Share

06. Opal

Sore hari setelah duel Gear merah dan biru itu, Jasper mendapatkan libur dari mentornya. Beliau memberi Jasper waktu bebas untuk menjenguk Diamond dan Zircon yang sedang cedera setelah duel Gear siang tadi. Dengan catatan dia harus membuat ilustrasi perang dan taktik yang harus dikumpulkan besok.

Jasper tentu menyambut gembira waktu bebas yang dia dapatkan. Memanfaatkan waktu luangnya untuk datang berkunjung ke rumah sakit istana yang berada di tengah kota. Dari istana dia berangkat dengan dikawal oleh dua pengawal pribadinya Dextra dan Sinistra.

Sesampai di rumah sakit Jasper langsung dikawal ke kamar kedua temannya dirawat. Kemudian kedua pengawal pribadinya menunggu di luar ruangan. Betapa kagetnya Jasper saat membuka pintu kamar perawatan dan mendapati Diamond dan Zircon sudah tidak berada di diatas ranjang mereka masing-masing. Melainkan malah berdiri siaga dalam posisi siap tempur, dengan saling mengacungkan bantalnya ditangan.

"What the? Sedang apa kalian?" Jasper bertanya kepada kedua penghuni kamar.

Baik Zircon maupun Diamond serentak menoleh menyadari kedatangan Jasper, mereka juga menghentikan baku hantam. Seakan melakukan kesepakatan tak tertulis, keduanya setuju melakukan gencatan senjata. Kemudian beranjak kembali ke ranjang masing-masing.

Jasper hanya bisa menghela napas panjang melihat kelakuan kedua sahabatnya itu. Tak percaya dengan apa yang baru saja dia saksikan. Kelakuan dua pria dewasa yang bahkan sama-sama sudah menjadi prajurit militer. Namun masih saja seperti kelakuan para bocah.

Padahal Jasper jelas-jelas dapat melihat mereka terlihat masih lemah, dan pucat. Serta beberapa plester yang menempel di tubuh mereka. Tapi mengapa?

"Apa-apaan ini?" Jasper mengulangi pertanyaan sambil mengambil posisi berdiri di antara kedua ranjang mereka berdua.

"Tanyakan saja kepadanya." Zircon mendengus kesal. Kembali menghempaskan tubuhnya begitu saja ke ranjang.

"Aku? Aku tidak berbohong, karena aku memang ketiduran. Aku juga tidak mempermainkan kamu karena aku tidak tahu kalau kamu mencariku." Diamond menjawab dengan nada dramatis.

"Lalu aku juga tak mengatakan apapun kecuali kebenaran tentangmu. Sejujurnya ayunan pedangmu tadi sangat lembek dan lemah. Sudah mirip ayunan pedang seorang banci, hahaha." Diamod terang-terangan terbahak-bahak setelah melontarkan ejekan kepada Zircon.

"Dasar berengsek! Kau memang orang paling menyebalkan!" Zircon duduk tegak di ranjangnya, bersiap untuk melempar bantal lagi ke arah Diamond.

"Kalau orang lain yang berani bilang begitu, pasti sudah aku hajar dari dulu!" Dia melemparkan bantal tadi dengan penuh emosi ke arah Diamond.

"Lalu kenapa tidak kau hajar aku sampai sekarang? Tak sanggup dengan kemapuan bancimu, hah?" Hardik Diamond tak mau kalah.

"Jangan harap bisa mengalahkan aku dengan tenaga lemah gemulai seperti itu!" Diamond balas melempar bantal yang dipegangnya ke arah Zircon.

Suasana kembali memanas, tidak hanya terjadi perang bantal yang sengit, tetapi juga terjadi perang mulut. Yang semakin lama, topiknya semakin melenceng dan tidak penting bahkan semakin menggelikan. Seperti pertengkaran dua anak kecil yang berebut mainan saja.

Jasper beranjak dari tempatnya berdiri. Menepi dan berlindung ke dekat dinding, menghindari hujanan bantal agar tidak mengenai dirinya.

'Sebaiknya aku menepi saja dulu, daripada terkena bantal nyasar!'

Cukup lama peperangan bantal ronde kedua berlangsung. Sampai kemudian pintu kamar terbuka, dan masuklah seorang pria yang mengenakan jas putih dokter. Dokter itu terlihat masih sangat muda, tampak rapi, bersih dan sangat cedas dalam penampilan rapi.

Dia adalah Opal, sahabat Jasper yang lainnya. 'Si jenius Opal' dengan segala kebaikan, kepandaian, kesopanan dan kesempurnaan sifatnya. Opal berusia sama dengan Zircon, yang artinya hanya tiga tahun lebih tua dari Jasper. Namun dengan segala sifat perfeksionisnya itu, dia bahkan seperti beberapa tingkatan lebih dewasa dari ketiga sahabatnya.

"Hei guys, apa-apaan ini?" Tanyanya sambil mengernyitkan dahi. Memandang keadaan di dalam kamar yang sudah seperti kapal pecah. Dia juga lanjut memandang ketiga pria yang berada di dalam kamar secara bergantian.

