Dalam posisinya yang bertekuk lutut, nyali Joseph sama sekali tak terlihat surut. Kendati pria itu menahan sakit yang amat menyiksa, nyatanya hal itu tak dapat menundukkan raga. Joseph masih bertahan dengan segala sakit yang dirasa. Karena sakit itu sama sekali tak sebanding dengan sakit yang dia derita selama hampir satu tahun hidup tanpa Camila.Lantas, ketika sang istri muncul di hadapan, siapa orang yang pantas untuk dicurigai jika bukan pemimpin Carnicero tersebut?“Aku tidak peduli dengan tawaran busukmu!” Joseph mengumpat berkali-kali hanya untuk mengeluarkan isi hatinya yang bergitu mendesak.“Apa kau sungguh ingin aku manaikkan kekuatannya?” ancam Dreyfus dengan sebuah benda yang disinyalir sebagai pengendali gelang metal di pergelangan tangan Joseph.“Lakukan saja!” desis Joseph, antara menahan sakit dan amarah yang sama besar.“Seperti yang kau minta, Hunter,” balas Dreyfus.Sudut bibir pemimpin Carnicero itu terangkat, membentuk sebuah seringai. Lantas, jemarinya pun berge
Dreyfus sudah mempertimbangkan keputusannya dengan baik. Joseph hanya membutuhkan motivasi yang lebih besar untuk dapat merilis semua kemampuan yang dia miliki. Pemimpin Carnicero itu tahu, Joseph akan menjadi gladiator yang sangat berbahaya dengan motivasi yang tepat. Dan sekarang adalah saat untuk mengeluarkan monster di dalam diri gladiator pembangkangnya itu.Entah suatu kebetulan atau mungkin Tuhan hanya sedang berbaik hati membrikan jalan. Di saat pemerintah terus mendesak dengan ancaman akan mengekspose Carnicero sebagai organisasi berbahaya yang mengancam negara, sosok wanita yang dikatakan memiliki wajah sangat mirip dengan istri Joseph pun muncul. Bukankah ini terlalu indah untuk dikatakan sebuah kebetulan?Demi Camila, Joseph rela melakukan apa saja. Sekalipun harus menukar nyawa, Joseph akan melakukannya. Dan kini, sebuah tawaran dihadapkan pada pria itu. Dia pun sadar jika dia tidak akan bisa mengalahkan Dreyfus tanpa power dan strategi. Pun begitu untuk menghadapi Julian
Semakin cepat tugas itu diselesaikan, maka akan semakin cepat pula Joseph bertemu Camila. Melakukan apa yang diminta oleh Dreyfus, bukan karena pengabdiannya terhadap organisasi pemusnah itu, melainkan karena misi pribadi untuk mendapatkan sang istri kembali.“Aku akan melakukan apa pun untuk membawamu kembali, Camila. Aku berjanji, kita akan bersama lagi,” ucap Joseph dengan lirih sembari menggenggam cincin pernikahannya.Joseph masih ingat betul dengan sumpahnya terhadap sang istri pada saat mereka baru saja menikah. Tentunya sebelum kejadian nahas itu terjadi. Joseph telah bersumpah bahwa dia akan menjaga Camila dengan jiwa dan raganya.“Mereka bergerak,” ujar Jill yang berjalan menghampiri Joseph di salah satu bangku taman, tempat Joseph menunggu wanita itu.Joseph menegakkan punggung, berpaling pada Jill lalu bertanya, “Berapa banyak yang bersama Pierce?”“Aku melihat ada empat orang,” jawab Jill.“Bagaimana dengan penjagaannya?” Joseph bangkit dan memutar badan menghadap sang re
Tentu saja. Jika bukan karena Camila, Joseph tentu tak akan bisa melenggang dengan bebas melewati petugas keamanan yang ada di pintu lobi. Ini memang bukan kali pertama Joseph menyambangi hotel tersebut. Bahkan bisa dikatakan Joseph sering menyelinap masuk ke hotel itu untuk bertemu dengan Camila. Sehingga petugas keamanan di sana tidak mengenali dirinya.Ada satu ruangan di Golden Empire yang terhubung dengan gudang penyimpanan bahan makanan. Mereka memang tidak akan bisa melewati bagian dapur untuk menuju gudang penyimpanan tersebut, karena penjagaan di dapur pun tak kalah ketat. Akan tetapi, Joseph tahu melalui jalur mana dia bisa membawa Jill menuju ruangan tersebut.“Ikuti aku!” kata Joseph seraya menelengkan kepala, menuju sebuah lorong yang ada di samping lift barang.“Kau yakin kita akan pergi ke sana?” Jill mengerutkan kening, tampak tak begitu yakin karena lorong itu cukup ramai dilalui oleh para petugas hotel di bagian kebersihan.“Ada jalan lain, tapi kau harus keluar lebi
