Chen Xuan tak pernah menyangka, tempat ia belajar dan bersumpah setia—Sekte Awan Biru—adalah dalang di balik kematian kedua orang tuanya. Dibuang. Dikhianati. Hampir mati. Dendam dan cinta menjadi satu dalam kisah hidup Chen Xuan, seorang murid jenius yang mencari kebenaran dan kekuatan untuk membalas dendam atas kematian orang tuanya. Ketika Chen Xuan menemukan kebenaran tentang pembantaian desanya, dia harus memilih antara dendam dan cinta. Apakah dia dapat menemukan kekuatan untuk membalas dendam dan menyelamatkan orang yang dia cintai? Dalam dunia kultivasi yang penuh dengan kekuatan dan kekuasaan, Chen Xuan harus menghadapi berbagai tantangan dan musuh untuk mencapai tujuannya. Apakah dia dapat menemukan cinta dan kebahagiaan di tengah-tengah dendam dan pertempuran?
Lihat lebih banyak"Aku harus tunjukkan bahwa aku layak ada di sini!"
Chen Xuan— 17 tahun, seorang murid Sekte Awan Biru di Puncak Bambu Hitam. Tubuhnya kurus tinggi, tetapi otot-otot itu mulai tumbuh tersembunyi di balik jubah putih bercorak biru. Rambut hitam panjangnya terikat oleh pita-pita berwarna biru, kedua bola matanya hitam legam seperti air musim gugur, ia tidak mempunyai paras yang tampan, tetapi mempunyai kulit yang putih. Delapan orang anak berkumpul di Puncak Bambu Hitam. Hari ini adalah hari kompetisi Puncak Gunung Sekte Awan Biru, yang di mana kompetisi selalu di adakan setiap satu tahun sekali. Chen Xuan tidak datang sendiri, dia bersama gurunya, Zhu Ya— 45 tahun. Dan juga satu murid lainnya yang bernama Hua Yun— 19 tahun, yang merupakan putri pemimpin sekte Awan Biru. Hua Yun dikenal cantik dengan alis sabit, lesung pipi, bibir tipis merah, serta rambut panjang hitam kecokelatan yang diikat pita hijau jamrud. Tubuhnya ramping dalam balutan pakaian ketat berwarna senada. "Eh, Junior Xuan dan kakak Senior Yun'er telah datang!" seru seorang pria berbadan besar. Pria itu, Wu Ling, berusia 19 tahun. Murid Puncak Bambu Hitam yang mempunyai badan yang besar berotot. Rambutnya hitam jambul, kulitnya sawo matang. "Kak Ling!" sapa Chen Xuan sembari menggambarkan senyum di wajahnya. "Apakah kalian semua sudah siap?" tanya Zhu Ya dengan nadanya yang rendah, tatapannya sangat serius. Sepuluh murid itu berdiri dengan tegak, menghentakkan satu kakinya di atas tanah "Siap, Guru!" ucap mereka dengan serentak dan tegas, tidak ada sedikitpun keraguan dari nada suaranya. Zhu Ya berjalan mendekati muridnya. Dia berdiri di depan mereka. Menatap satu persatu muridnya dengan tajam. "Baiklah, aku harap kalian tidak akan mengecewakan aku!" ucap Zhu Ya dengan nadanya yang rendah, tetapi sangat serius. Kesepuluh murid mengikuti Zhu Ya dari belakang, langkah mereka teratur dan tenang. Chen Xuan berjalan di samping Hua Yun. Keduanya tampak akrab, seperti sepasang kekasih. Namun, dari sorot mata dan cara Hua Yun memperhatikan Chen Xuan, ada kesan hangat seorang kakak pada adiknya. Tak lama kemudian, mereka tiba di Puncak Gunung Nirwana—markas utama Sekte Awan Biru. Setelah melewati seribu anak tangga, mereka mencapai halaman dalam, area luas berlantai batu yang menjadi pusat aktivitas sekte. Halaman dalam tampak penuh sesak, seluruh murid dari tujuh puncak Gunung telah berkumpul di pusat Sekte Awan Biru. "Wah, ramai sekali!" Chen Xuan membuka lebar matanya, menyapu pandangan ke seluruh halaman dalam Sekte Awan Biru. Tempat itu ramai