"Pesta!" jawab Diamond santai. Dia menghentikan serangannya kepada Zircon dan kembali menghempaskan diri ke atas ranjang pasien.

Menyadari lawannya duelnya sudah tak ada keinginan untuk bertarung, Zircon pun ikut berbaring di atas ranjangnya.

"Selamat sore, Pangeran Jasper." Opal beralih untuk menghampiri Jasper yang berdiri di dekat tembok. Tak lupa dia membungkuk dengan sangat takzim padaku, memberikan penghormatan.

Tindakan itu membuat Jasper kontan mundur beberapa langkah ke belakang, saking canggungnya. Opal tak perduli dengan kecanggungan temannya itu, dia malah bangkit menghampiri ranjang Diamond dan Zircon. Memeriksa keadaan kedua pasiennya dengan seksama.

"Jadi begini sambutan kalian kepadaku? Harus bertugas di hari libur untuk merawat pasien yang masih sanggup untuk melakukan perang bantal?" Tanya Opal dengan menyunggingkan senyuman simpul di bibirnya.

"Apa maksud kalian sebenarnya, hah?" Namun tiba-tiba saja senyuman lebar itu menghilang dan berganti dengan wajah serius dan geram demi menatap kedua pasiennya.

'Menyeramkan sekali, dia seperti mempunyai kepribadian ganda.' Batin Jasper mengomentari tabiat Opal yang memang suka berubah-ubah seperti itu.

"Cuma iseng aja duel Gear." Zircon menjawab.

"Hahaha, ini yang namanya udah jatuh malah ketiban tangga." Diamond ikut menjawab, berusaha terdengar seriang mungkin.

"Padahal kami berdua berharap bisa dirawat oleh dokter Amethys Sumeragi, wanita tercantik di kerajaan Almekia. Tapi apalah daya yang datang malah dokter Opal Sumeragi yang gak ada cantik-cantiknya ... Sungguh membagongkan sekali."

"Apa benar hanya begitu?" tanya Opal lagi penuh penekanan. Sepertinya dia merasa tidak puas dengan jawaban kedua temannya. Lalu kemudian dia melirik secara sepintas kepada Jasper.

"Hei apa hubungannya denganku? Apa Opal pikir aku terlibat dalam pertengkaran konyol mereka?" Jasper membatin. Merasa salah tingkah dengan tatapan mata curiga Opal yang dilayangkan kepadanya.

"Sudahlah, kita tidak akan bisa untuk membohongi Opal." Zircon yang kemudian angkat bicara.

Diamond menghela napas panjang sebelum menambahkan ucapan Zircon. "Kami ingin mengenalkan Jasper kepada kedua Gear kami, Phoenix dan Fenrir"

"Aku sangat yakin bahwa Jasper sudah mampu untuk mengendalikan Gear dengan level seperti milik kita. Phoenix milikku, Fenrir milik Zircon atau Hydra milikmu ... Akan tetapi Jez bahkan tidak mau menyentuh mereka. Sia-sia saja jadinya perjuangan kami berdua tadi." Lanjutnya sambil menghela napas kecewa.

Kedua bola mata Jasper melebar seketika demi mendengar penjelasan lebih detail dari Diamond

"Jadi kalian?" tanya Jasper dengan nada tidak percaya mendengarnya. Sangat terharu demi mengetahui ternyata ketiga sahabatnya berpikir sampai sejauh itu untuk dirinya. Dia merasa beruntung memiliki sahabat-sahabat yang baik seperti mereka.

'Jadi semua tingkah aneh yang Diamond dan Zircon lakukan ini untukku?'

"Sudah kuduga." Opal tersenyum puas mendengar jawaban kedua rekannya. "Dan seperti biasa aku akan mendukung rencana gila kalian."

"Kurasa kalian akan membutuhkan seorang ahli strategi agar tidak bertindak secara serampangan begini lagi. Maka disinilah perananku."

"Tentu saja! Tak ada yang bisa merebut peranmu sebagai si tukang mikir!" Diamond menyetujui peranan Opal sementara Zircon juga mengangguk sebagai tanda persetujuan.

"Lalu untuk kamu, Jez. Kau sebaiknya mempersiapkan diri sebaik-baik mungkin." Opal kini beralih mendekat kepada Jasper. Dia juga memberikan tepukan di punggung sang pangeran dengan akrab dan tersenyum lebar.

Diamond dan Zircon juga memberikan senyuman penuh arti kepada Jasper. Seakan sebagai bukti bahwa mereka menyanggupi janji kepada sang pangeran kerajaan Almekia itu..

"Terima kasih." Ujar Jasper kepada ketiga sahabatnya. Meski dia masih tidak bisa mengerti maksud dan tujuan mereka dengan pasti.

'Apa yang akan mereka lakukan?'

Die-din

kira-kira apakah yang direncanakan oleh ketiga sahabat Jasper? ... Karena aku masih baru di Goodnovel, please help FOLLOW idku, kasih RATE novel ini dan kasih VOTE, KOMEN serta KRITIK & SARAN yaaa. Thanks

| 1
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Die-din
rencana revolusi Jasper haha
goodnovel comment avatar
Safrin Mahariyani
mau bikin rencana apalagi?
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status