajahnya masih saja ditekuk.

"Jangan cemberut gitu dong, cantiknya ilang tuh," goda Albani seraya mencuil ujung hidung istrinya yang bangir.

"Dapet kerjaannya Mas?" tanya Rindu meski dia sudah bisa menebak apa jawaban Albani. Suaminya itu tak bisa menyembunyikan apapun dari Rindu.

"Belum,"

Rindu memulas senyum tipis. "Kamu udah makan?" tanyanya ketika Albani sedang membuka sepatu.

"Udah," jawab Albani tanpa membalas tatapan Rindu. Dia takut ketahuan berbohong.

"Makan apa? Makan angin?" tanya Rindu seolah tahu kalau suaminya berbohong.

Albani kembali tersenyum.

"Kamu makan aja duluan. Aku mau mandi dulu," Albani beranjak ke dapur dan mengambil handuk di pintu.

Rindu mengekor langkah Albani.

"Aku beli kerupuk dulu," ucap Rindu setelah mengambil mangkuk dan piring.

Beberapa menit kemudian, tubuh Albani sudah lebih segar usai mandi, dilihatnya Rindu duduk di atas tikar di ruang depan sambil memainkan ponselnya.

"Loh, kok belum di makan?" tanya Albani yang memposisikan diri di sebelah sang istri.

"Kita makan berdua," kata Rindu yang langsung menuangkan kuah bakso beserta baksonya ke atas sepiring nasi. Lalu dia menyuapi Albani.

"Enak?" tanya Rindu sambil tersenyum.

Albani hanya mengangguk dengan tatapan yang tak lepas dari wajah sang istri.

Mendapati kenyataan hidup mereka yang semakin sulit, entah kenapa Albani tak mampu menahan bendungan air matanya yang tiba-tiba saja menggenang.

Lelaki itu menangis.

"Loh, Mas? Kamu kenapa?" tanya Rindu bingung.

Albani menyeka air matanya. Dia menaruh piring nasi di tangan Rindu ke lantai dan langsung menarik Rindu ke dalam pelukannya.

"Aku sayang banget sama kamu, Ndu. Aku minta maaf kalau aku belum bisa membahagiakan kamu," ucap Albani dengan deraian air matanya yang kembali membanjir di pipi.

Mendengar hal itu, kelopak mata Rindu langsung berkaca-kaca namun dia berusaha untuk tidak menangis. Dia melepas pelukan suaminya dan tercengir lebar.

"Aku juga sayang banget sama kamu, Mas. Siapa bilang aku nggak bahagia? Aku bahagia, Mas. Aku bahagia bisa hidup sama kamu. Ketemu kamu setiap hari. Bisa denger kamu ngorok setiap malem. Bisa mijitin kamu kalau kamu capek. Bisa masak makanan buat kamu walau hasilnya selalu keasinan, aku bahagia Mas..."

Albani terharu mendengar celoteh Rindu.

Hingga setelahnya, dia kembali meraih Rindu ke dalam pelukannya.

Rindu membalas pelukan itu sama erat.

Dia tersenyum.

Tak ada pelukan senyaman pelukan suaminya.

Malam itu, mereka menghabiskan satu porsi bakso berdua.

Hujan yang turun deras membuat Rindu terpancing untuk mengajak suaminya bercinta.

Di atas kasur lantai di dalam kamar kontrakan keduanya bercumbu dengan mesra.

Tingkah nakal Rindu membuat Albani melayang.

Rindu tahu Albani lelah, itulah sebabnya malam ini dia yang mendominasi permainan.

"Mas, besok aku ada panggilan interview," ucap Rindu menyampaikan sesuatu yang sejak dua hari lalu dia pendam.

Tentang keinginannya untuk bekerja, hitung-hitung meringankan beban Albani.

Albani tampak kaget. Dia menarik selimut untuk menutupi tubuh dirinya dan sang istri yang masih polos. Mereka baru saja selesai dengan aktifitas ranjang mereka dan kini tidur melepas lelah dengan saling memeluk.

"Kapan kamu melamar kerja?" tanya Albani.

