Di gerbang Desa Asoka, Regu 1 sudah berkumpul bersama Pangeran Jati serta para pengawalnya. Hanya satu orang lagi yang sedang mereka tunggu saat itu.
"Ah sial, kenapa pria itu harus ikut? Bukankah kita bisa mengawal Jati sendiri hingga sampai ke rumahnya?" gerutu Abimana sembari melipat tangannya dan menghentak-hentakan kakinya. Sementara orang-orang yang disana hanya pura-pura tidak mendengar ocehan Abimana termasuk dua temannya Sekar dan Giri.
"Sekar, kau sependapat denganku bukan?"
Buk! Sekar malah menjitak kepala Abimana dengan cukup keras.
"Argh Sekar kenapa kau selalu memukulku?""Sopanlah kepada Pangeran Jati. Kau tidak bisa begitu saja menyebut namanya seolah dia temanmu! Kau juga tidak boleh meremehkan misi ini!" bentak Sekar geram.
"Ah baiklah-baiklah." Abimana segera menciut saat Sekar memarahinya. Sementara Giri sungguh malu melihat tingkah Abimana dan Sekar di depan Pangeran Jati.
"Pangeran apa kau yakin mereka bisa melindungi kita?" bisik salah seorang pengawal Jati.
"Haha aku tidak tahu. Tapi aku yakin mereka bisa," balas Jati kepada pengawalnya. Jati juga masih tidak percaya orang kekanakan yang ada di depannya adalah yang menyelamatkan dirinya kemarin.
"Hey apa kalian sudah lama menunggu?" ucap seseorang tiba-tiba. Pria itu berambut pendek dengan beberapa helai uban yang tampak dan memakai penutup mulut di wajahnya dan memakai baju pendekar berwarna biru tua.
"Zali! Kau lama sekali!" teriak Abimana.
Buk! Sekar kembali memukul Abimana karena sikapnya yang tidak sopan kepada Zali. "Sopanlah Abimana, dia itu senior kita dan bagaimana pun ia pendekar tingkat tinggi!"
"Ah tapi aku memang tidak suka ia yang begitu santai padahal sedang terlambat," tambah Sekar lagi berbisik. Lagi-lagi Sekar bermuka dua.
"Maafkan aku, aku terlambat karena menolong nenek-nenek tenggelam di kali," kelit Zali.
"Yang benar saja!" jerit Abimana dan Sekar serentak.
"Ah lupakan itu, yang terpenting aku sudah disini. Mari membuat lingkaran sebagai ketua misi aku akan memberitahu rencanaku."
Batara, tidak akan begitu saja menyerahkan misi tingkat menengah kepada para pendekar pemula sekalipun itu Regu 1 yang catatan penyelesaian misinya sangat baik.
Bagaimana pun mereka sedang mengawal seorang Pangeran kini, Putra Mahkota Kerajaan Geni selanjutnya. Jika sampai misi tersebut gagal, Jati Narapati tidak selamat ketika dalam perjalanan. Tidak hanya Batara yang terkena imbasnya. Desa Asoka mungkin akan diasingkan oleh Kerajaan Geni dan mereka akan memperumit Desa Asoka kedepannya. Orang-orang yang tinggal di dalam desa pasti akan sengsara.
Oleh karena itu Batara mengutus Zali Admaja langsung untuk misi ini. Salah satu dari pengawalnya.
"Baiklah misi kita kali ini adalah mengawal Pangeran Jati Narapati. Selain aku dan Regu 1 ternyata ada pengawal pribadi pangeran yang turut ikut dalam perjalanan dua hari dua malam ini," ucap Zali. Ia yang sedang memaparkan rencana tampak sangat berwibawa. Tidak ada berani menyelanya termasuk Abimana.
"Sebelumnya aku juga sudah membaca situasi yang dialami Pangeran Jati. Ia diserang oleh Pendekar Rantai Besi, berarti memang ada yang menginginkan Pangeran terluka atau mati. Dan sepertinya yang menginginkan Pangeran Jati terluka bukan sembarang orang, karena untuk menyewa Pendekar Rantai Besi membutuhkan emas yang tidak sedikit."
Regu 1 serta Jati dan pengawalnya tercengang dengan analisa Zali. Sesaat Jati merasa perjalanan kali ini akan baik-baik saja. Beruntung Batara mengutus Zali untuk mendampingi Regu 1.
"Baiklah begini rencananya, aku tidak ingin perjalanan kita kali ini menjadi perjalanan yang mencolok. Aku tidak ingin para pengawal pribadi Pangeran Jati ikut dalam perjalanan ini, kalian pulanglah ke Ibukota di lain waktu selain saat ini."
