Mengisahkan tentang seorang anak yang berusaha melawan ayahnya sendiri,dimana ayahnya telah merenggut nyawa ibunya dengan begitu keji.Sayangnya ayahnya adalah seorang mafia terkuat dan terhebat di Asia,MBR adalah nama organisasinya.Apakah anak itu sanggup membalaskan dendam nya?ataukah semua ini akan menjadi boomeran mematikan baginya?
view moreDi gelapnya kamar dengan hanya disinari cahaya bulan nampak jelas dua orang insan yang tengah bergulat di ranjang dengan sangat panas.Suara-suara desahan dari keduanya menggema keseluruh ruangan,untungnya ruangan itu kedap suara.
Sindi yang berada di bawah Kungkungan bosnya nampak kelelahan mengimbangi tempo yang dimainkan oleh bosnya sendiri,tapi dia tak mampu berucap untuk menyelesaikan permainan panas ini.
Mr,J dan Sindi mendesah panjang begitu pelepasan yang kesekian kalinya.
Mr,J pun turun dari atas ranjang dan memakai kembali baju beserta celananya.Detik selanjutnya pria itu melemparkan segepok uang untuk Sindi yang telah menjadi teman malamnya kali ini.Meski dirinya menjadi bos di club Sindi bekerja,mau bagaimana pun dia juga harus membayar jasa yang diberikan oleh Sindi.
"Bersihkan tubuhmu dan pulanglah,"kata Mr,J sembari menutup pintu kamarnya meninggalkan Sindi yang masih terbaring kelelahan di ranjang.
Sindi menatap kelangit-langit kamar yang bernuansa merah dan hitam itu,entah apa yang dia rasakan tiba-tiba cairan bening mengalir dari pelupuk matanya.
Ia terisak pelan meski rasanya menjijikkan dia harus terus melakukan hal kotor seperti ini.Ayahnya yang terbaring di ranjang rumah sakit lah yang menyebabkan dia menjadi wanita malam,ia tak tau harus mencari uang dimana lagi,tak mudah untuk mencari uang 100 juta dalam kurun waktu 1 bulan.Dan ia sudah 2 Minggu menjadi wanita malam di club milik Mr,J.Berbagai pria sudah ia layani,termasuk Mr,J yang notabennya sebagai bosnya sendiri.
Tangannya mengusap pelan air mata yang asik mengalir dengan derasnya.Ia pun bangkit perlahan-lahan menuju kamar mandi di kamar itu.
***
Di ruang keluarga.
"Dimana dia?"Sekertaris Jo menggeleng pelan begitu tuannya menanyakan seseorang yang sedari tadi tak ia lihat,bahkan batang hidungnya sekalipun.
Mr,J memijat pelipisnya pelan,pria berumur 37 itu nampak kesal mengingat DIA masih belum pulang sejak tadi pagi.
"Kalau dia sudah pulang beri tahu...aku ingin ke ruang kerja dulu."Sekertaris Jo membungkuk memberi hormat pada Mr,J yang berjalan meninggalkan nya.
***
Sindi nampak sudah rapi dan segar setelah keluar dari kamar mandi.Kakinya berjalan kearah sofa dan mengambil tas beserta uang yang masih berada di atas ranjang.
Sindi melirik jam di dinding kamar,pukul 11 malam.Matanya mendelik berarti sebentar lagi jam 12 malam dong.Ia bergegas menuruni anak tangga satu per satu.
Di jalan ia berpapasan dengan seorang maid yang sudah berumur,maid itupun mencegatnya.
"Nona mau pulang ya?"tanya maid yang diangguki kecil oleh sindi.
"Iya nih Bi,sindi mau pulang lagian pekerjaan Sindi sudah rampung,"jawabnya sopan nan sangat lembut.
Maid bernama Mega itupun menawarkan tumpangan yang dengan cepat di tolak oleh Sindi."Gimana kalau non Sindi pulangnya dianter Pak Supri (suaminya)"
"Tak usah bi,Sindi bisa pulang sendiri kok."Sindi memang wanita tak enakan,apalagi melihat wanita yang sudah mengeluarkan uban itu,kalau dia menyetujuinya otomatis jam istirahat wanita itu dan suaminya akan berkurang.Lebih baik pulang sendiri saja,tak usah merepotkan orang lain,itu lah yang dipikirkan Sindi sekarang.
