“Dia mengutus anggotanya untuk antar bunga ke perusahaanku, tapi aku membuangnya!” Lipstik yang dioleskan di bibir Ranty sangat merah. “Dia hanya tinggal diam ketika melihat Cella bersekongkol dengan Jeansen untuk menjebakku. Aku nggak bisa menerimanya!”Aroma alkohol dan suara keras memenuhi isi bar. Di bawah cahaya lampu kelap-kelip, tatapan Sonia masih saja kelihatan berkilauan. “Sebenarnya, kamu lagi permasalahkan soal Matias yang nggak pernah ungkit masalah menikah lagi, ‘kan?”Ranty menatap minuman di dalam gelasnya sembari tersenyum tipis. “Waktu itu saat aku bersama dengan Matias, aku duluan yang mengutarakan perasaan. Bahkan, pertama kali ciuman dan pertama kali berhubungan ranjang juga inisiatifku. Apa mesti aku yang mengungkit masalah menikah?”“Kami sudah bersama selama bertahun-tahun. Setiap kali bertengkar, meskipun aku emosi hingga meninggalkan rumah, pada akhirnya aku juga akan kembali dengan patuhnya. Dia juga yakin aku tidak akan meninggalkannya!”Ranty meneguk minuma
Setengah jam kemudian.Reza sedang berada di kantor polisi di depan bar. Dia menatap sosok Sonia yang sedang duduk di atas bangku panjang.Saat si pria berjalan mendekat, Sonia baru menyadarinya. Dia mengangkat kepala melihat ke sisi pria dengan tatapan tidak bersalah. “Aku juga nggak nyangka orang di bar akan lapor polisi hanya karena masalah sepele ini!”Reza membungkukkan tubuhnya mencubit pipi Sonia. Nada bicaranya terdengar datar. “Saat pihak polisi telepon aku, mengatakan keponakanku ditahan karena berkelahi, aku malah nggak terkejut sama sekali!”Sonia merasa sedikit gugup. “Ranty pakai rok, jadi ….”Reza berkata dengan nada ringan, “Lain kali kita jangan minum bareng dia lagi, ya?”“Memangnya kenapa kalau minum sama aku?” Ranty berjalan mendekat sembari tersenyum. “Kalau Tuan Reza nggak datang, aku juga bisa selesaikan masalah ini, lalu antar Sonia ke rumah dengan selamat!”Reza menegakkan tubuhnya, lalu menatap sosok Jeansen di belakang Ranty.Jeansen yang dilirik Reza dengan
Pada hari Rabu, menjelang jam pulang kerja, Cervin memanggil Kelly ke dalam ruang kantor.Cervin masih terlihat serius, hanya saja sikapnya terhadap Kelly sudah semakin lembut. “Hari ini Pak Levis telepon, katanya dia sangat puas dengan hasil desain vilamu. Kelihatannya modern dan ada sentuhan humanisnya. Bagus sekali!”Kelly merasa sangat gembira karena mendapat pengakuan. “Terima kasih!”“Ini adalah proyek pertama setelah kamu bergabung dalam perusahaan. Aku juga sudah melihat hasil desainmu. Hasilnya memang cukup bagus!” Cervin berkata dengan tersenyum datar, “Malam ini Pak Levis traktiran. Kalian masih belum pernah ketemuan. Jadi, nanti aku akan perkenalkan kalian berdua. Masih ada sedikit detail desain yang ingin dibicarakannya kepadamu.”“Oke, nggak masalah!” balas Kelly dengan segera.“Kalau begitu, kamu siap-siap dulu. Nanti setelah pulang kerja, aku akan bawa kamu ke sana!” pesan Cervin.“Emm, kalau begitu, aku permisi dulu!” Kelly tersenyum lembut, lalu berjalan keluar.Setel
Makanan sudah dihidangkan. Levis menuangkan segelas anggur untuk Kelly. “Nona Kelly, ini pertama kalinya kita ketemuan. Kita juga sudah bicara banyak tadi. Aku mesti bersulang kepadamu karena sudah mendesain rumah yang sangat bagus untukku.”Kelly juga tidak berbicara, hanya meminum setengah gelas anggur saja!“Bagus! Aku suka dengan wanita seperti Bu Kelly!” Levis kembali mengangkat botol anggur, lalu menuangkannya ke dalam gelas Kelly.Cervin berkata dengan tersenyum, “Kelly tidak jago dalam soal minum. Biar aku saja yang bersulang dengan Pak Levis. Terima kasih sudah memercayai perusahaan kami. Aku harap kerja sama kita menyenangkan!”“Selama ada Bu Kelly, kerja sama pasti akan menyenangkan!” Cervin tersenyum tipis terhadap Kelly, lalu mengangkat kepalanya untuk meneguk alkohol.“Bu Kelly ….” Levis kembali mengangkat gelas ke sisi Kelly.Tiba-tiba Cervin berkata, “Kelly, bukannya kamu mau minta pendapat Pak Levis dalam soal desainnya? Cepat keluarkan!”“Oh!” Kelly memperlihatkan has
“Ckck! Kamu tenang saja!” Levis mengerutkan keningnya. “Apa yang kamu takutkan? Nanti Kak Levis akan bukain kamu presidential suite buat kamu. Terserah kamu mau tinggal berapa lama!”Dengan terpaksa Kelly menyesap alkohol lagi.Cervin menyadari Levis tidak berencana untuk bubar. Dia pun memalingkan kepala melihat ke sisi Kelly, lalu berkata, “Rokokku habis. Kamu pergi belikan sekotak buat aku!”Levis segera berkata, “Aku punya rokok. Kamu pakai punyaku saja.”“Tidak apa-apa. Biarkan Kelly saja yang membelinya!”Kelly berdiri, pergi membeli rokok. Beberapa saat kemudian, Kelly pun menelepon Cervin. “Pak Cervin, nggak ada merek yang kamu mau di minimarket!”Cervin berkata dengan suara dingin, “Kamu malah tidak bisa menyelesaikan hal sepele seperti ini. Apa kamu tidak punya otak? Kalau tidak ada di minimarket bawah, ya beli di tempat lain. Kamu tidak usah kembali lagi kalau kamu tidak bisa membelinya!”Usai berbicara, Cervin langsung mengakhiri panggilan.Levis berkata dengan terkekeh, “
Sikap Kelly sangat tegas. “Aku sudah bilang, aku nggak mau pergi!”“Kelly, kenapa kamu keras kepala sekali?” Herry yang merasa sakit kepala itu menghela napas. “Jujur saja, desainer level atas perusahaan kita juga bisa naik level dengan cara seperti ini. Beberapa tahun ini, dia menghasilkan uang yang cukup banyak. Dia bahkan bisa membeli dua rumah di Jembara. Hidupnya lebih nyaman daripada siapa pun. Apa kamu tidak ingin hidup seperti itu?”“Kamu memenuhi persyaratan itu. Kamu cantik dan putih. Tidak semua orang memiliki kesempatan untuk disukai Pak Levis!”Kelly berkata dengan tersenyum sinis, “Pak Herry, maaf aku tanya sebentar, kita itu lagi buka perusahaan arsitektur atau lagi buka klub malam?”Raut wajah Herry seketika menjadi muram. “Kelly, aku lagi ngomong baik-baik sama kamu. Kamu jangan tidak tahu diri!”Kelly membalas, “Aku nggak pantas untuk diajak ngomong baik-baik sama Pak Herry. Aku cuma ingin jadi desainer biasa saja. Aku nggak sanggup buat temani klien. Kalau kamu meras
Pada jam delapan malam, di sebuah hotel.Levis memesan sebuah kamar executive suite. Ketika melihat pintu kamar tidak ditutup rapat, dia tahu bahwa kemungkinan Kelly sudah tiba.Levis membuka pintu memasuki ruangan. Dia menutup pintu, lalu memanggil, “Kelly! Kelly!”Tidak ada balasan apa pun. Levis berjalan melewati ruang tamu menuju ke kamar. Baru saja memasuki ruangan, tiba-tiba terdengar suara banting kuat pintu. Ada tiga orang sedang berdiri di belakang pintu. Orang pertama adalah Kelly, sedangkan kedua orang lainnya tidak pernah dijumpai Levis. Hanya saja, wajah mereka sangatlah indah!Ekspresi genit di wajah Levis semakin kental saja. “Kelly, apa yang lagi kamu lakukan? Apa kamu mau ajak teman-temanmu untuk main bersama?”“Main kepalamu!” Ranty langsung menghantam kepala Levis dengan botol anggur. Botol anggur hancur berkeping-keping. Cairan alkohol berwarna merah darah mengalir dari atas kepala Levis.“Ahh!” Levis menutup kepalanya sembari menjerit kuat.Ranty menendang dada Lev
Hanya saja, hari ini Levis merasa difitnah! Dia tidak janjian dengan Sanny!Istrinya Levis juga tidak bersedia mendengar penjelasannya. Dia melihat Levis sedang berbaring di atas ranjang tanpa berbusana. Dia segera memanggil orang yang datang bersamanya, lalu menggebukinya bersama!Baru saja Levis digebuki, sekarang dia malah digebuki lagi!Di kamar seberang, Ranty berjalan keluar kamar dan kedengaran suara jerit minta ampun pria dari dalam kamar, dia hampir saja tertawa.Sonia berkata dengan suara datar, “Jangan dengar lagi! Ayo, kita pergi!”Ranty merangkul pundak Kelly, berjalan ke luar. “Seru sekali hari ini. Sudah lama aku nggak sepuas hari ini!”Kelly tersenyum. “Aku traktir kalian makan. Kalian mau makan apa?”Ranty membalas, “Aku mau makan barbeku!”Sonia mengangkat-angkat alisnya. “Dimasakin koki Nine Street Mansion lagi?”“Hari ini kita cari barbeku di pinggir jalan saja. Aku lagi gembira. Makan apa saja juga nggak masalah buat aku!” Ranty mengangkat-angkat alisnya. “Sekarang
Tiba-tiba Morgan bertanya, “Kenapa kamu tidak pacaran?”Theresia tertegun oleh pertanyaan Morgan. Dia mengangkat kepalanya dengan perlahan, lalu berkata, “Seleraku jadi tinggi gara-gara kamu. Aku takut orang lain nggak sanggup.”Morgan terdiam.Ternyata Theresia sudah berbeda dengan yang dulu. Dia berubah menjadi lebih pemberani. Setiap ucapannya membuat Morgan tidak bisa berkata-kata. Hanya saja, dia tetap berbicara dengan begitu serius dan lugu, membuat Morgan tidak tega untuk mengomelinya.Usai berbicara, Theresia pun tersenyum. Dia tidak berbicara lagi, melainkan menunduk untuk menyantap makanannya dengan tenang.Selesai makan, Theresia menyeduh secangkir teh untuk Morgan, kemudian menyeduh secangkir kopi untuk dirinya sendiri.Meski aroma kopi dan teh bercampur aduk, aromanya tetap terasa nyaman.Theresia duduk di atas pangkuan Morgan, lalu melingkari lehernya. “Aku nggak ingin ngapa-ngapain hari ini, cuma ingin temani kamu saja, ya?”Terdengar nada manja dalam suaranya, seperti s
Reza mengusap wajah Sonia. “Semoga saja yang dia harapkan itu anggota keluarga, bukan uang. Semoga juga dia bisa memahami maksud kalian, bisa mempertahankan pemikiran awal, tidak terbuai dengan kekayaan.”Sonia menggigit bibirnya dengan perlahan. “Semoga saja dia nggak seperti itu. Hanya saja, aku juga bakal lebih hati-hati.”“Kalau begitu, kita amati selama beberapa saat dulu. Seandainya Hallie memang pantas untuk disukai Tuan Aska, masalah cucu kandung atau bukan juga bukan masalah. Seandainya dia tidak pantas, beri dia sedikit uang sebagai tebusan saja.”Sonia mengangguk. “Semuanya tergantung dengan nasibnya sendiri.”Mereka berdua selesai mengobrol masalah Hallie. Reza memeluk Sonia. “Pergi mandi dulu, lalu sarapan. Aku sudah telepon Bi Rati. Dia lagi masak yang enak-enak buat kamu.”Sonia memeluk Reza. “Aku juga merindukan Bibo!”Reza tersenyum tipis. “Sepertinya kamu tidak pernah merindukanku.”“Apa aku nggak pernah mengatakannya? Seingatku, aku sering mengatakannya berkali-kali!
“Sudah hampir pukul sembilan!”Sonia mengerutkan keningnya dengan kesal. “Tadinya aku berencana bangun pagian untuk pergi ke rumah. Tandy sudah hampir ujian akhir semester. Aku ingin memeriksa bagian mana yang ketinggalan, biar bisa beri bimbingan belajar buat dia.”Sonia menengadah kepalanya menatap Reza, lalu berkata dengan tersenyum, “Aku ini bukan guru bimbel yang bertanggung jawab. Untung saja Kak Diana nggak marah.”Reza mencubit pipi Sonia. “Kamu itu guru bimbel yang direkrut dengan susah payah. Meski dia marah, dia juga bisa memendamnya saja.”“Kamu malah berani ngomong lagi! Dia melakukannya juga demi kamu!” dengus Sonia dengan ringan.“Kalau begitu, demi balas budi kepada Kak Diana, aku pergi ajari Tandy saja?”Sonia kepikiran dengan gambaran paman dan keponakan yang sedang mengajar dan belajar itu. Tiba-tiba dia tertawa.Reza menggendong Sonia. “Hari ini kita tidak pulang. Kamu sudah sibuk gara-gara masalah Hallie. Hari ini kita tidak usah melakukan apa-apa, kita kembali ke
“Jangan kemari. Kalau tidak, kalian bukan hanya tidak bisa dirawat di rumah sakit saja, kalian bahkan tidak bisa tinggal di Kota Jembara lagi!” Nada bicara Reza terdengar datar. “Aku sudah cukup memberi kalian muka dengan membiarkan kalian tinggal di Kota Jembara. Seharusnya kamu mengerti!”“Aku mengerti! Aku mengerti!” Hendri berkata, “Aku tahu apa yang sudah aku lakukan. Aku mengerti kalau kamu berbelas kasihan kepada kami!”“Kalau kamu mengerti, mohon jauhi Sonia. Jangan ganggu dia lagi!”“Tuan Reza!” Hendri berkata dengan buru-buru, “Waktu itu aku mengantar Sonia untuk melakukan pernikahan bisnis dengan Keluarga Herdian. Sekarang hubungan kalian sebaik ini. Aku tergolong telah berbuat baik. Bisakah dilihat dari masalah itu, kamu membantuku sekali lagi?”Kening Reza berkerut. Dia berkata dengan suara dingin, “Kenapa Sonia bisa punya ayah sepertimu!”Hendri sungguh merasa malu. “Aku tidak menjadi seorang ayah yang baik. Aku sungguh bersalah pada Sonia. Aku berharap kelak aku memiliki
“Meskipun jelek, aku tetap menyukainya!” Reza memeluk Sonia ke dalam pelukannya. “Aku tahu masalah hari ini di luar dugaan, tapi kalau kejadian ini terulang lagi, aku berharap kamu tidak maju ke depan lagi!”Bagaimana kalau barang itu adalah bom? Siapa tahu ….Sonia memiringkan kepalanya bersandar di pundak Reza. “Waktu itu, aku nggak berpikir terlalu banyak. Cella menargetkanku. Nggak mungkin aku melibatkan Hallie.”“Cella memang bodoh. Padahal dia tahu alasan Keluarga Tamara bisa menjadi seperti sekarang, dia masih saja berani untuk tidak melepaskanmu!” Tatapan Reza kelihatan dingin. “Dia itu takut aku akan melupakannya. Bagus juga dia bisa datang, aku tidak akan melepaskannya lagi!”Sonia tidak menganggap masalah Cella. “Cukup usir dia dari Kota Jembara saja. Jangan kotori tanganmu demi dia.”“Aku akan mengatasinya!” Reza mengecup wajahnya. “Tidurlah!”Sonia berbaring di atas ranjang. Reza juga ikut berbaring di sisinya. Dia meniup punggung tangan Sonia sembari merangkul Sonia ke da
Aska memelototinya. “Saat siang tadi, kamu bilang kamu bisa mengambil keputusan!”Jemmy berkata dengan lantang, “Kamu malah percaya sama omonganku agar kamu menemaniku main catur?”Aska terdiam membisu.Jemmy tersenyum. “Jujur saja, kamu juga tahu sendiri temperamen Morgan. Apa kamu tidak takut Hallie akan menderita nantinya?”“Tidak takut. Aku merasa tenang bisa menikahkannya dengan keluargamu!” balas Aska.“Kamu baru saja menemukan Jeje. Sekarang kamu malah buru-buru ingin menikahkannya. Sebenarnya apa yang sedang kamu pikirkan?” Jemmy tersenyum dingin.Aska segera berkata, “Aku hanya ingin menetapkannya saja. Tentu saja aku tidak buru-buru dalam soal pernikahan.”“Tenang saja, cucuku itu masih belum punya pacar! Biarkan Julia pulang dulu, tes DNA lebih penting!” balas Jemmy.Saat mengungkit soal Julia, Aska pun tidak berbicara lagi.Di sisi tangga, Hallie yang sudah mengganti pakaian baru dan hendak menuruni tangga kedengaran perbincangan mereka berdua. Dia menggigit bibirnya dan ke
Setelah tiba di bawah gedung apartemen, Theresia mengambil tasnya dan menuruni mobil. “Mengenai isi perbincangan hari ini, aku akan suruh anggotaku untuk memasukkannya ke dalam kontrak. Saat hari Senin nanti, aku akan kirimkan kontrak perpanjangan untuk kami. Setelah kamu baca dengan saksama, kamu baru kirim kembali kepadaku.”“Baik!” Roger tersenyum lembut.Roger ikut menuruni mobil. Dia melihat wanita yang sedang berpamitan dengannya, lalu spontan berkata, “There, kita sudah kenal selama ini. Seharusnya kamu mengerti perasaanku kepadamu, bisa tidak kamu beri aku satu kesempatan?”Roger mengeluarkan sebuah cincin berlian dari dalam sakunya. “Cincin ini sudah lama bersamaku, tapi aku nggak punya keberanian untuk mengutarakan perasaanku. There, hari ini mungkin aku sedikit gegabah, tapi aku pasti bukan impulsif!”Cuaca hari ini sangat dingin. Lampu jalan memancarkan cahaya dingin, memancar ke atas berlian. Bahkan, berlian itu juga terasa sedikit dingin.Theresia berkata dengan suara lem
Morgan mengangguk. “Kalau begitu, kita pulang dulu!”Sonia berpesan, “Jangan beri tahu Kakek!”“Aku mengerti!” balas Morgan, lalu membalikkan tubuhnya pergi mengendarai mobilnya. Hallie berpamitan dengan Sonia, Theresia, dan yang lain, kemudian memasuki bangku samping pengemudi.Saat Theresia melihat mobil berjalan pergi, dia mengalihkan pandangannya, lalu bertanya pada Sonia, “Apa tanganmu sakit?”“Nggak sakit lagi. Hanya luka kecil saja. Kamu juga cepat pulang sana!” Sonia tersenyum tipis.Theresia berkata dengan khawatir, “Cella memang gila. Meski dia telah dibawa ke kantor polisi, dia juga nggak akan ditahan terlalu lama. Kamu sendiri mesti lebih hati-hati. Orang seperti itu biasanya akan melakukan hal tanpa memperkirakan akibatnya.”“Aku akan melakukannya!” balas Sonia.“Kalau begitu, aku pergi dulu!” Theresia melambaikan tangannya kepada Sonia. Dia memalingkan kepalanya melihat Roger. “Ayo, kita pergi.”Reza baru kembali dari menelepon. Dia berkata pada Sonia, “Kita ke rumah saki
Sonia segera membalikkan tubuhnya. Dia menyadari di bawah cahaya gelap, sesosok bayangan tubuh menerjang ke sisinya dengan memegang dua botol asam sulfat di tangannya. Satu di kiri dan satu di kanan. Kemudian, dia melemparkannya satu per satu ke sisi Sonia dan yang lain.“Sayang!” Reza segera berlari menarik Sonia ke dalam pelukannya. Dia menggunakan mantelnya untuk membungkus Sonia.Pada saat bersamaan, tubuh besar Morgan juga berdiri di depannya. Ketika melihat Sonia ditarik pergi oleh Reza, dia langsung menarik tangan Theresia, memutarkan tubuhnya melindungi Theresia di dalam pelukannya.Pada akhirnya, hanya tersisa Hallie sendiri. Dia melihat dengan mata kepalanya sendiri botol asam sulfat di depan wajahnya.“Hallie!” Sonia mendorong Reza, langsung melompat untuk menendang botol asam sulfat, kemudian jatuh menindih di atas tubuh Hallie.Botol asam sulfat yang satu lagi melayang bergesekan dengan kepala mereka berdua, lalu menghantam ke atas mobil Reza. “Bamm!” Terdengar suara ledak