Sudah cukup lama mereka berkuda meninggalkan Desa Asoka. Perjalanan itu sungguh sangat membosankan bagi Abimana. Sementara Zali dan Giri tampak waspada menjaga depan dan belakang. Sedangkan Sekar sibuk curi-curi pandang ke arah Giri.
"Sekar, apa kau tidak lelah berkuda sendirian? Bagaimana kalau kita berdua menunggangi di satu kuda yang sama saja?" celetuk Abimana mengganggu konsentrasi Sekar ketika melihat Giri.
"Abimana kau benar mau mati ya!!" balas Sekar geram. Sementara Jati cukup terhibur melihat tingkah Abimana dan Sekar.
"Abimana, tetaplah waspada," celetuk Giri.
"Haha Giri, kau terlalu penakut. Bukankah kita sedang menggunakan rencana Zali agar perjalanan kali ini tidak mencolok? Tidak ada yang sadar bahwa ada pangeran disini."
"Awas!" jerit Zali tiba-tiba menarik kudanya dengan kencang. Semua orang yang dibelakangnya pun ikut panik dan menghentikan kuda juga secara bersamaan.
Sreek! Sreek! Dua orang tiba-tiba meloncat dari arah pohon sisi kanan dan kiri. Kedua orang itu ternyata mengincar Zali. Sreet! Kepala Zali pun menggelinding di tanah dan tubuhnya pun jatuh dari kuda. Sambil melompat kedua musuh itu memenggal kepala Zali dengan dua kali sayatan masing-masing pedang mereka.
"Wuaaaaargh!" Abimana dan Sekar menjerit histeris ketika melihat Zali begitu mudahnya dikalahkan. Padahal ia pendekar tingkat tinggi. Sedangkan Jati berdebar hebat ketika melihat jasad Zali yang jatuh tepat di depannya.
"Za..Zali?" Abimana terbata, bulu kuduknya merinding.
"Haha. Habislah kalian, sejak awal kami memang sudah mengincarnya. Karena pasti dia yang paling merepotkan di antara kalian," ucap salah seorang di antara mereka. Ia berpakaian serba hitam sama seperti Pendekar Rantai Besi yang terakhir dilawan Abimana. Tapi kali ini mereka berdua menggunakan pedang yang sepertinya sangat tajam.
"Pangeran, kau akan menjadi yang terakhir. Selanjutnya kau anak banyak bicara!" Salah seorang bandit yang lain langsung meloncat dengan mengayunkan pedangnya, kali ini targetnya adalah Abimana yang masih terkejut karena melihat kematian Zali.
Dengan cepat Giri berdiri di atas kudanya dan melompat ke depan. Buag! Bandit tersebut pun langsung terlempar karena menerima sepakan dari Giri.
"Sekar tidak ada waktu untuk berduka, cepat jaga Pangeran!" celetuk Giri yang sudah memasang kuda-kuda untuk menghadapi dua bandit di depannya.
"Cih boleh juga kau," ujar bandit yang baru terlempar.
"Kakak ayo kita serang bersama-sama," celetuk bandit yang lain.
Kedua bandit tersebut langsung hendak menyerang Giri secara bersamaan. Mereka akan menggunakan teknik memenggal mereka terakhir kali saat membunuh Zali.
Giri tampak khawatir apakah ia bisa mengatasi serangan lawannya. Tapi ia sadar harus tetap melawan, hanya ia yang bisa diharapkan saat Zali sudah tidak ada.
Sedikit lagi serangan bandit yang diduga kakak beradik itu mengenai Giri. Grep! Kedua bandit tersebut sudah tertangkap dengan cara dipiting di kedua ketiak seseorang, dan ternyata itu Zali.
Regu 1 serta Pangeran Jati kembali terkejut. Mereka melihat jasad yang tadi jatuh dari kuda dan ternyata sudah tidak ada, entah kapan menghilangnya.
"Oy oy, aku sepertinya tahu siapa kalian," ucap Zali santai sambil memiting dua musuhnya yang sudah tidak berdaya. Pitingan Zali sangat kuat hingga pedang yang mereka pegang pun sampai terlepas dari tangan.
"Kakanda Zali? Bagaimana bisa?" celetuk Sekar.
"Sejak awal aku sudah menyadari kita diikuti oleh mereka dari jarak beberapa puluh tombak di belakang. Tenaga kanuragan yang mereka pancarkan dari masing-masing pedang mereka sangat terasa bagiku, seperti dugaanku mereka mengincar diriku yang pendekar tingkat tinggi agar kemudian mereka bisa membunuh pendekar lain dan tentu saja Pangeran."
"Tetapi mereka tidak sadar ketika aku menggunakan jurus bayangan," tambah Zali.
"Ta..tapi bagaimana bisa kami juga melihat kau mati?" balas Abimana.
"Itu karena jurus bayangannya tidak hanya mengenai dua musuh itu tetapi mengenai kita semua disini. Sehingga menipu semua mata kita bahwa Zali telah mati. Padahal ia turun dari kuda dan bersembunyi di semak," jelas Jati.
Zali tersenyum. "Lihat Abimana, bahkan Pangeran Jati lebih tahu hal dasar itu daripada kau yang pendekar."
"Aku sengaja mengeluarkan jurus bayangan kepada kalian semua, karena aku ingin melihat sejauh mana kemampuan kalian Regu 1. Giri bagus, kau sangat bisa diandalkan."
Giri kemudian melirik ke arah Abimana dengan geram. "Hey pecundang, kau baik-baik saja?" Jleb. Kalimat tajam lainnya yang mendarat ke hati Abimana. Kali ini ia tidak bisa membalas Giri.
Zali kemudian membuka topeng kedua musuh yang kini sudah ia ikat di pohon.
"Sesuai dugaanku, Pendekar Pedang Bersaudara. Dua pendekar tingkat menengah asal Kerajaan Banyu yang buronan.""Jangan harap kau bisa mendapatkan informasi dari kami!" ucap salah satu dari mereka. Dalam keadaan terikat mereka menyesal karena telah meremehkan kemampuan Zali, ternyata kemampuan Zali sesuai rumornya. Ia adalah Pendekar Tingkat Tinggi terkuat di Kerajaan Geni.
'Raden Batara terimakasih kau telah mengutus Zali dalam perjalanan ini,' batin Jati yang sudah berkhayal entah apa jadinya jika tidak ada Zali disana. Abimana yang kemarin ia lihat tampak hebat kini tidak bisa diandalkan. Sekar, pendekar perempuan itu sangat ketakutan. Giri tampak sangat siap tapi sebenarnya kekuatannya belum sebanding Pendekar Pedang Bersaudara.
"Baiklah, aku juga tidak memaksa. Karena untuk mengintrogasi membutuhkan waktu yang lama," ujar Zali kepada dua tawanannya. Kemudian ia meniupkan sebuah siul yang kencang dengan jarinya sambil melihat ke atas. Beberapa saat kemudian seekor elang berputar di langit dan turun perlahan bertengger ke tangan Zali.
"Kakanda apa yang kau lakukan?" tanya Sekar penasaran.
"Aku akan mengirimkan surat kepada desa kita agar mengirim pendekar yang dapat mengintrogasi dua bandit itu. Kita tidak bisa berlama-lama disini karena misi utama kita adalah melindungi Pangeran sampai ke Ibukota," jelas Zali, Sekar pun mengangguk-angguk.
"Baiklah semuanya ayo berkumpul kembali. Aku ingin mengatakan sesuatu," perintah Zali.
Abimana dan Jati pun turun dari kuda ikut mendekati Zali. Kelompok itu pun membuat lingkaran kecil dan semuanya menatap ke arah Zali.
"Regu 1, inilah misi tingkat menengah yang kalian minta. Nyawa adalah taruhannya, aku akan melupakan betapa angkuhnya kalian ketika meminta misi tingkat ini. Tapi nasi telah menjadi bubur, kalian sudah berada di misi ini sekarang. Selanjutnya lebih bersiaplah, terkhususnya Abimana dan Sekar. Tidak ada waktu untuk terkejut dengan keadaan sekitar."
"Ba..baik Kakanda," ucap Sekar terbata sementara Abimana hanya tertunduk malu.
"Dan yang ingin aku beritahukan selanjutnya adalah tentang siapa yang mengincar kita. Walau Pendekar Pedang Bersaudara tidak berbicara, tetapi aku tahu benang merahnya mengingat Pendekar Rantai Besi yang menyerang Pangeran sebelumnya."
"Pendekar Rantai Besi adalah pendekar buronan Kerajaan Geni dan sekarang yang menyerang pendekar buronan Kerajaan Banyu. Sepertinya kita sedang melawan kelompok yang cukup berbahaya, yaitu Kelompok Pendekar Pelarian. Kelompok yang berisi pendekar-pendekar buron dari lima kerajaan."
Semuanya begitu serius mendengarkan Zali. Regu 1 cukup terkejut mendengar siapa lawan mereka sekarang. Karena biasanya yang mereka lawan dalam misi hanya preman atau berandal kelas teri. Tapi kali ini komplotan pendekar buron.
"Pendekar Pedang Bersaudara sejatinya lebih kuat dari Pendekar Rantai Besi. Sepertinya mereka mengirim pendekar yang lebih kuat setelah sebelumnya gagal. Jadi mungkin saja pendekar selanjutnya yang mereka kirim adalah pendekar yang jauh lebih kuat lagi yang mungkin aku akan kewalahan melawannya."
"Jadi tolong, bersiaplah."
Sesaat kemudian beberapa pendekar utusan Desa Asoka tiba ke tempat Zali dan Regu 1 berada. Tapi Pendekar Pedang Bersaudara pun tetap tidak buka suara. Oleh karena itu Zali memutuskan untuk melanjutkan perjalanan mereka, sedangkan Pendekar Pedang Bersaudara dibawa paksa ke Desa Asoka untuk diperiksa lebih lanjut.Kelompok Pendekar Pelarian memang sudah terkenal sepak terjangnya. Jadi mereka tidak akan bicara hanya dengan interogasi biasa.Perjalan berkuda kembali berlanjut, tapi sekarang kondisi sangat tegang dan waspada. Apalagi Abimana merasa sangat tidak berguna saat mereka diserang terakhir kali. Ia menatap Giri dengan kesal, kenapa selalu saja ia kalah dengan Giri. Giri selalu berada di satu tingkat di atasnya."Hiya! Hiya!" Abimana tiba-tiba memacu kudanya dengan sangat cepat melewati Zali bahkan mulai sangat jauh meninggalkan teman-temannya."Abimana! Sedang apa kau!" jerit Zali. Tapi Abimana tidak peduli, ia sengaja melaju l
"Eh? Apa ini tidak apa?""Pria itu berani sekali. Apa ia sudah memikirkan perbuatannya?""Bukankah kelima orang itu pencuri yang memang sudah sering berulah disekitar sini?"Orang-orang yang melihat Abimana sebenarnya daripada kagum atas apa yang telah ia lakukan mereka sejatinya khawatir."Raja katanya? Apa dia sudah gila?""Hey ayo kita pergi dari sini sebelum orang itu tahu,""Benar, palingan dia besok akan merasakan akibatnya,"Satu per satu warga yang tadi penasaran dengan ulah Abimana mulai membubarkan diri tanpa sepatah rasa terimakasih pun. Tidak ada yang satu warga pun yang tampak memberinya selamat.Abimana yang sedang menunggu pujiannya pun terheran. Kota itu memang tidak beres, pikirnya. "Tuan Pendekar teri..makasih atas bantuan anda. Tapi sebaiknya tadi kau tidak perlu membantu saya," ucap wanita yang ditolong Abimana. "Kenapa Nona? Apa sebenarnya yang akan terjadi," balas Abimana.
"Baiklah, besok kami akan pergi sendiri tanpamu," ujar Zali dengan dingin. "Terserah kalian," balas Abimana tidak mau kalah. "Abimana, jangan gegabah. Apakah kau tahu atas pilihanmu itu? Kau akan dianggap pendekar yang tidak patuh oleh Desa Asoka dan Kerajaan Geni. Kau akan diasingkan sebagai pendekar. Masa depanmu sebagai pendekar akan terancam kecuali kau menjadi pendekar pelarian," jelas Sekar. "Cih." Abimana sedikit terbayang dengan apa yang dijelaskan Sekar. Sepertinya pilihannya kali ini akan membuatnya sulit kedepannya. "Baiklah, aku sadar penuh akan pilihanku. Aku tidak peduli dengan apa yang terjadi ke depannya. Bagiku, ini adalah jalan pendekarku. Membela yang lemah. Apa gunanya setia kepada kerajaan yang tidak dapat mengatasi hal ini?" ucap Abimana kemudian dengan dingin. Semua tercengang mendengar ucapan Abimana. Tidak biasanya Abimana seserius itu. "Aku akan ikut Abimana," celetuk Giri t
Abimana dengan semangat pendekar mencari tiap jalan di kota Hancur untuk mencari Wangkawa yang dikatakan pemimpin dari semua berandal yang ada di kota Hancur. "Hey apa kau tahu dimana Wangkawa?" tanya Abimana bertanya kepada seorang pemuda yang duduk di pinggir jalan. Tapi pemuda itu langsung lari kocar-kacir. "Tidak! Aku tidak tahu!" jerit pemuda itu sambil berlari. "Dasar aneh," gumam Abimana. Tidak jauh dari sana Abimana melihat pengemis, segera ia bertanya juga kepada pengemis tersebut hal yang sama. "Ah pergilah! Jangan ganggu aku!" teriak pengemis tersebut dan langsung lari secepat mungkin meninggalkan Abimana. Tapi Abimana yang sudah geram dan tidak tahu lagi harus mencari kemana, langsung saja ia mengejar pengemis tersebut dan buak! Pengemis tersebut dibuat jatuh oleh Abimana hingga ia tersungkur di tanah. "Tolong lepaskan aku, lepaskan. Aku tidak tahu apa-apa," ucap si pengemis saat tubuhn
Sekar tampak panik, Zali terdesak beradu senjata dengan Wangkawa. Giri pun begitu kaget dengan kehebatan lawannya. Jika ia bergerak maka Pangeran Jati akan tanpa perlindungan, bagaimana jika ada musuh lain yang menargetkan Pangeran. "Hey bangun, aku belum selesai," ucap pria yang membuat Giri terhempas. Kini Giri diangkat hanya dengan menarik pakaian pendekarnya ke atas. "Giri!" jerit Sekar lagi, kali ini ia ingin beranjak dari tempatnya. "Sekar! Fokus saja melindungi Pangeran! Giri tidak selemah itu" jerit Zali membuat langkah Sekar terhenti. Lagi-lagi Sekar tidak bisa mengkendalikan perasaannya ketika melihat Giri terluka. Ia sampai lupa bahwa saat ini keselamatan Pangeran Jati adalah yang utama. "Haha Zali, kau pikir siapa yang sedang dihadapi bawahanmu itu? Dia adalah Manggala, muridku," ucap Wangkawa. "Aku tidak peduli siapa dia, Cepat atau lambat ia akan dikalahkan Giri." "Zali, seharusnya kau mengkhawatir
Trang! Bersama dengan jatuhnya Giri pada pangkuan Abimana. Pedang Zali pun patah ketika beradu dengan parang raksasa Wangkawa. Wangkawa tersenyum puas, entah karena Manggala yang berhasil membunuh Giri atau kerena Zali kini sudah tidak memiliki pedang lagi."Bawahanmu cukup hebat. Tapi masih belum cukup bila lawannya Manggala," ujar Wangkawa menyeringai. Kali ini Zali tidak bisa membantah lagi. Memang tampak jelas tidak jauh dari mereka Giri sudah terbujur kaku di pangkuan Abimana."Kau!!! Tidak akan aku maafkan!" ucap Abimana yang sangat marah. Angin sangat kencang tiba-tiba mengitari Abimana yang sedang meletakkan tubuh Giri secara perlahan.Sangking kencangnya membuat Zali dan Wangkawa menghentikan pertarungan karena angin tersebut sangat mengganggu.Zali, Wangkawa, dan Manggala terbelalak ketika melihat Abimana. Karena mereka bisa merasakan kanuragan, dan kanuragan milik Abimana mendadak menjadi sangat besar dalam sekejap. 
Wangkawa tampak tidak gentar sama sekali. Tapi para berandal di belakangnya menciut nyalinya melihat jumlah lawan yang harus mereka hadapi. Walaupun mereka berandal yang biasa bertarung, tetap saja mereka akan berpikir dua kali jika harus bertarung dengan kelompok yang jumlahnya dua kali lebih banyak dari mereka. "Jurus bayangan!" Zali mengeluarkan jurus bayangan tingkat dua. Kini ada puluhan Zali di depan mereka. Raut wajah para berandal pun semakin tampak ciut. Sedangkan warga kota Perjuangan semakin bersemangat melihat para kembaran Zali. Melihat reaksi berandal yang semakin takut karena jumlah Zali semakin banyak Abimana pun tidak tinggal diam. "Jurus bayangan!" Sama seperti Zali Abimana mengeluarkan jurus bayangan tingkat dua. Jumlah kembarannya pun mendekati Zali. "Anak itu padahal baru saja sadarkan diri. Tapi mempunyai kanuragan sebanyak itu untuk mengeluarkan jurus bayangan?" gumam Zali meliha
Beberapa hari setelah misi mengawal Pangeran. Di salah satu rumah orang kaya di Desa Asoka,"Argh Kakek Tua menyebalkan! Kita mendapatkan misi rendahan lagi!" gerutu Abimana."Cepatlah Abimana, rumput-rumput ini tidak akan tercabut sendiri!" balas Sekar.Abimana menghela nafas, lalu ikut mencabut rumput bersama Sekar dan Giri."Raden Batara pasti berpikir berulang kali saat hendak memberikan kita misi tingkat menengah lagi, mengingat kita hampir mati saat menyelesaikannya," ujar Sekar."Hmm itukan Giri, bukan diriku," sahut Abimana."Cih." Giri tampak kesal saat disindir oleh Abimana."Haha Abimana! Padahal kau juga hampir mati juga!" celetuk Sekar berusaha menghibur Giri."Jangan banyak bicara, cepatlah selesaikan misi ini. Agar aku bisa segera berlatih," balas Giri ketus membuat Sekar tidak berdaya. Di dunia ini memang hanya boleh Giri seorang yang berbicara kasar padanya.