"Seminggu yang lalu, lewat online,"

Albani terdiam.

Sebenarnya dia kurang setuju.

Tapi, jika memang Rindu yang menginginkan Albani tidak akan melarang.

"Interviewnya di mana?" tanya Albani.

"Di daerah Pasar Baru. Perusahaan Ritel,"

"Yasudah, nanti aku antar. Sekarang kamu tidur ya?"

Rindu mengangguk sambil tersenyum lebar. Dia mengecup sekilas pipi Albani sebelum akhirnya memejamkan mata untuk tidur.

Hangatnya cinta membuat keduanya tak merasakan sedikit pun hawa dingin yang menyeruak di sekitar mereka.

Hujan masih mengguyur kota Jakarta dengan derasnya, seolah menjadi saksi betapa cinta itu indah.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • JODOH TAK TEPAT WAKTU   84. EPILOG

    "Bang, ada yang nyariin tuh di luar," ucap seorang lelaki berseragam pegawai minimarket pada rekan kerjanya yang bernama Albani."Siapa?" Tanya Albani yang saat itu sedang istirahat makan siang."Nggak tau, cewek, cantik pake hijab,"Kening Albani berkerut samar. Lelaki itu lekas menyudahi acara makan siangnya untuk segera menemui sang tamu.Dan Albani menjadi terkejut saat dia mengetahui siapa wanita yang dimaksud rekan kerjanya tadi.Dia Adel.Istri dari lelaki bernama Fahri Hendrawan.*****Enam jam berlalu, Albani sudah selesai bekerja dan berniat untuk mendatangi lokasi yang dijanjikan Adel tadi siang.Sebuah cafe elit di pusat kota Jakarta."Ada apa Mba?" Tanya Albani to the point begitu Adel menyuruhnya duduk.Mereka duduk berhadapan di salah satu meja di dalam cafe bernuansa cozy itu."Saya mau tanya, apa benar Rindu istri kamu itu seorang penulis?" Tanya Adel saat itu

  • JODOH TAK TEPAT WAKTU   83. BERSAMA KITA BISA

    Hari-hari berlalu.Musim berganti dengan cepat.Waktu berputar bagai anak panah yang melesat dari busurnya.Waktu tiga tahun yang Fahri dan Rindu lalui bersama dalam kesederhanaan nyatanya lebih membahagiakan ketimbang mereka harus hidup dengan bergelimang harta dan kemewahan.Fahri mengawali karirnya dengan bekerja sebagai salah satu karyawan HRD di sebuah perusahaan di Jakarta.Sementara Rindu kembali fokus menekuni dunia literasi.Sejauh ini Rindu sudah berhasil merampungkan lima belas karya yang kesemuanya adalah novel bertema drama rumah tangga.Nama Rindu kini sudah banyak dikenal orang banyak dan pundi-pundi rupiah pun mengalir tiada henti dari semua naskahnya yang laris di pasaran.Bahkan ada beberapa naskah Rindu yang sudah dilirik oleh produser film untuk diangkat menjadi film layar lebar.Berkat kegigihan dan kesabaran mereka, lambat laun, perekonomian mereka yang sulit pun membaik dan kini R

  • JODOH TAK TEPAT WAKTU   82. MEMULAI SEMUA DARI TITIK NOL

    Semua dilakukan serba cepat.Prosesi pemakaman Azzura berlangsung khidmat.Azzura dikuburkan bersebelahan dengan makam sang Ibu, Adelia Kartika Wibowo.Saat itu, dari luar Fahri memang terlihat tegar bahkan tak ada satu tetes pun air matanya yang mengalir keluar.Dan hanya Rindu satu-satunya orang yang tahu bagaimana sejatinya perasaan sang suami saat ini.Sesungguhnya Fahri begitu rapuh.Bahkan sejak lelaki itu kembali ke Indonesia dengan membawa serta jenazah Azzura, Fahri tak sama sekali bicara. Lelaki itu diam membisu dalam duka yang menyelimuti hatinya.Kepergian Azzura benar-benar menjadi pukulan telak bagi Fahri yang membawa dirinya pada titik terendah kehidupan.Mungkin, jika tidak ada Rindu di sisinya, Fahri sendiri tidak tahu apakah dirinya masih bisa melanjutkan hidup atau tidak.Pemakaman selesai pagi itu.Awan mendung yang sudah menggelayuti langit Kota Jakarta sejak tadi malam seo