"Hey apa maksudmu! Apa kau meragukan kemampuan kami? Atau kau ingin bersiasat buruk kepada Pangeran!" seru salah satu pengawal Pangeran yang sudah cukup senior.
"Iya apa maksudmu Zali! Bukankah lebih baik bila semakin banyak orang yang menjaga Jati!?" seru Abimana yang juga tidak setuju.
"Diamlah Abimana. Dengarkan saja dulu Kakanda Zali," timpal Giri. Zali tersenyum kepada Giri, seperti yang ia duga Giri memang berbeda. Sejatinya ia sudah tahu apa rencana Zali walau ia belum memberikan rincian luasnya.
"Sejujurnya iya, aku meragukan kemampuan kalian. Pangeran mengatakan saat itu kalian ada sepuluh orang tapi tujuh diantara kalian mati karena tidak bisa menghadapi satu orang saja," ucap Zali dingin. Para pengawal Pangeran langsung kikkuk tidak tahu harus membalas apa.
"Tapi Zali...!" Abimana berusaha membela pengawal pangeran.
"Abimana, sampai kapanpun kau tidak akan bisa melampaui Giri jika banyak bicara seperti ini. Apalagi menjadi Raja?" balas Zali.
Jleb. Perkataan Zali sungguh menyakitkan bagi Abimana. Ia sangat kesal, tapi ia tidak tahu membalas apapun lagi.
"Aku akan menjelaskan lebih rinci tentang bagaimana rencanaku. Aku tidak ingin perjalanan kita terlihat mencolok seolah kita memang sedang membawa orang yang penting. Hal itu justru akan mengundang konflik yang tidak diinginkan. Aku ingin perjalanan kita seolah seperti rombongan biasa. Jadi itulah kenapa aku mengurangi jumlah orang dalam perjalanan ini, aku dan Regu 1 sudah cukup untuk mengawal Pangeran."
"Cih." Pengawal Pangeran tidak bisa membantah.
"Itu berarti Pangeran juga harus menukar pakaiannya seolah-olah masyarakat biasa?" celetuk Sekar.
"Benar, kau pintar Sekar. Itu memang bagian dari rencanaku. Kita juga tidak membutuhkan kereta kuda yang mewah. Cukup bagi kita dengan menaiki kuda masing-masing."
"Maafkan aku Pangeran, semua demi keselamatan anda," tambah Zali.
Jati pun mengangguk mengerti. "Baiklah aku mengerti Pendekar Zali. Aku akan mengikuti arahanmu."
"Tapi Pangeran!" salah seorang pengawal masih belum setuju.
"Tidak apa, aku percaya mereka. Aku setuju rencana yang diberikan Zali. Seperti yang kalian tahu, sebenarnya aku tidak suka menjadi pusat perhatian."
Para pengawalnya pun terdiam.
"Baiklah aku akan mengganti pakaianku dulu seperti yang direncanakan," ucap Jati lalu pergi masuk ke kereta yang ada disana untuk berganti pakaian.
Rencana Zali berhasil, seperti yang ia duga Jati akan menerima rencananya. Tapi bila yang ia kawal sekarang anggota kerajaan lain ia tidak akan berani menyarankan rencana perjalanan seperti itu.
"Hey Pendekar! Kalau begitu kami akan bergerak esok hari. Jarak perjalanan kita satu hari, jika saat kami sampai di Ibukota tapi Tuan Muda belum ada disana, aku akan meminta Raja untuk menghancurkan desa kalian!" ucap pengawal Jati yang paling senior.
Zali hanya tersenyum menanggapi ancaman tersebut. Tidak lama kemudian Jati pun kembali sudah dengan berpakaian seperti orang biasa.
Zali, Regu 1, serta Jati menaiki kuda masing-masing.
"Tuan Muda berhati-hatilah. Jika ada bahaya, larilah dengan kuda ini. Ini adalah kuda tercepat yang telah kami siapkan untuk anda," ucap Pengawal Jati.
"Terimakasih, sampai bertemu kembali di Ibukota," balas Jati menanggapi kekhawatiran pengawalnya.
Rombongan itu pun bergerak dengan Zali yang memimpin jalan. Di belakangnya Jati berkuda dengan Sekar dan Abimana di sisi kiri dan kanannya. Sementara Giri menjaga area belakang.
Abimana saat berkuda sangat kesal, kata-kata Zali saat terakhir kali sangat menusuk hatinya. "Lihat saja nanti, aku akan menunjukkan seberapa kuatnya diriku," gumam Abimana.
Sudah cukup lama mereka berkuda meninggalkan Desa Asoka. Perjalanan itu sungguh sangat membosankan bagi Abimana. Sementara Zali dan Giri tampak waspada menjaga depan dan belakang. Sedangkan Sekar sibuk curi-curi pandang ke arah Giri. "Sekar, apa kau tidak lelah berkuda sendirian? Bagaimana kalau kita berdua menunggangi di satu kuda yang sama saja?" celetuk Abimana mengganggu konsentrasi Sekar ketika melihat Giri. "Abimana kau benar mau mati ya!!" balas Sekar geram. Sementara Jati cukup terhibur melihat tingkah Abimana dan Sekar. "Abimana, tetaplah waspada," celetuk Giri. "Haha Giri, kau terlalu penakut. Bukankah kita sedang menggunakan rencana Zali agar perjalanan kali ini tidak mencolok? Tidak ada yang sadar bahwa ada pangeran disini." "Awas!" jerit Zali tiba-tiba menarik kudanya dengan kencang. Semua orang yang dibelakangnya pun ikut panik dan menghentikan kuda juga secara bersamaan. Sreek! Sreek! Dua or
Sesaat kemudian beberapa pendekar utusan Desa Asoka tiba ke tempat Zali dan Regu 1 berada. Tapi Pendekar Pedang Bersaudara pun tetap tidak buka suara. Oleh karena itu Zali memutuskan untuk melanjutkan perjalanan mereka, sedangkan Pendekar Pedang Bersaudara dibawa paksa ke Desa Asoka untuk diperiksa lebih lanjut.Kelompok Pendekar Pelarian memang sudah terkenal sepak terjangnya. Jadi mereka tidak akan bicara hanya dengan interogasi biasa.Perjalan berkuda kembali berlanjut, tapi sekarang kondisi sangat tegang dan waspada. Apalagi Abimana merasa sangat tidak berguna saat mereka diserang terakhir kali. Ia menatap Giri dengan kesal, kenapa selalu saja ia kalah dengan Giri. Giri selalu berada di satu tingkat di atasnya."Hiya! Hiya!" Abimana tiba-tiba memacu kudanya dengan sangat cepat melewati Zali bahkan mulai sangat jauh meninggalkan teman-temannya."Abimana! Sedang apa kau!" jerit Zali. Tapi Abimana tidak peduli, ia sengaja melaju l
"Eh? Apa ini tidak apa?""Pria itu berani sekali. Apa ia sudah memikirkan perbuatannya?""Bukankah kelima orang itu pencuri yang memang sudah sering berulah disekitar sini?"Orang-orang yang melihat Abimana sebenarnya daripada kagum atas apa yang telah ia lakukan mereka sejatinya khawatir."Raja katanya? Apa dia sudah gila?""Hey ayo kita pergi dari sini sebelum orang itu tahu,""Benar, palingan dia besok akan merasakan akibatnya,"Satu per satu warga yang tadi penasaran dengan ulah Abimana mulai membubarkan diri tanpa sepatah rasa terimakasih pun. Tidak ada yang satu warga pun yang tampak memberinya selamat.Abimana yang sedang menunggu pujiannya pun terheran. Kota itu memang tidak beres, pikirnya. "Tuan Pendekar teri..makasih atas bantuan anda. Tapi sebaiknya tadi kau tidak perlu membantu saya," ucap wanita yang ditolong Abimana. "Kenapa Nona? Apa sebenarnya yang akan terjadi," balas Abimana.