“Ahahahaha ….” Jill tertawa setelah beberapa saat hanya diam dan saling berpandangan dengan Joseph. “Kau serius sekali, Hunter!” imbuhnya dengan sisa tawa yang masih terdengar.Joseph memalingkan wajah sambil menjilat sudut bibir. Kemudian dia kembali melihat pada Jill dan berkata, “Aku serius dengan apa yang kukatakan. Keluar dari sana dan temukan kebahagiaanmu!”Jill menggeleng pelan. “Carnicero adalah keluargaku. Aku menikmati setiap tantangan yang membuat adrenalinku meningkat. Aku menikmati setiap bahaya yang setiap saat mengincar. Dan ya, aku bahagia di sana,” seloroh Jill. “Jadi … terima kasih untuk nasihatnya.”Akting Jill memang sudah tidak diragukan lagi. Jika dia ingin Joseph mengira yang dia ucapkan itu benar, maka di mata pria itu semua yang dikatakan Jill adalah kebenaran. Sekalipun Jill merasa seperti sedang menelan panah api di setiap abjad yang keluar dari mulutnya untuk meyakinkan Joseph.“Oh, mereka keluar!” seru Jill, merasa terselamatkan dari topik pembicaraan sen
"Kau baik-baik saja?" Joseph memalingkan wajah sekilas pada sang rekan yang berjalan di sampingnya."Tidak–umh ... maksudku, ya. Aku baik-baik saja," jawab Jill terdengar ragu-ragu."Tapi kau tidak terlihat baik-baik saja, Jill." Joseph memiringkan kepala, melirik rekannya melalui ekor mata. "Kau jadi lebih pendiam semenjak kita meninggalkan Golden Empire. Apa aku melewatkan sesuatu?" telisik pria tersebut."Kau terlalu banyak berpikir!" Jill mengibaskan tangan di depan wajah dengan satu sudut bibir terangkat. “Aku baik-baik saja dan tidak ada yang kau lewatkan, Hunter.”Joseph mengedikkan bahu. Entahlah. Mungkin ucapan Jill benar, tentang dia yang terlalu banyak berpikir. Atau lebih tepatnya, memikirkan sang istri–Camila.Berbagai rencana telah tersusun dalam kepala Joseph. Dia sangat merindukan Camila, dan ada banyak sekali hal yang ingin dia lakukan bersama sang istri. Tak pelak, rencana-rencana itu membesut pikiran Joseph terlalu banyak. Hingga kadang cukup mengganggu fokusnya dal
Melepas keberangkatan Joseph dan Jill menuju Florida, Dreyfus lantas memanggil Jacob dan Helena ke ruangannya. Pemimpin Carnicero itu sengaja meminta Jill untuk menjauhkan Joseph dari segala hal yang berhubungan dengan Julian Blight dan sang kekasih. Dia tidak ingin gladiatornya itu mencampur adukkan masalah pribadi dengan misi.Desakan pemerintah semakin gencar dengan meneror Dreyfus melalui berbagai aspek. Sehingga pria itu perlu ikut turun tangan sendiri untuk segera menyelesaikan masalah ini.Bukan hanya karena tidak ingin Joseph terlibat secara emosional terhadap misi yang kemungkinan besar menargetkan Andrew Reyes sebagai buruan yang harus mereka tangkap. Berdasarkan laporan dari Jacob dan Helena, Alexander Pierce sedang berada di Miami untuk sebuah acara yang disinyalir sebagai salah satu acara yang diprakarsai oleh The Demon. Dreyfus meminta kedua gladiatornya itu mencari lebih banyak petunjuk dari acara tersebut yang pasti akan membawa mereka selangkah lagi lebih dekat dengan
Di dalam helikopter yang memuat Dreyfus dan kedua gladiatornya, mereka tengah membicarakan strategi untuk menculik Vanessa tanpa perlu membuat banyak keributan. Pameran itu akan banyak dihadiri oleh wisatawan, tentu mereka tidak akan menggunakan cara yang terlalu mencolok untuk melakukan aksinya.“Berapa orang yang biasa mengawal Blight?” tanya Dreyfus pada Jacob yang sebelumnya telah dia tugaskan untuk mengawasi kakak tiri Joseph tersebut.“Pria itu tidak suka ditempel bodyguard. Mereka menjaga Blight dari jarak jauh,” jawab Jacob.Dreyfus menatap tak puas akan jawaban Jacob. “Apa itu menjawab pertanyaanku?” sarkasnya.“Tiga,” jawab Helena mewakili sang rekan. “Tiga pria bersenjata bertugas mengawasi Blight. Mereka biasanya akan membaur, sehingga cukup sulit untuk mengenalinya,” lanjut Helena.“Sebelum mendekat pada target, kita harus menyibukkan ketiga pria itu. Kita butuh pengalihan,” ujar Dreyfus.“Kurasa kita juga butuh membaca medan terlebih dahulu sebelum bertindak. Blight adal