  • JODOH TAK TEPAT WAKTU   81. BERITA BURUK

    Fahri sampai di Singapura setelah melalui perjalanan yang cukup melelahkan.Lelaki itu harusnya beristirahat sejenak di apartemen, tapi dia tak melakukannya karena terlalu khawatir akan kondisi Azzura.Jadilah, sesampainya di Bandar Udara International Changi Singapura, Fahri langsung on the way menuju rumah sakit tempat Azzura menjalani kemo.Tak membutuhkan waktu lama untuk Fahri sampai di rumah sakit.Fahri kembali mengecek ponselnya sekali lagi saat telepon dan seluruh pesan yang dia kirimkan pada sang Papih dan Mamihnya tak kunjung ada jawaban.Mendadak, perasaan cemas menggelayuti hati Fahri.Fahri berjalan dengan langkah tergesa menuju lokasi di mana Azzura berada, namun dia tak mendapati sesiapapun di sana.Tak ada Azzura maupun kedua orang tuanya.Fahri bertanya pada suster rumah sakit dan lelaki itu terkejut bukan main saat sang suster mengatakan bahwa pasien bernama Azzura semalam mengalami kejang dan

  • JODOH TAK TEPAT WAKTU   80. PERTEMUAN YANG SINGKAT

    "Maafkan aku Rindu. Mungkin karena aku kemarin sempat mengganti nomor, makanya aku terlambat mengetahui informasi tentang kaburnya Surya dan Romy dari kepolisian Kalimantan," ucap Fahri saat kini dirinya dan Rindu sudah keluar dari ruangan rawat Bisma.Pasca pertemuannya dengan Januar tadi, Fahri sebenarnya ingin sekali memberi Januar pelajaran atas perlakuannya terhadap Rindu. Namun sayang dia tak mungkin melakukan hal itu di hadapan Bisma yang sedang sakit.Saat ini Fahri dan Rindu sedang berbincang di dalam ruangan rawat Yanti. Azam baru saja tertidur karena waktu yang memang sudah larut.Fahri terpaksa berbohong pada Azzura agar diizinkan untuk pergi ke Indonesia karena lelaki itu terlalu mengkhawatirkan kondisi Rindu.Sekarang, semua sudah aman.Fahri bisa lebih tenang. Itulah sebabnya dia harus lekas kembali ke Singapura."Sudah tidak apa-apa. Semuanya sudah terjadi. Besok sebelum berangkat ke Singapur, ada baiknya kamu tem

  • JODOH TAK TEPAT WAKTU   79. BERTEMU JANUAR

    Setelah insiden yang terjadi di Basemen rumah sakit dua hari yang lalu, kini Bisma sudah mendapat perawatan intensif pasca operasi akibat perut kirinya yang tertembus timah panas oleh Surya.Sementara Surya sendiri dinyatakan meninggal di lokasi kejadian saat Bisma berhasil melawan dengan balik menembak Surya. Tembakan Bisma tepat mengenai jantung Surya, itulah sebabnya Surya langsung menghembuskan nyawanya detik itu juga.Setidaknya, kini Rindu bisa bernapas lega setelah memastikan Romy dibekuk oleh polisi dan mendapat hukuman atas tindakannya yang telah berani kabur dari penjara. Romy dijatuhi hukuman pidana seumur hidup atas tindakannya tersebut.Rindu yang merasa berhutang budi pada Bisma kini harus membagi waktu yang dimilikinya untuk menjaga Yanti dan Bisma secara bergantian.Untungnya, ruangan rawat Bisma dengan Yanti tidak terlalu jauh, jadi Rindu bisa bulak-balik kapan pun dirinya mau.Pagi itu, sehabis mengantar Azam ke sekolah

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status