See you, next part ➡️
"Hah!" Teriak Tino dan Keyla bersamaan. Kedua lelaki itu langsung mencari alasan, Will bangkit. "Aku mau mau ke toilet sebentar," kata Will, awalnya berjalan secara perlahan lalu langsung lari dari sana. "Rasa jus alpukat ini benar-benar manis," kata Wino mengangkat gelasnya. Tino dan Keyla saling bertatapan satu sama lain saling mengerjap-ngerjapkan matanya beberapa kali. Lalu memandang kembali ke arah Wino, dan Will pun telah kembali. Seketika tatapan kedua orang itu teralihkan pada lelaki yang baru saja dari toilet itu. "Kenapa kalian melihatku seperti itu?" tanya Will mencoba mengalihkan suasana agar tak semakin canggung. Tino dan Keyla hanya menggelengkan kepala. "Sudah aku katakan padamu, aku baik-baik saja kan?" kata Keyla tangan kanannya menyangga pipinya. "Meskipun begitu, kau harus tetap berhati-hati terhadapnya. Jangan sampai terhasut olehnya." Tino hanya diam menyimak sambil mengangguk-angguk, sedangkan Wino menatap Will dengan tatapan dingin. Wino mendekat memegang
"Tamu, siapa?" tanya ibu Keyla sambil berjalan ke arah mereka. "Eh!" "Eh?" ucap Keyla mengangkat alisnya menatap ibunya. "Eh, eh, eh, anu ... Haha." Tino malah membuatnya sebagai candaan. Bletak! Satu pukulan Keyla mengenai kepala Tino. 'Galak bener ya, makin sini Keyla makin mirip Tina.' Keyla kesal sekali dengan lelaki tak pernah diundang ke rumahnya itu, langsung muncul bagaikan jalangkung. "Dia siapa?" tanya ibunya memandang lelaki yang berada disamping putrinya. Keyla dan Will langsung mengangkat alisnya, bagaimana mungkin ibunya tak mengenali sahabat kakaknya dan juga teman dekatnya. "Hahah, bercanda kok. Wajah kalian lucu sekali." Tawa ibunya menatap Tino yang ikut tertawa. "Saya kira Tante lupa sama saya, maksud saya Mama," kata Will sambil menarik lalu mencium tangannya. Keyla langsung menatap Will, kedua pipinya memerah menahan malu. Ibunya menatap putrinya itu, gadis yang sangat beruntung, dikelilingi banyak lelaki tampan yang sangat baik. "Bolehkan Keyla?" tanya ibun
Rambut Keyla sedikit beterbangan tertiup angin pelan. Will mengusap-usap kepala Keyla, lelaki itu sangat merindukan saat-saat bertemu dengan Kayla. Tentu saja gadis itu tidak menyukainya. "Apaan sih Will, jangan diacak-acakin rambut gue," jerit Keyla tidak terima lalu melangkah mundur menjauhinya."Maaf, gue cuma kangen sama Kayla. Tiap kali kami bertemu, gue selalu memperlakukannya seperti ini." Will memperhatikannya langsung padanya."Stop Will! Aku gak suka, terlalu berlebihan tahu gak," jerit Keyla tidak terima diperlakukan hal yang sama dengan kakanya.Keyla mulai berpikir. Mungkin saja Will selama ini tidak menyukainya, mungkin saja yang lelaki itu sukai bukan dirinya. Akan tetap saudara kembarnya yang sudah tiada, seharusnya lelaki itu menjadi sahabat kakanya bukan? Lalu apakah dia telah jatuh hati pada kakanya sebelum bertemu dengannya.Jika memang benar seperti itu. Maka Will menganggapnya sebagai orang lain, dan rasa sayangnya juga hanya ditunjukkan untuk kakanya. Bukan unt
Keyla terdiam di tempat tidurnya. Memikirkan Wino yang berjanji akan segera memberi tahunya, tentang kejadian 10 tahun yang lalu. Apakah benar kakaknya Kayla meninggal bukan karena sakit, tapi memang ada seseorang yang membunuh kakaknya dengan alasan itu. Ia bangkit, menggigit ibu jarinya sendiri, berjalan ke sana-kemari. Teleponnya berdering, menghancurkan rasa penasarannya. Keyla langsung menjawab panggilan itu. "Hallo." "Keyla, dengar. Cepatlah temui aku, aku sudah share alamatnya padamu. Cepat kemari Keyla, aku ingin memberi tahumu." "Halo, tapi ini siap." Nut, nut. Orang itu mematikan teleponnya, Keyla langsung mengecek alamat itu. Ia merasa alamat itu tak terasa asing di matanya, apakah dia Wino? Tapi ... Jika ini adalah jebakan bagaimana? Keyla menggelengkan kepalanya sendiri. Meskipun demikian, ia tetap nekat pergi ke tempat itu. Penyebab kematian kakaknya dan juga ayahnya harus terbongkar. Jika memang ada seseorang dibaliknya, maka orang itu harus dihukum seberat-beratnya.