dipenuhi murid dari ketujuh puncak gunung. Namun, ekspresi wajah Chen Xuan seketika berubah saat melihat Hua Yun berpegangan tangan dengan Luo Tian. Pemuda berusia 20 tahun itu adalah jenius dari Puncak Api dan menempati peringkat pertama generasi muda terbaik di Sekte Awan Biru. "Luo Tian!" ucap Chen Xuan dengan penuh kekesalan. Chen Xuan mengepalkan kedua tinjunya dengan sangat kuat. Chen Xuan sebenarnya menyimpan perasaan mendalam pada kakak seniornya, Hua Yun. Namun kenyataannya, Hua Yun telah menjalin hubungan asmara dengan Luo Tian. Chen Xuan diliputi rasa cemburu yang begitu kuat. Ia pun bertekad untuk mengalahkan Luo Tian dalam kompetisi ini. 'Aku pasti akan mengalahkannya.' gumam Chen Xuan di dalam hatinya. Lalu, kelompok dari Puncak Petir pun datang, mereka adalah kelompok yang hanya terdiri dari wanita. Tidak ada satupun murid laki-laki yang bisa menjadi murid Puncak Petir. Xiao Ling'er— 17 tahun, seorang wanita muda yang tercatat dalam peringkat dua murid terbaik Sekte Awan Biru. Dia adalah murid Puncak Petir. "Jadi dia, Xiao Ling'er," gumam Chen Xuan, sedikit terpana ketika melihat sosok Xiao Ling'er berjalan dengan penuh kharisma. Xiao Ling'er bertubuh tinggi dan sedikit kurus, namun memiliki lekuk tubuh yang indah. Ia mengenakan gaun putih anggun. Rambut hitam panjangnya diikat pita putih dan dihiasi jepit rambut berbentuk Phoenix di sisi kepalanya. "Ah, Xuan!" Hua Yun berteriak dari kejauhan sembari melambaikan tangannya. Seolah-olah Chen Xuan terbangun, terkejut, ia pun tersenyum dan melambaikan tangannya kepada Hua Yun. Lalu, Hua Yun pun segera menarik tangan Luo Tian dan berjalan menghampiri Chen Xuan. Setibanya mereka di hadapan Chen Xuan, Hua Yun pun memperkenalkan kekasihnya kepada Chen Xuan. "Xuan, perkenalkan, ini senior Luo Tian." Hua Yun menatap sejenak pada Luo Tian, lalu kembali menatap Chen Xuan dengan senyum bahagia. Chen Xuan terdiam selama beberapa detik. Mencerna ucapan Hua Yun sebelum akhirnya memaksakan diri membentuk segaris senyuman pada wajahnya. Hatinya seolah tertusuk ribuan jarum tak kasat mata. Saat melihat wajah bahagia yang ditampilkan oleh Hua Yun— Kakak seperguruannya. "Senior Luo Tian, senang bertemu dengan anda!" Chen Xuan sembari membungkuk memberi salam hormat. "Hm, ternyata ini Junior Chen Xuan. Murid baru yang berhasil mencatatkan namanya dalam peringkat murid sepuluh terbaik!" Luo Tian menatap Chen Xuan dengan pandangan dingin. Dia menatap Chen Xuan dari ujung kaki hingga kepala dengan tatapan menilai. Ekspresi wajahnya begitu dingin. "Aku hanya beruntung saja, Senior," balas Chen Xuan sembari tersenyum kecil. Dia tampak tidak nyaman dengan tatapan yang ditunjukkan oleh Luo Tian. Di atas panggung, Pemimpin Sekte Awan Biru— Hua Jin yang berusia 50 tahun. Duduk tenang ditemani para Tetua dan para pemimpin dari masing-masing Puncak Gunung. Tiba-tiba, seseorang melayang di udara. Ia adalah Tetua Duan Mu— 45 tahun, pemimpin Puncak Api. Dengan suara lantang, ia mengumumkan bahwa Kompetisi Puncak Gunung akan segera dimulai. "Akhirnya kompetisi ini dimulai juga. Apapun caranya ku harus mengalahkan Luo Tian!" tekad Chen Xuan, bersungguh-sungguh. Ia pun segera berlari ke depan, berkumpul bersama dengan murid Puncak Bambu Hitam yang lainnya. Di udara, Tetua Duan Mu menjelaskan sistem kompetisi kali ini. Setiap dari tujuh puncak gunung akan