“Run, Baby! Run! Don’t look back!”Suara asing itu menelusup ke dalam indera pendengaran Vanessa. Tersadar dengan kepala yang terasa begitu berat, membuat Vanessa tak langsung dapat mengingat apa yang terjadi padanya beberapa jam yang lalu. Wanita itu mulai menggerakkan tubuhnya yang seolah tak mau mendengar perintah. Sulit sekali. Akan tetapi, perlahan wanita itu mulai bisa mengendalikan anggota gerak di tubuhnya. Mulai dari menggerakkan tangan hingga kaki, meski gerakan yang dihasilkan pun tak seberapa.Yang paling sulit untuk Vanessa lakukan adalah ketika dia harus membuka mata, setelah samar-samar mendengar suara orang yang sedang berbicara. Tidak hanya satu orang, tetapi dua orang dengan dua tipe suara yang berbeda. Sayangnya, Vanessa tak dapat mengenali kedua suara tersebut.Usai melakukan perjuangan yang cukup keras, akhirnya wanita itu dapat menggerakkan kelopak mata. Terciptalah celah sempit di antara kelopak mata tersebut, menampakkan iris sebiru lautan yang mengintip malu-m
Membiarkan Vanessa terus berteriak sambil menggedor-gedor pintu, Dreyfus dan Helena tengah berdiskusi di ruangan yang berbeda sembari menunggu Jacob datang. Keduanya sedang terlibat pembicaraan serius tentang wanita yang mereka sekap serta hubungannya dengan Joseph dan Julian.“Aku merasa ada misteri yang besar di sini,” ungkap Dreyfus seraya memandang serius pada Helena.“Apa yang kau pikirkan?” Helena membalas pandangan yang sama serius. Dia memang tidak tahu menahu tentang Camila, Julian, ataupun Joseph sebelum ini. Untuk Julian … oke, Helena pernah mendengar beritanya beberapa kali sebelum ini. Namun, dia sama sekali tidak pernah berinteraksi secara langsung. Baik secara pribadi maupun dalam sebuah misi.“Ketika istri Hunter terjatuh ke laut, kurasa wanita itu tidak benar-benar mati. Jika ini adalah sandiwara, maka besar kemungkinan ada orang yang sudah bersiaga di bawah tebing untuk menyelamatkan wanita itu. Akan tetapi, jika memang kecelakaan itu bukan kesengajaan, maka hanya ad
Jantung Joseph tetiba berdetak terlalu cepat ketika melihat sosok wanita yang sangat dia cintai dalam layar macbook milik Dreyfus. Pria itu spontan membulatkan mata dengan bibir yang terbuka. Menahan gejolak jiwa yang terus meronta ingin segera bertemu dengan si wanita.Dalam rekaman itu, terlihat wanita yang Joseph yakini sebagai Camila sedang berjalan mondar-mandir di depan pintu sebuah kamar. Gestur wanita itu terlihat gusar, seperti ingin segera melarikan diri.“Camila?” Joseph berujar lirih bahkan nyaris tak bersuara.“Aku bisa mengatur pertemuanmu dengannya,” tutur Dreyfus.Spontan saja Joseph mengangkat pandangan. Mata elangnya langsung mengarah pada kedua manik Dreyfus.“Di mana dia sekarang?” tanya lelaki itu yang terdengar tidak sabar, mendesak sang pemimpin.“Dia aman sekarang. Kau tidak perlu khawatir. Aku akan membawamu bertemu dengannya.” Dreyfus menjeda ucapannya selama beberapa detik. “Namun aku menginginkan balasan yang sepadan,” imbuh pria tersebut.Rahang Joseph tam
Pertanyaan yang terlontar dari bibir Vanessa terasa seperti anak panah yang dilesakkan tepat ke jantung Joseph. Merobek dan mengoyak organ vital itu hingga hancur tak berbentuk. Padahal sebelumnya, pria itu sangat yakin bahwa wanita ini adalah istrinya. Namun, mengapa pertanyaan seperti itu justru terlontar dari bibir si wanita?“Siapa kau?” Wanita itu mengulang kembali pertanyaan yang belum terjawab oleh Joseph.Sementara itu, pria tersebut terus menatap tak mengerti sambil memperhatikan wajah Vanessa dengan teliti. Seolah sedang berusaha mencari titik mana yang tidak sama dengan wajah istrinya. Akan tetapi, Joseph sama sekali tak menemukan hal yang membuat wanita itu tidak terlihat seperti Camila. Matanya, bibirnya, hidungnya, rambutnya, suaranya, bahkan caranya berbicara. Joseph yakin 100% jika wanita ini adalah sang istri—Camila.Joseph lantas melepas napas pelan sambil menggeleng lemah. “Tidak mungkin. Kau adalah Camila. Kau adalah Camila, istriku!” ucap Joseph dengan nada semaki