"Beneran nih non,udah malam loh...apalagi non Sindi kan wanita,apa nggak sebaiknya diantar biar aman."Sindi menggeleng pelan.
"Saya beneran nggak apa-apa kok,lagian pasti masih banyak orang yang lalu lalang meski tak sebanyak siang hari sih.Tapi Sindi pasti aman kok,"Kata Sindi meyakinkan wanita di depannya.
"Yasudah kalau begitu saya pergi dulu ya,masih ada pekerjaan yang harus maid kerjakan"ujar maid Mega menyelonong pergi setelah mendapat 'iya-an' dari Sindi.
Sindi mulai melanjutkan jalannya.Mansion ini sangat sepi bahkan mungkin hanya terdengar suara jarum jam dan langkah kakinya.Kakinya otomatis terhenti,Ia teringat belum berpamitan dengan Bosnya,Tak sopan jika belum berpamitan dengan tuan rumah mansion ini.
Akhirnya Sindi berbalik lagi dan berniat untuk berpamitan terlebih dahulu.
Nihil,Sindi tak menemukan manusia itu.Kakinya bahkan sudah pegal mengelilingi luasnya mansion ini.
Tapi matanya seketika berbinar begitu sesosok orang melintas di depannya.Ia segera berteriak menghentikan orang itu,dan aksinya itupun berhasil.
"Hei!!!"
Orang itupun berbalik,Sindi tak dapat mengenalinya apakah itu pria atau wanita.Sebab yang dipakai oleh sesosok itu sangat tertutup,Hoodie berwarna hitam dengan topinya yang ditudungkan,juga dia memakai masker hitam.
Sesosok itu menunjuk dirinya sendiri.mungkin maksudnya apakah dia yang dipanggil oleh Sindi barusan.
Ia pun mendekati Sindi yang terlihat kelelahan dengan keringat mengucur tak hentinya.
"Apa kau tau dimana Mr,J sekarang?"tanya Sindi To the Points.
Hening,sesosok itu tak meresponnya langsung.Sindipun menanyakan kembali pertanyaan yang sama.
"Apa kau tau dimana Mr,J sekarang?"Lagi-lagi sesosok itu tak kunjung menjawabnya.
Sindi menghela nafas gusar,ia tak ada waktu untuk berlama-lama disini.
"Apa kau tau dimana Mr,J sekarang?"tanya Sindi tersenyum kecut,tangannya sudah terkepal erat karena geram dengan sesosok di depannya.
Akhirnya sesosok itu merespon jawabannya meski hanya menggunakan tangannya menunjuk ke arah pintu berwarna merah tua.
Sindi mengangguk paham."Terimakasih ya,kalau begitu saya pergi dahulu,"pamitnya dan berjalan kearah pintu yang ditunjuk oleh sesosok barusan.
DIA hendak melangkah pergi menyusul Sindi,tapi sebuah tangan memegang pundak yang otomatis membuatnya terhenti.
Saat berbalik ternyata sekretaris Jo lah orang yang memegang pundaknya.
"Apakah anda lapar?sepertinya tadi anda terlalu sibuk dengan dunia sendiri,bagaimana kalau saya buatkan makanan dahulu baru boleh pergi ke kamar."DIA mengangguk menyetujui tawaran sekertaris Jo.Ia juga tak ingin berbohong bahwa cacing yang ada dalam perutnya sudah meronta-ronta sedari tadi.
"Minumannya saya buatkan jus jambu saja ya,tadi para maid membawa banyak jambu segar dan sangat manis."DIA hanya mengangguk saja.
"Baiklah kalau begitu saya buatkan dahulu,"kata sekertaris Jo membungkuk dan berjalan menuju arah dapur yang terbilang cukup jauh.
DIA berjalan perlahan-lahan menuju pintu berwarna kemerahan itu,mulutnya tak henti-hentinya bersiul.
Tangannya mulai memutar handle pintu.Baru masuk ke dalam DIA sudah disuguhkan dengan isakan dan jeritan dari dalam ruangan itu.Ia menduga bahwa suara itu adalah milik wanita yang ia temui barusan,yaitu SINDI.
Sebelum memulai pesta malam ini,DIA tak lupa mengunci pintunya terlebih dahulu.
Tangannya merogoh saku dan mengeluarkan benda berkarat yang jika di teliti itu adalah sebuah pisau.