mengirimkan sepuluh murid terbaiknya. Kompetisi menggunakan sistem gugur. Siapa pun yang kalah, langsung tersingkir dan tak bisa lagi bertarung di atas arena. "Di slip giok ini, terdapat tujuh puluh nomor, pertandingan di tentukan dengan nomor. Peserta yang mendapatkan nomor 70 akan menghadapi nomor 1, dan seterusnya," jelas Tetua Duan Mu. Lalu, ia pun melemparkan 70 slip giok di udara. Segera para murid pun mengambil slip giok itu, dan Chen Xuan mendapatkan nomor 1, di mana ia akan bertarung lebih awal sebagai pertarungan pembuka. "Aku nyatakan, kompetisi resmi di mulai, murid yang mendapatkan nomor 1 dan 70, segera naik ke arena pertarungan!" ucap Tuan Duan Mu dengan suara lantang.Saat itu, Chen Xuan bersama Xiao Ling'er pun tiba di tepi sungai. Tetapi seluruh air di sungai sangat begitu aneh, di mana air itu berwarna merah seperti darah. Beberapa kali Xiao Ling'er memastikannya, tetapi di saat ia mencelupkan sebelah tangannya ke dalam air, itu benar-benar darah, bahkan bau amis darah segar masih begitu pekat. "Ini benar-benar darah!" kata Xiao Ling'er, rendah. "Berhati-hatilah, kita harus selalu waspada, Ling'er. Biar bagaimanapun, tempat ini adalah Medan Perang Kuno!" ujar Chen Xuan. Di saat ia berbicara, ia berjalan ke depan, melihat sebuah bukit kelabu di kejauhan. "Ling'er! Bagaimana kondisimu?" Chen Xuan bertanya, tetapi ia tak berani menatap Xiao Ling'er, melainkan berdiri di depannya dengan tubuh yang membelakangi Xiao Ling'er. Xiao Ling'er pun berjalan anggun, hingga ia pun berdiri bersisian di samping Chen Xuan. Dengan cepat Xiao Ling'er pun menggandeng tangan Chen Xuan. Dan ia pun berbicara. "Lumayan, hanya perlu sedikit waktu lagi untuk mem
"Ternyata wanita itu seorang praktisi Raja Tempur bintang 5," Ucap Lan Huo, terkejut. Kedua matanya terbelalak menatap Xiao Ling'er yang tengah berjalan ke depan dengan perlahan. "Li— Ling'er!" panggil Chen Xuan. Sebelah tangannya terangkat, tak ingin Xiao Ling'er mengambil langkah itu. Namun Xiao Ling'er sedikit memalingkan wajah, menoleh ke arah Chen Xuan, ia pun tersenyum tipis lalu berkata, "Tenang saja! Kekasihmu ini bukanlah wanita yang lemah!" ucap Xiao Ling'er, segaris senyuman masih menggantung. Tanpa sadar, Chen Xuan melupakan bara dendam yang membakar dada. Dia menghela nafas panjang, kemudian berbicara, "Selesaikan dengan cepat, Ling'er!" Mendengar ucapan yang keluar dari mulut Chen Xuan, seolah-olah semangat api pertempuran tiba-tiba berkobar begitu hebat. Xiao Ling'er yang diliputi oleh semangat pertarungan, ia pun segera mengibaskan pedangnya. Dari kibasan pedang itu, membuat duri, duri, kristal es bermunculan, mengeluarkan suara, "Krak! Krak! Krak!" Segera Xiao Li
"Apa maksudnya ini, Xuan?" tanya Bai Shan, sangat begitu kaget. Kedua matanya terbuka lebar-lebar, menatap Chen Xuan dengan penuh rasa bingung. Hua Yun berjalan pelan, setiap langkahnya ragu, satu tangannya terangkat seolah-olah ingin menggapai sesuatu. Dengan raut wajah yang bersedih, Hua Yun pun berbicara, "A— adik! Kenapa jadi begini? Apa yang terjadi sebenarnya, kenapa kamu berubah seperti ini?" tanya Hua Yun, air matanya menumpuk di pelupuk matanya. "Kau ... jangan pernah memanggilku dengan sebutan itu lagi!" sahut Chen Xuan dengan nadanya yang sangat dingin. Bahkan ia menunjuk Hua Yun menggunakan pedangnya tanpa ragu. Sikap Chen Xuan membuat Hua Yun sangat begitu bersedih. Bayang-bayang masa lalu kembali terlintas di pikirannya, di mana saat itu Chen Xuan sangat begitu dekat dengan Hua Yun, bahkan seperti seekor anak ayam yang tak ingin lepas dari induknya. Namun, kedekatan itu tidak disadari oleh Hua Yun, bahwa perasaan Chen Xuan terhadapnya berbeda dengan perasaannya terh
