Di dekat Arin dan Dariel terlihat ada 1 keluarga yang sedang piknik juga. Ada sepasang ayah dan ibu, 2 anak laki-laki dan 1 anak perempuan.
Mereka terlihat bahagia. Itu membuat Dariel iri. Keluarga yang harmonis, kasih sayang dari kedua orang tua, tidak Dariel dapatkan dari kecil. Orang tuanya yang sibuk bekerja membuat Dariel tidak tahu apa itu cinta. Yang Dariel tahu, hanya neneknya lah yang selalu ada untuknya.
Saat orang tua Dariel meninggal pun ia memang merasa sedih, tapi tidak merasa kehilangan. Ia sudah biasa ditinggal bekerja oleh kedua orang tuanya. Bahkan Dariel lebih dekat dengan pengasuhnya dulu dibanding dengan ibunya.
Lihatlah… keluarga itu tertawa bersama, berlari kesana kemari, menyebarkan kebahagiaan ke seluruh orang yang ada di taman ini.
Sepertinya Dariel melewatkan sesuatu. Dari 5 anggota keluarga itu hanya ada 4 orang yang bahagia, sedang 1 orang lagi yakni sang kakak lak
Dariel keheranan saat berjalan melewati pohon tempat mereka tadi piknik “Ini kamu yang beresin sendiri? Bawa ke mobil sendiri?” Dariel menunjuk kesana sudah kosong molongpong tidak ada peralatan piknik mereka.Pantas saja Dariel heran, karena awalnya ia aneh hanya membawa cooler box saja, tambah-tambah sekarang tikar bekas mereka piknik juga sudah tidak ada.Fix. Arin bukan cewek manja.Tapi Dariel ingin Arin bermanja-manja dengannya. Untuk bergandengan saja harus Dariel dahulu yang menyodorkan tangannya. Bukannya salting atau wajahnya memerah, Arin malah terkekeh jika Dariel ingin bergandengan tangan atau dipeluk lengannya saat di mobil. Malah jadi dia yang seperti bocah kecil yang tidak ingin jauh dari ibunya.Mereka menuju tempat parkir dimana mobil Dariel berada.“Baru jam 5 sore. Mau kemana lagi?”“Pulang aja.”
“Gapapa. Kelilipan.” Citra menghindari tatapan Arin dengan menghadap Dewa. Dewa tersenyum sedih melihat Citra. Dewa langsung mendekap kepala Citra.“cup… cup… cup…”“Pasti kamu ya yang bikin Citra nangis?” tuduh Arin pada Dariel. Arin mendekati Citra lalu ikut memeluk Citra bersama Dewa.Dariel melotot dituduh Arin seperti itu. Baru kali ini ia merasa difitnah dan sakit hati mendengarnya. Lebay? Emang.Jika ada yang menjelekkan Dariel, ia tidak pernah marah. Bodo Amat. Tapi ini Arin yang tidak tahu apa-apa tapi malah menuduhnya. Apa salahnya?“Ngga usah peluk-peluk Citra. Dia udah dipeluk Dewa. Peluk aku aja sini.” Dariel menarik pelan lengan Arin. Lengannya malah dihempaskan Arin lalu memeluk Citra lagi.Gondok. Sumpah.Dewa menyeringai, meledek. Dewa malah menggoda ikut menyentuh lengan Arin yang memeluk Citra. Tambah panaslah hati Dariel.Brengs*k. Awas aja.“Sini.” Dariel menarik Arin hingga Arin melepas pelukannya pada Citra. Arin protes dengan cara memelototi Dariel.“Ngga usah
Jika pasangan Arin-Dariel dan Citra-Dewa sedang saling mengucapkan selamat tinggal, beda lagi dengan pasangan Kalya-Brian.Dari semalam Kalya masih belum sadar juga. Brian menahan kantuknya takutnya Kalya sadar dan membutuhkan sesuatu. Brian tetap setia duduk di kursi samping ranjang Kalya. Ia tidak henti-hentinya berdoa akan kesembuhan Kalya. Kalya sadar saja sudah membuat ia sangat bersyukur.Namanya juga manusia. Brian yang kelelahan karena aktifitas hari ini justru malah tertidur sambil menggenggam tangan Kalya yang tidak diinfus.Sudah jam 2 dini hari. Kalya sadar, perlahan ia membuka matanya. Kalya sadar akan kebodohannya. Perutnya masih kosong tapi malah minum Ice Americano. Tentu saja perutnya bergejolak tak nyaman. Awalnya ia mengabaikannya, namun makin lama napasnya makin sesak, dadanya seperti ada yang menindih, ia kesusahan mengambil napas, dari dada hingga tenggorokan terasa panas.Kalya kehausan. Ia mencoba mengangkat tangan yang tidak diinfus, tapi sangat berat dan keba
“Katanya aneh lembek tapi abis juga.” sindir Brian sambil menyuapi Kalya.“Biar nanti dapet sate lontong plus nasi padang.”“Iya nanti belinya kalo udah keluar dari sini.”TIdak terima. Kalya tidak terima jika harus menunggu hingga ia keluar rumah sakit. Kalya aja ngga tau kapan diperbolehkan pulang oleh dokter. Kalau besok gimana? Kalau dua hari lagi gimana? Lama dong.“Ya ngga bisa gitu dong. Janjinya kan ntar sore.”“Lah kan nanti pulangnya siang. Kata dokternya sih gitu.””Oh ya? Beneran mas?”Brian mengangguk.Kalya senang bukan main. Benar juga selama di sini ia belum pernah bertemu dengan dokter yang memeriksanya, hanya perawat yang bulak-balik memberikan obat dan mengecek tensi Kalya tadi pagi.Masih dengan Kalya yang masih disuapi, Kalya terus saja nyerocos.“Berarti belinya nanti siang aja, seporsi-seporsi.”“Bakalan abis gitu?”“Iya lah. Perut masih kosong juga.”“Ya jangan langsung banyak juga.”“Perut ya perut aku. Yang laper aku bukan mas. Yang pengen juga aku bukan mas.
Brian menghentikan tawanya setelah mendengar ucapan Kalya.Pernyataan cinta? Love you tadi dia bilang?Dada Brian terasa sakit seperti ada yang mencubitnya hingga melintir diputar 360 derajat. Perih.“Mas, kata dokter aku bisa pulang jam berapa?”Kalya bertanya seolah-olah tidak terjadi apa-apa. Hati Kalya sakit tapi ia tidak bisa berbuat apa-apa. Mungkin jodoh Kalya bukan Brian. Kalya sudah pasrah saja. Lagipula Alloh yang lebih mengetahui hati seseorang, Alloh juga maha pembolak-balik hati. Jika Brian jodoh Kalya pasti nanti Brian akan kembali pada Kalya, tapi jika bukan jodohnya maka Kalya akan mundur perlahan dari sekarang.Perasaan Kalya sudah melewati batas, jadi mendengar bercandaan seperti itu saja sudah membuat dirinya kecewa.Brian yang diam akan keterkejutannya langsung sadar setelah mendengar pertanyaan Kalya.Brian berdeham melancarkan tenggorokannya.“Ekhem… Jam 11.”Kalya mendongak melihat jam dinding. Kalya jadi ingin cepat-cepat pulang menghindari Brian.“Udah jam 10.
Arin sedang duduk di ranjang tidak ada niatan untuk tidur maupun rebahan. Ia terus memikirkan keberangkatan Dariel ke Jakarta besok. Posisinya saat ini kurang lebih sama dengan Citra. Namun harus bagaimana lagi, pekerjaan Dariel di Jakarta pasti banyak sekali. Brian hanya mengelola satu perusahaan saja, tapi Dariel iya di Indonesia hanya satu perusahaan namun Dariel juga pasti mengurus perusahaan yang ada di luar negeri, kebanyakan ada di Amerika dan Eropa.Baru saja ia menikmati namanya pacaran, eh malah mau pisah aja. Ngomong-ngomong, ini pertama kalinya Arin pacaran.Berbeda dengan Citra yang ditawari pindah ke Jakarta oleh Dewa, tapi Arin sama sekali tidak. Ia juga mau setidaknya Dariel mengajaknya atau menawarinya untuk pindah ke Jakarta.Mungkin Dariel memiliki alasan lain makanya tidak mengajaknya. Jika Arin pergi ke Jakarta juga bagaimana dengan keluarganya disini. Bisa dibilang Arin itu tulang punggung keluarga saat ini, meskipun masalah uang bisa saja dikirim lewat transfer
6 bulan kemudian…Semua berjalan normal seperti sebelumnya, sebelum cerita ini ada.Citra yang di tinggal Dewa ke Jakarta, tapi Citra bersyukur Dewa tidak lupa dengannya. Dewa selalu menghubunginya. Dewa ada tidak menghubunginya paling lama 3 minggu karena diberi tugas ke luar negeri, tapi setelah itu Dewa rutin lagi menghubungi Citra 2 sampai 3 hari sekali. Dewa selalu menceritakan tentang pekerjaan dia bersama Dariel, tidak terlalu rinci hanya garis besarnya saja. Rahasia perusahaan.Arin yang selama 6 bulan ini tidak pernah dihubungi oleh Dariel mencoba untuk pasrah saja. Dariel yang sibuk memang benar-benar tidak menghubunginya. Jika Dariel kembali ia akan bersyukur, jika tidak juga tidak apa-apa, mungkin belum jodoh.Arin memang tidak memberi batas waktu untuk dirinya sendiri untuk move on, jika ada yang dekat dengannya dan serius dengannya ia akan membuka hati. Kenapa? Karena Dariel mung
Tidak ada salahnya juga Brian datang ke ruang marketing. Ia mengobrol banyak dengan Yusup dan Tio, terkait pekerjaan tentu saja. Yusup dan Tio bercerita tentang usaha mereka untuk mengejar target. Brian jadi tahu bagaimana mereka berusaha keras mencari konsumen dikarenakan mengejar target jualan. Banyak marketing yang masuk dan keluar ruang marketing. Ya iya lah ruang marketing kan tempat istirahat mereka. Tapi baru saja masuk ruang marketing, mereka langsung keluar lagi. Bukan malu atau takut, tapi kalau ada bos itu kan jadi ngga bebas, ngga bisa ketawa kenceng, ngga bisa teriak-teriak, ngga bisa ngomong kasar, eh. Contohnya saja Tio, orang petakilan seperti Tio yang biang rusuh tapi kalau ada bos malah jadi kayak kucing peliharaan. Senyumnya dimanis-manisin, cih. Anak-anak yang sengaja diam di ruang marketing melihat Tio seperti itu malah jadi jijik sendiri. Semua marketing tau kalo Tio itu marketing paling bar-bar di SFC ini. Ada juga marketing cewek yang malah sengaja duduk-dudu