Keluar dari kamar dengan membawa kekecewaan, Joseph melangkahkan kaki dengan gontai. Pria itu berjalan melewati Jill dan Dreyfus yang menunggu dirinya di kursi kayu yang ada di depan kamar tersebut."Apa yang terjadi?" tanya Jill penasaran.Wanita itu langsung bangkit ketika melihat Joseph meninggalkan kamar yang ditempati Vanessa dengan tak bersemangat. Tak hanya itu, Jill juga mendengar Joseph dan Vanessa yang berdebat di dalam kamar tersebut. Sehingga, dia pun penasaran dan langsung menanyakannya kepada Joseph.Pria berdarah Italia itu berhenti melangkah lalu berpaling pada Jill dengan sorot mata yang sarat akan emosi. Kepedihan, kerinduan, dan kekecewaan seolah bercampur menjadi satu di dalam netra abu-abu itu.Tidak menjawab pertanyaan Jill, Joseph berlalu begitu saja meninggalkan sang rekan yang menatap bingung pada dirinya."Apa yang terjadi padanya?" gumam Jill, menggulir pandangan dari Joseph yang baru saja keluar, pada pintu kamar yang ditinggalkan rekannya tadi."Dia sedang
Sejenak melupakan tentang Camila yang tidak mengingat dirinya, Joseph bertekad untuk segera menyelesaikan tugas yang harus dia tuntaskan. Apa lagi jika bukan memburu orang nomor satu The Demon yang mulai menemui titik terang?Apa yang terjadi pada Camila, membuat Joseph lebih bersemangat untuk melakukan pekerjaannya. Bahkan, pria itu mendatangi Dreyfus dan meminta untuk menggantikan Jill memimpin misi semata-mata karena ingin segera menuntaskannya.“Biarkan aku yang memimpin misi ini,” ujar Joseph saat sedang menemui Dreyfus.Pria berjambang yang sedang menyesap kopi dari sebuah cawan keramik itu menggulir bola mata ke arah Joseph tanpa menggerakkan kepala. Dreyfus tampak menjauhkan cawan dari bibir lalu meneguk seraya menikmati sensasi pahit, gurih, dan manis dari cairan pekat yang dia minum dengan elegan. Kemudian dia letakkan kembali cawan tersebut di atas tatakan lantas menyandarkan punggung dengan nyaman pada kursi tempatnya duduk saat ini.“Aku tidak yakin kau bisa melakukannya,
Biar dikatakan bahwa Dreyfus menjebak Joseph, namun pria berjambang itu tetap tidak peduli. Hari ini adalah hari di mana eksekusi itu akan dilaksanakan. Semua bukti sudah mengarah jelas pada satu orang. Dari semua data yang dikumpulkan, semakin menguatkan dugaan tentang Andrew Reyes yang merupakan pemimpin The Demon. Hebatnya, hingga misi ini berada pada hari eksekusi, Dreyfus masih bisa menyembunyikan idenetitas orang nomor satu itu dari gladiatornya, Joseph Hunter.Hal ini tentu saja tidak semata-mata karena Dreyfus yang menahan segala informasi terhadap Joseph, namun juga karena Joseph yang pada waktu-waktu sebelumnya tampak kurang peduli terhadap misi. Fokus Joseph hanya pada bagaimana dia bisa bersama dengan Camila kembali, sampai-sampai pria itu tidak menyadari bahwa orang yang dia buru adalah ayah mertuanya sendiri.Dalam briefing terakhir menjelang eksekusi, berkali-kali Jill dan Dreyfus saling melempar tatapan yang hanya mereka berdua yang tahu maksud di balik tatapan itu.“A
Tim yang akan berangkat satu jam dari sekarang, semuanya telah bersiap mengenakan perlengkapan keamanan yang harus ada di tubuh mereka. Termasuk Joseph dan Jill yang tengah mengenakan rompi anti peluru dengan beberapa senjata api yang terselip dalam rompi tersebut.“Semua sudah siap?” Joseph menoleh pada Jill yang sedang menarik ritsleting sepatu boots di kakinya.“Kita siap bertempur, Kapten!” jawab Jill dengan sebelah alis yang terangkat.Wanita itu berdiri tegak lalu memutar badan ke arah Joseph yang terlihat begitu serius dan sedikit tegang. Sebuah senyum terukir di sudut bibir Jill. Tidak heran jika Joseph merasakan ketegangan yang cukup besar untuk menghadapi pertempuran kali ini. Selain karena dia akan mengambil kendali tim untuk pertama kali, misi ini juga merupakan tahap akhir yang mengharuskannya untuk mengambil tindakan eksekusi terhadap target.“Kau terlihat tegang sekali,” ujar Jill dengan satu sudut bibir yang terangkat. “Rileks. Semua akan berjalan sesuai rencana.”Jose