Baru beberapa langkah Sindi datang dan menubruk badannya.Jelas terlihat bahwa wanita itu sedang ketakutan,wajahnya saja sudah pucat pasi.
Apakah Sindi dikejar oleh hantu?atau sesuatu yang lebih menyeramkan dari hantu?memangnya ada yang lebih menyeramkan dari Hantu?
ADA...yaitu,manusia.
"I-ini tempat apa?k-kenapa banyak penggalan kepala yang disimpan dalam wadah berbentuk kaca transparan?"tanya Sindi yang seluruh tubuhnya gemetaran.
Wanita itu teringat sesuatu.Korban?benar korban pembunuhan berantai di kota Jakarta semua korbannya tak memiliki kepala saat di temukan.Jangan-jangan...
Sindi mundur perlahan-lahan ke belakang.Mulutnya terasa kelu tak mampu menanyakan pertanyaan itu'apakah selama ini DIA yang menjadi pembunuh semua ini?'
"A-apa kau dalang dari pembunuhan berantai ini?"tanya Sindi mendapat gidikan baru dari sosok tersebut.
"Kumohon jangan bunuh aku,"mohon nya berlutut dihadapan sesosok itu.
Sindi tercekat begitu sesosok di depannya memainkan pisau dengan santai."ku mohon tolong beri aku kesempatan untuk hidup,aku tak akan memberitahu ke polisi,tapi ku mohon jangan bunuh aku,"mohon nya sekali lagi.
"Ku mo--"Belum sempat melanjutkan ucapannya,sebuah benda menerobos masuk ke dalam dadanya.Itu masih belum sepenuhnya,tapi rasanya amat sakit.Darah segar mengalir perlahan-lahan membasahi dress yang ia gunakan.
"Kenapa ka---"Sindi mendelik,lagi DIA menusuk kan pisau berkarat itu dalam dadanya.DIA mulai memperdalam tusukannya dan memutar pisaunya di dada wanita itu.
Bisa kalian bayangkan rasa sakit yang dirasakan oleh Sinta?Itu pisau berkarat loh,terlebih pisaunya diputar didalam dadanya.
Tubuhnya seketika ambruk ke lantai."Apakah ini hari terakhir ku di dunia ini?kenapa?kenapa harus sekarang.Masih banyak hal yang belum ku lakukan,dan lagi masih ada tanggung jawab ku untuk menyelamatkan nyawa ayahku yang tengah terbaring.Apakah sekarang?ini mimpikan?ku mohon katakan bahwa ini hanya sebuah mimpi,"batinnya tak terima dengan takdir yang menimpanya malam ini.
Safira dan Daniel berada di satu ruangan.Gadis memainkan game di ponselnya,sedangkan sang ayah sedang berkutat dengan beberapa berkas.Tanpa ketukan,pintu ruangan itu terbuka dengan tiba-tiba.Kesal bercampur marah,Daniel menatap nyalang kearah pintu tersebut.Tetapi pandangannya berubah drastis begitu mengetahui siapa gerangan yang telah masuk itu.Martin.Anak kandungannya tengah berjalan sambil menodongkan sebuah pistol.Daniel mengecek keadaan diluar mansion dan didalam mansion dengan komputer.Sungguh mengejutkan para penjaga pada terkapar di lantai."Kenapa?kaget? bukankah seharusnya ini tempat tinggalku juga?""Kemana saja kau selama ini,kenapa tak pernah menemui ku.Jika sudah tak cinta dengan ibuku,seharusnya kau datang ke pemakaman nya.Aku tak butuh cinta maupun kata maaf mu,aku hanya ingin kau mengunjungi ibuku di pemakaman"cerocos Martin yang dianggap angin lalu oleh sang ayah."Apa maksudmu?pergilah dari rumahku,dan jangan pe
Si pemimpin dari pihak lawan nampak begitu emosi,ternyata ruang CCTV kosong.Artinya mereka sia-sia saja lewat jalan khusus,dan beberapa pelurunya terbuang begitu saja."B*j*ngan kecil itu"umpatnya."Ayo kita cek diruangan lain"Mereka berbalik,melainkan belum keluar dari ruangan itu orang yang dicari-cari keluar tanpa menimbulkan suara.Safira dibantu oleh Theo menembaki orang-orang itu.Tentunya karena belum siap,mereka mati karena luka tembakan.Tak hanya didalam ruangan,keduanya menghabisi beberapa nyawa yang berdiri untuk berjaga didepan ruang CCTV.Selesai.Tak ada satu orang yang tersisa."Apakah orang tadi pemimpinnya?kenapa dia terlalu gegabah"kata Safira."Mungkin ada beberapa pemimpin lain"ucap Theo."Mungkin"Safira mengisi pelurunya lagi, berjaga-jaga jika ada beberapa orang yang mengincar dirinya.Dilain tempat.Azka mengelap keringat yang membasahi keningnya.Tangannya memegang erat sebuah pedang.Beberapa lawan s
"Kau mau langsung pulang?"Semua ketua GIGATAS menatap Safira lekat-lekat,menunggu sebuah jawaban yang diberikan oleh sang ketua GIGATAS kedua-MARTIN-.Gadis itu mengangguk,"aku titip susuku ya, tolong jangan diminum"pesanya yang membuat semua remaja dihadapannya mendengus kesal."Sudah sana pergilah"Bayu mengibas-ngibas kan tangannya,dia sudah jengah dengan kelakuan wanita itu.Adik dan kakak pokoknya sama aja, sama-sama bikin kesel."Jangan mampir-mampir,ini udah malem banget "Leo memasangkan jaket ke tubuh kecil Safira.Sungguh Safira disini sebenarnya bukan dianggap sebagai komandan,pembunuh,ataupun orang gila yang haus darah.Melainkan hanya anak kecil yang menurut saja ketika diberi perintah."Aku pulang, sampai bertemu besok"Sebelum mengendarai motornya,Safira sempat melambaikan tangan ke mereka.Dan motor sport berwarna merah itupun melaju menjauh dari area markas GIGATAS.Nando meregangkan otot-otot tubuhnya.Rasanya capek banget ngangkatin kard
Flashback on"Benda apa itu?"tanya Safira sambil menunjuk kesebuah benda asing baginya.Tapi tidak dengan laki-laki berumur 12 tahunan,pria itu mengerem sepedanya dan sedikit menoleh ke adiknya."Itu namanya perahu,"jelas Martin."Bentuknya kok aneh.Perahu milik ayah warnanya putih bersih,ini kok kayak mau carnival."Safira turun dari boncengan sepeda.Kaki gadis itu perlahan mendekati perahu."Gimana gak beda coba,perahu milik ayahmu saja kapal pesiar,kalau ini memang perahu,perahu asli yang untuk para nelayan di pantai,"ujar Martin sembari mengayuh sepedanya mendekat ke Safira."Maksudmu untuk mencari ikan?"Martin mengangguk dan turun dari sepedanya.Matanya mengamati setiap bentuk perahu dihadapannya.Sangat bagus menurutnya."Perahu ayah untuk mencari ikan bukan seperti ini.Sangat besar bahkan perahu ini bisa saja terlindas oleh perahu ayah."Safira mulai naik keatas.Gadis kecil itu penasaran dengan dalam perahunya.Nyatanya perahu itu tak puny
"lari goblok bukannya diam aja,"teriak Bayu memecah lamunan mereka semua.Bahkan suara-suara gedubrakan dari dalam mobil bisa terdengar hingga luar.Mobilnya terguncang hebat.Para petinggi GIGATAS keluar dengan tergesa-gesa pasalnya nih waktunya itu tinggal 2 menitan.Mereka sedikit berlari untuk menjauh dari mobil yang terdapat peledak waktu.Jika tak melakukannya,pasti mereka akan terkena puing-puing mobilnya.Duar.Selang beberapa waktu kemudian,suara yang amat besar nan menakutkan terdengar dan berhasil membuat mereka menutup telinga dengan tangannya sendiri-sendiri.6 remaja itu menoleh kearah belakang,dimana disana sudah ada mobil yang terbakar hebat.Puing-puing mobilnya bertebaran kemana-mana.Lebih parahnya lagi mobil itu bukan milik mereka,melainkan milik 'Si Macan Tidur' GIGATAS.Sebenarnya mereka ingin memakai mobil milik anggota lain,tapi mobil itu ternyata malah dipakai untuk kepentingan organisasi.Ada yang membeli pistol,ada yang
"sepi banget kayak kuburan,"ucap Nando memecah keheningan di dalam mobil yang ditumpangi oleh 6 orang.Leo sebagai sopirnya.Dibangku tengah ada Safira,Martin,dan Nando.Sedangkan di kursi belakang ada Azka dan Bayu yang asik bermain game online."Bakar aja biar rame,"ketus Martin masih memejamkan matanya."Hukumnya makan mie gelas dalam mangkok apa ya?"celetuk Nando membuat laki-laki disampingnya mendengus kesal."Jangan buat gue darah tinggi ya.Udah mending diam aja,nanti diusilin malah nangis,"ejek Martin mengelus-elus kepala Safira yang tengah bersandar di bahunya.Gadis yang menjabat sebagai komandan GIGATAS itu ternyata sudah terlelap sejak mereka berangkat dari markas,mangkanya Leo tak menyalakan musik yang bisa-bisa menganggu ketenangan gadis itu."Apakah haram?"Seolah budeg,Nando malah tak mendengarkan ucapan dari Martin.Pria itu masih kekeh untuk menanyakan hukum makan mie dalam mangkok."Tulisannya mie gelas,jadi kalau makannya di mangkok hu
"Bay,tau dimana susu ku gak?"Bayu yang asik bermain game di ponselnya pun berbalik.Dan ia sudah mendapati Safira yang terduduk di pinggiran kasurnya."Mana ku tahu...memangnya di kulkas tak ada?"Bayu berbalik bertanya."Tak ada loh,bahkan sudah ku cek 5 kali,tetep aja gak ada,"jawab Safira apa adanya."Di lemari?"Safira menggeleng."Mungkin habis susunya,"ujar Bayu sambil memulai kembali bermain game online di ponselnya."Terus gimana dong?""Ya gak gimana-gimana lah,coba tanyakan ke Martin sama Nando,mereka kan biang keroknya di markas,palingan mereka punya simpanan susu kotak"Tanpa berkata-kata lagi,Safira segera ngacir mencari keberadaan Martin dan juga Nando.***"Tin,"seru Nando yang hanya dijawab deheman oleh sang empu."Y/n tuh siapa sih?kok gue baca cerita,tapi yang keluar namanya malah y/n terus."Nando menyenggol lengan Martin beberapa kali,dan laki-laki itupun memperlihatkan sebuah c
14 Oktober 2019,pukul 03.00Dafa Nelson,pria tampan yang pernah menjadi murid di Stride Highschool itu kini malah mondar-mandir tak jelas di sebuah gang sempit nan kecil.Mimik wajahnya jelas menyiratkan sebuah ketakutan,ditambah dengan dirinya yang menggigiti ibu jari.Suara-suara dentuman keras yang dibuat oleh Dafa menggema keseluruh gang kecil.Laki-laki itu tengah meninju dinding yang mengapitnya.Gumaman-gumaman tak jelas ia keluarkan."ini bukan salahku...benar ini bukan salahku kan...ini bukan salahku...pokoknya ini bukan salahku.""Ini salahmu."Entah sejak kapan Safira berada disana.Gadis itu dengan santai bersandar di dinding dengan asap yang mengepul dari mulutnya.Dafa dengan cemas mulai menjauh dan mundur kebelakang.Pria itu tentunya kaget."Dafa Nelson...itu kan namamu?"kata Safira tanpa menoleh ke Dafa,gadis itu membuang rokoknya ke tanah dan langsung menginjaknya dengan kaki."Sepertinya kita akan sering bertemu,"uj
13 Oktober 2019Malam ini adalah malam yang sangat indah bagi anak-anak Stride Highschool,dimana mereka bisa bebas memperlihatkan bakat-bakat yang mereka pendam.Dari mulai tari,menyanyi, teater,sulap,melawak,dan yang terakhir tentunya pantomim,mereka dengan senang hati menampilkan kehebatannya diatas panggung.Satu persatu mereka naik keatas panggung sesuai dengan nomor yang sudah ditentukan.Pastinya setelah mereka turun dari atas panggung akan dihadiahi tepuk tangan dari anak-anak Stride Highschool yang memilih menjadi penonton.Hingga tinggallah satu anak yang akan menampilkan pantomim diatas panggung,dia adalah bendaharanya OSIS STRIDE.Siapa lagi kalau bukan Toni.Laki-laki itu dengan sangat pedenya naik keatas panggung,wajahnya sudah dihiasi oleh make up berwarna putih dan ia memakai baju bergaris-garis layaknya pantomim pada umumnya.Diiringi musik laki-laki itu dengan sangat baik melakukan berbagai gerakan.Bahkan ada adegan yang membuat penon
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Mga Comments