"Adik, akhirnya aku menemukanmu!" Hua Yun berbicara sembari menggambar ekspresi wajah bahagia, tetapi ia juga bersedih. Kedua tangannya di kecup di depan perut, kedua matanya sembab, air matanya menumpuk di pelupuk matanya. Namun, Chen Xuan tetap terdiam tanpa sepatah katapun yang keluar dari mulutnya untuk menjawab Hua Yun. "Adik junior! Syukurlah kau selamat dari kejadian saat itu!" ujar Chu Hao. Satu tangannya terangkat menengah, ia ingin sekali merangkul adik seperguruannya, tetapi dalam hati ia merasa canggung. Chu Hao menyadari bahwa sikap adik seperguruannya tidak sama seperti yang sebelumnya. Tudung jubah hitam bergerak. Di dalam tudung, Chen Xuan menoleh, tetapi tidak terlihat oleh siapapun. Sembari mengibaskan jubah hitamnya, Chen Xuan berjalan, tetapi mulutnya berbicara, "Aku tidak mengenal kalian!" katanya dengan nada yang sangat dingin. Hua Yun, Chu Hao, Bai Shan, dan sisa-sisa murid sekte Awan Biru yang tersisa tak lebih dari tiga puluh orang. Mereka semua ter
"Apa maksudnya ini?" ucap Lan Huo, pandangannya tertuju tajam penuh kemarahan terhadap sosok berjubah hitam di depannya. Hua Yun yang masih terkejut hanya terdiam mematung, tetapi pandangannya menatap sosok berjubah hitam dengan semua rasa tak percaya, seorang murid Ajaran Iblis, membantunya. "A— adik!" seru Bai Shan, sangat yakin bahwa pemikirannya terhadap orang berjubah hitam itu tidak salah. "Adik?" sahut Hua Yun, pandangannya segera mengarah kepada Bai Shan, tetapi kembali ia memusatkan pandangannya kepada sosok berjubah hitam yang tengah berdiri di depannya. Hua Yun pun segera bangkit berdiri di belakang sosok berjubah hitam. Walaupun Bai Shan, Chu Hao, dan Hua Yun telah menyadari identitasnya, namun Chen Xuan tetap tak berbicara untuk sekedar menyapa kepada mereka. Hanya berdiri tegap, jubah hitamnya berkibar tertiup angin, tetapi sosoknya tersembunyi, bahkan wajahnya tetap tertutup oleh tudung jubah hitam. Di sisi lain, Lan Huo sangat begitu marah, dia tidak terima a
Buk! Whoosh! Chen Xuan melompat dari atas batu, mendarat tepat di tengah-tengah pertarungan yang sedang berlangsung, membuat kedua belah pihak terkejut dengan kemunculan sosok berjubah hitam secara tiba-tiba. Para murid Aula Jiwa mengambil langkah mundur, mereka sangat begitu waspada. Namun, seorang pria melihat bahwa sosok berjubah hitam itu menggantungkan token giok nya di samping pinggangnya. "Ternyata Murid Sekte Iblis Surgawi!" seru seorang pria dengan tubuh yang di penuhi otot-otot kekar, kepalanya terikat ikat kepala berwarna hitam, membawa sebuah golok besar. Di sisi lain, di pihak Murid-murid Sekte Awan Biru, mereka semakin takut. Bahkan Hua Yun tidak bisa untuk tidak memasang wajah yang ketakutan, dengan kedua matanya yang terbuka lebar, seolah-olah enggan untuk sekalipun mengedipkan matanya. Nafas Hua Yun semakin cepat, menarik semua rekan-rekannya mundur kebelakang sambil berkata, "Mundur lah di belakangku, aku akan melindungi kalian semua!" ujar Hua Yun, dengan n
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen