"Wah sepertinya kalian sudah sangat bersemangat untuk menjalani latihan hari ini." Sebuah suara merdu wanita tiba-tiba terdengar di sekitar arena latihan Gear. Dan tak lama kemudian sebuah Gear ungu yang ramping mendarat di hadapan Jasper, Diamond dan Zircon."Itu adalah Leviathan, dan kamu pasti sudah mengenal siapa pilotnya." Diamond berbisik kepada Jasper tentang siapa tamu yang mendatangi mereka bertiga."Kak Amethys?" Jasper membuat tebakan dari nada suara yang dikenalinya. Pertanyaan Jasper segera terjawab saat pintu kokpid tempat pilot berada dari gear ungu itu terbuka. Dari situ muncullah sosok tubuh langsing seorang wanita. Dan setelah wanita itu melompat turun dari Gear dan menghampiri mereka, Jasper dapat mengenalinya sebagai Amethys."Maaf terlambat." Amethys menyapa sambil memberikan angelic smile yang sangat menawan. Senyuman yang mampu membuat wajah Zircon dan Diamond bersemu kemerahan sekaligus."Tidak masalah. Kita juga baru saja mulai." Zircon menjawab sedikit canggu
Jasper menutup mata rapat-rapat, untuk mencoba memisahkan suara-suara yang mendengung menjadi satu di telinganya. Suara kicauan burung, suara gemerisik rerumputan, suara tiupan angin, bahkan suara hembusan napas dari ketiga orang yang berada di bawah Gearnya. 'Woah cool! Aku bisa mendengar semuanya dengan sangat jelas.' "Jez? Apa kau bisa mendengarku?" Kali ini suara Zircon yang terdengar menyapanya. "Sekarang kamu bisa menghidupkan layar monitor. Bersiaplah untuk membiasakan matamu!" "Oke, akan kulakukan." Jasper menjawab sambil menekan beberapa tombol untuk menghidupkan layar monitot. Dalam sekejap kelima layar di hadapannya menyala sekaligus. Menghadirkan cahaya yang sangat terang, menyilaukan dan membuat pedih mata. Sekali lagi Jasper menutup kedua matanya rapat-rapat. Kemudian dia mengarahkan pandangan pada salah satu layar saja, mengamatinya dengan seksama. Setelah itu dia beralih ke layar lainnya dan yang lain lagi. Barulah kemudian mengamati kelima layar itu sekaligus. 'He
"Kalau terlalu sering menggunakan jurus combo maka bahan bakar Gear akan cepat habis." Jasper bergumam sambil membuat corat-coret hitungan kasar di kertas."Sedangkan kalau terlalu banyak menggunakan tenaga dalam, bahan bakar tidak akan berkurang, tapi stamina kita yang akan cepat terkuras habis.""Makanya pakai otakmu! Jangan sampai Gear overload kehabisan bahan bakar sampai meledak. Tapi juga jangan sampai kau yang lemas kehabisan tenaga dan pingsan. Keduanya bisa berakhir dengan fatal. Mati!" Diamond mengetukkan jari telunjuknya ringan tepat ke kening Jasper."Sebenarnya semua tergantung insting saja. Karena dalam sebuah pertarungan sesungguhnya, kita tidak akan sempat berpikir." Lanjutnya menambahkan."Kau harus bisa menghindari serangan lawan, balas menyerang atau paling parah saat kau cidera atau gearmu mengalami kerusakan. Yah dengan banyak berlatih insting bertarungmu akan terasah dan mengalami kemajuan dengan sendirinya." Diamond menjelaskan panjang lebar.Jasper menyandarkan
"Sebut saja jika mendiang paduka raja adalah Jasper Senior dan kamu adalah Jasper Junior. Karena entah sengaja atau tidak nama kalian sama." Diamond megambil kesimpulan, dan Jasper hanya mengangguk dengan senyuman lebar sebagai reaksi. Terlihat sangat senang mengetahui kenyataan ini."Entah bagaimana sepertinya Advandli salah mengenali kamu sebagai beliau. Tidak hanya karena nama kalian yang mirip, mungkin karena kalian adalah ayah dan anak, jadi susunan DNA kalian mirip."Jasper semakin sumringah mendengar ucapan Diamond. Senang sekali dikatakan mirip dengan mendiang ayahnya sendiri, meskipun dia tidak tahu bagaimana wajah dan sosok beliau."Yang perlu kau tahu, bahwa Gear milik ayahmu adalah Gear dengan level tinggi yang sama dengan Xenogears. Gear itu memiliki nama Brigandine. Gear dengan warna merah seperti darah yang memakai senjata utama, Twin Sonic Whip."Serasa ada angin sejuk yang tiba-tiba berhembus, dan melegakan bagi Jasper demi mendengar penjelasan terakhir Diamond. Akhirn
"Mana tenagamu Jez?" Zircon memukul Gear milik Jasper dengan sangat keras. hi Sehingga Advandli harus berlutut untuk menjaga keseimbangannya. "Ayo bangun!" Lanjutnya memberi perintah dengan nada kasar. Tanpa menjawab, Jasper memberdirikan Gearnya, dan memasang kuda-kuda. Dia langsung menyerbu dan melancarkan tendangan begitu melihat sedikit kesempatan. Akan tetapi Fenrir, Gear biru yang dikendalikan Zircon dengan gesitnya melompat dan balik menendang. Celakanya posisi Jasper benar-benar buruk saat ini, sehingga dia tidak bisa menahan serangan itu. Alhasil Advandli terlempar beberapa meter dari posisinya semula. Akibat serangan itu, Jasper merasakan sisi kanan tubuhnya yang sakit akibat benturan keras. "Konsentrasi Jez!" Zircon sekali lagi memberikan arahan dengan sengit. Jasper diam saja tanpa menyahut, bergegas untuk bangkit menghadapinya lagi. Sebenarnya dia merasa kesal dengan sikap Zircon yang menyebalkan. Namun Jasper juga tahu bahwa Zircon sedang badmood saat ini, sehingga d
“Apa aku tadi terlalu kasar kepada Jasper?” Zircon bertanya kepada dirinya sendiri. Pria dingin itu melampiaskan kekesalan dengan ngomel-ngomel sendiri. Sambil memukul keras-keras samsak yang biasa dia gunakan untuk latihan bela diri di kamarnya. Kegiatan untuk melepaskan rasa stress yang melanda. "Apa aku sudah keterlaluan dalam menghajarnya?" "Apa seranganku terlalu brutal untuk ukuran duel dengan pemula?" "Haruskah aku minta maaf kepadanya?" "Sial! Kenapa aku jadi begini sih?" "Kenapa aku jadi tidak bisa bersikap lugas, dan wajar kepada Jasper?" "Aaarghh!" Sekali lagi Zircon melancarkan pukulan keras ke arah samsak. Sejak mendapat tugas menjadi lawan duel dalam ujian Jasper, Zircon menjadi sangat kacau. Dia selalu gelisah, canggung dan kaku saat harus berhadapan langsung dengan Jasper. Bagaimanapun Jasper salah salah satu sahabatnya, salah satu dari ketiga sahabat terbaik Zircon. Oleh karena itu, dia harus merubah sikap kepada Jasper. Kalau diteruskan seperti ini, maka akan
Entah sudah berapa lama Zircon mondar-mandir di dalam kamar setelah ibunya pergi. Bingung untuk memutuskan apakan dia akan menemui Diamond atau tidak. 'Bagaimana sebaiknya? Apa aku harus mendatangi dia atau tidak?' “Diamond brengsek! Kau yang salah, pergi seenaknya saja tanpa pesan!” Umpat Zircon kesal, namun dia keluar juga ke balkon kamar. Kemudian melompat ke balkon kamar tepat di bawah kamarnya sendiri. Kamar Diamond. Keuntungan tinggal di kompleks paviliun kerajaan ini adalah rumah kami yang berdekatan. Hanya berbeda lantai. Entah sengaja atau tidak kamarku, kamar Diamond dan kamar Opal berada dalam satu garis lurus. Kamarku di lantai lima, Diamond di lantai empat dan kamar Opal berada di lantai tujuh, dua lantai di atas kamarku. “Akan aku hajar dia kalau tidak bisa memberikan jawaban yang bagus. Awas saja!” Tekad Zircon saat mendarat dengan mulus di balkon kamar Diamond. Ternyata pintu balkon kamar Diamond dibiarkan terbuka lebar begitu saja. Membiarkan tiupan angin malam me
Opal melirik jam tangan yang melingkar di pergelangan tangan kirinya, sambil terus mengemudikan mobil sport hijau miliknya ke arah istana. “Sial, aku terlambat. Mereka pasti akan menghukumku.” Gerutu Opal melonggarkan ikatan dasi di lehernya. Kemudian melanjutkan konsentrasi pada jalanan yang kian menanjak. Sejak beberapa hari ini Opal memiliki tugas tambahan sebagai pelatih Jasper untuk mengendalikan Gear. Akibatnya dia harus mengganti pekerjaan di rumah sakit yang tertunda pada malam hari. Untung saja Amethys, kakaknya bersedia untuk menangani sebagian pasien Opal. Kalau tidak, dia benar-benar tidak akan sanggup lagi untuk bertahan. Begitu memasuki kompleks istana, Opal membelokkan mobil ke arah paviliun para mentri. Tampak di depan pintu gerbang Diamond dan Zircon yang sudah berdiri dengan berkacak pinggang dan wajah masam. Mereka berdua pun menyambut dan menghentikan mobilnya. “Telat dua puluh menit. Tidak bisa ditoleransi.” Zircon langsung menyambutku dengan nada dingin. “Seb