"Baiklah, besok kami akan pergi sendiri tanpamu," ujar Zali dengan dingin. "Terserah kalian," balas Abimana tidak mau kalah. "Abimana, jangan gegabah. Apakah kau tahu atas pilihanmu itu? Kau akan dianggap pendekar yang tidak patuh oleh Desa Asoka dan Kerajaan Geni. Kau akan diasingkan sebagai pendekar. Masa depanmu sebagai pendekar akan terancam kecuali kau menjadi pendekar pelarian," jelas Sekar. "Cih." Abimana sedikit terbayang dengan apa yang dijelaskan Sekar. Sepertinya pilihannya kali ini akan membuatnya sulit kedepannya. "Baiklah, aku sadar penuh akan pilihanku. Aku tidak peduli dengan apa yang terjadi ke depannya. Bagiku, ini adalah jalan pendekarku. Membela yang lemah. Apa gunanya setia kepada kerajaan yang tidak dapat mengatasi hal ini?" ucap Abimana kemudian dengan dingin. Semua tercengang mendengar ucapan Abimana. Tidak biasanya Abimana seserius itu. "Aku akan ikut Abimana," celetuk Giri t
Abimana dengan semangat pendekar mencari tiap jalan di kota Hancur untuk mencari Wangkawa yang dikatakan pemimpin dari semua berandal yang ada di kota Hancur. "Hey apa kau tahu dimana Wangkawa?" tanya Abimana bertanya kepada seorang pemuda yang duduk di pinggir jalan. Tapi pemuda itu langsung lari kocar-kacir. "Tidak! Aku tidak tahu!" jerit pemuda itu sambil berlari. "Dasar aneh," gumam Abimana. Tidak jauh dari sana Abimana melihat pengemis, segera ia bertanya juga kepada pengemis tersebut hal yang sama. "Ah pergilah! Jangan ganggu aku!" teriak pengemis tersebut dan langsung lari secepat mungkin meninggalkan Abimana. Tapi Abimana yang sudah geram dan tidak tahu lagi harus mencari kemana, langsung saja ia mengejar pengemis tersebut dan buak! Pengemis tersebut dibuat jatuh oleh Abimana hingga ia tersungkur di tanah. "Tolong lepaskan aku, lepaskan. Aku tidak tahu apa-apa," ucap si pengemis saat tubuhn
Sekar tampak panik, Zali terdesak beradu senjata dengan Wangkawa. Giri pun begitu kaget dengan kehebatan lawannya. Jika ia bergerak maka Pangeran Jati akan tanpa perlindungan, bagaimana jika ada musuh lain yang menargetkan Pangeran. "Hey bangun, aku belum selesai," ucap pria yang membuat Giri terhempas. Kini Giri diangkat hanya dengan menarik pakaian pendekarnya ke atas. "Giri!" jerit Sekar lagi, kali ini ia ingin beranjak dari tempatnya. "Sekar! Fokus saja melindungi Pangeran! Giri tidak selemah itu" jerit Zali membuat langkah Sekar terhenti. Lagi-lagi Sekar tidak bisa mengkendalikan perasaannya ketika melihat Giri terluka. Ia sampai lupa bahwa saat ini keselamatan Pangeran Jati adalah yang utama. "Haha Zali, kau pikir siapa yang sedang dihadapi bawahanmu itu? Dia adalah Manggala, muridku," ucap Wangkawa. "Aku tidak peduli siapa dia, Cepat atau lambat ia akan dikalahkan Giri." "Zali, seharusnya kau mengkhawatir
Trang! Bersama dengan jatuhnya Giri pada pangkuan Abimana. Pedang Zali pun patah ketika beradu dengan parang raksasa Wangkawa. Wangkawa tersenyum puas, entah karena Manggala yang berhasil membunuh Giri atau kerena Zali kini sudah tidak memiliki pedang lagi."Bawahanmu cukup hebat. Tapi masih belum cukup bila lawannya Manggala," ujar Wangkawa menyeringai. Kali ini Zali tidak bisa membantah lagi. Memang tampak jelas tidak jauh dari mereka Giri sudah terbujur kaku di pangkuan Abimana."Kau!!! Tidak akan aku maafkan!" ucap Abimana yang sangat marah. Angin sangat kencang tiba-tiba mengitari Abimana yang sedang meletakkan tubuh Giri secara perlahan.Sangking kencangnya membuat Zali dan Wangkawa menghentikan pertarungan karena angin tersebut sangat mengganggu.Zali, Wangkawa, dan Manggala terbelalak ketika melihat Abimana. Karena mereka bisa merasakan kanuragan, dan kanuragan milik Abimana mendadak menjadi sangat besar dalam sekejap. 
Wangkawa tampak tidak gentar sama sekali. Tapi para berandal di belakangnya menciut nyalinya melihat jumlah lawan yang harus mereka hadapi. Walaupun mereka berandal yang biasa bertarung, tetap saja mereka akan berpikir dua kali jika harus bertarung dengan kelompok yang jumlahnya dua kali lebih banyak dari mereka. "Jurus bayangan!" Zali mengeluarkan jurus bayangan tingkat dua. Kini ada puluhan Zali di depan mereka. Raut wajah para berandal pun semakin tampak ciut. Sedangkan warga kota Perjuangan semakin bersemangat melihat para kembaran Zali. Melihat reaksi berandal yang semakin takut karena jumlah Zali semakin banyak Abimana pun tidak tinggal diam. "Jurus bayangan!" Sama seperti Zali Abimana mengeluarkan jurus bayangan tingkat dua. Jumlah kembarannya pun mendekati Zali. "Anak itu padahal baru saja sadarkan diri. Tapi mempunyai kanuragan sebanyak itu untuk mengeluarkan jurus bayangan?" gumam Zali meliha