Keyla berlari ke sana-kemari, mengejar lelaki itu. Tinggi, postur tubuhnya, dan juga tatapannya. Tidak salah lagi, itu memang dia. Kedua bola matanya terus mencari, kaki panjang lelaki itu tampak terlihat berjalan sangat cepat baginya. Ia menemukannya, Keyla memegang pundak lelaki itu sambil mendongak ke arahnya. Berdebar-debar, jantungnya tak kuasa menahannya lagi. Setelah orang itu menengok ke arahnya. Keyla terkejut, orang itu bukanlah orang yang dia cari. "Ada apa?" tanya orang itu kebingungan melihatnya."Tidak, maaf ... Salah orang," sahut Keyla dengan sedikit tersenyum menatapnya. Orang itu berjalan kembali, Keyla mematung di tempat itu. Sampai membuat Will mengejarnya. "Ada apa, Keyla? Kenapa tiba-tiba kau lari begitu saja." Tanya Will sebari dengan kernyitan dikening."Bukan apa-apa," jawab Keyla."Apa kau tadi sedang mengejar seseorang?" Will kembali bertanya karena sikapnya yang terlihat aneh.Keyla menggeleng. "Aku hanya melihat kupu-kupu yang sangat unik, jadi kupikir j
Keyla harus bisa menjauhi semua orang yang berada disekitarnya, termasuk para sahabatnya, dan juga Will. Mereka tidak boleh lagi terlibat dalam masalahnya, ia takut kehilangan lagi. Takut, takut. Tak bisa berpikir secara akal sehat lagi, tak bisa.Beberapa hari ini Will masih dirawat di rumah sakit, tetapi Keyla sama sekali tak pernah menjenguknya sejak hari pertama. Lelaki itu hanya bisa mencoba memahami kembali sikap gadis itu, karena ia masih sangat berharap padanya. Saat ia sudah sembuh, ia akan kembali mengejar Keyla. Will termasuk tipikal pria yang tak mudah menyerah.Tino dan Ino datang menjenguk Will, Tino memasang wajah yang tidak biasa. Alis tertekuk dengan kedua tangannya yang saat ini memegang tangan Will, ino yang tadinya ikut sedih kini jadi tersenyum muram, melihat tingkah Tino yang mulai menjadi lagi."Will, kenapa lo harus berada di rumah sakit. Gue berharap banget lo cepet sembuh, orderan taksi gue makin banyak. Dan gue berharap lo kasih gue bonus, naikan gaji dan te
Begitu melihat sosok yang sudah dikenalnya itu, rasa lega menyerbu dirinya. Rasanya ia bisa menangis, ia begitu gembira sampai-sampai ia harus menahan diri supaya tidak berlari dan memeluk laki-laki itu. Keyla memasang ekspresi kecewa dan menatap Mexsi ketika lelaki itu sudah berdiri di hadapannya. "Kau tahu sudah berapa lama aku menunggumu?" tanyanya.Mexsi tersenyum tipis mengangkat alis kananya, ia terlihat sangat lelah dan juga ingin menangis. Namun, kebingungan menghantam kepalanya, siapa gadis itu?"Ada apa ini? Bukankah aku datang hanya untuk pemotretan semata? Kenapa harus ada drama juga di sini. Aku tidak mengenalnya sama sekali, tapi ... " ucapannya terhenti cukup lama. Ketika melihat mata gadis itu dipenuhi dengan gumpalan air mata, hampir meluap keluar. Ini aneh sekali. Rasanya tubuh Mexsi tak bisa dikendalikan, ia ingin memukul sesuatu. Darah ditubuhnya semakin bergejolak, ia ingin meluapkan amarahnya. Namun pada siapa? Menatap wajah gadis itu membuat bahu kirinya seakan
Beberapa saat kemudian Keyla telah selesai dengan urusan makeup, Walaupun ia sedikit tidak nyaman dengan taburan bedak yang menempel diwajahnya. Mexsi membuka matanya secara perlahan menengok ke sampingnya, menatap gadis itu seraya berkata. "Kenapa gadis ini ada di sini?""Maafkan saya, dia adalah model utama wanitanya," kata mis En bicara tergesa-gesa. Mexsi membuang muka dengan tatapan sinis, lalu pergi menuju tempat pemotretan. "Tolong maafkan sikapnya ya, saya izin mau ke belakang.""Iya, Mis." Jawab Keyla. 'Dia bahkan tidak menginginkan keberadaanku di sini.' Keyla bangkit, Dito memegang lengannya. Ia sedikit terkejut dengan tingkah lelaki itu. "Dito," ucap Keyla menatap dan memanggilnya."Keyla, ada yang harus aku sampaikan padamu." "Apa itu?""Setelah pemotretan selesai, aku harap kita bisa bertemu di lantai atap," kata Dito bicara dengan cepat."Baiklah." Mereka berdua pergi bersama menyusul Mexsi dan yang lainnya, terlihat Mexsi begitu tampan dari kejauhan. Lelaki itu begi