Edwina melihat kegigihan Lizbeth.“Kak, kita akan cari peta. Tapi, untuk saat ini Kakak istirahat dulu sebentar. Saat ini Kakak sedang hamil, tolong jangan egois.”Lizbeth tersentak, tangannya masih meraba perutnya. Lizbeth akhirnya mengalah, dia tidak ingin janin dalam kandungannya ikut stres. Jadi, Lizbeth mencoba mengatur napasnya. Dan kembali berbaring.Edwina merasa tidak enak, karena ucapannya barusan terlalu tegas. Dia takut Lizbeth marah, Edwina menarik selimut menyelimuti tubuh Lizbeth.“Aku akan mencari petanya. Kakak istirahat, tidak masalah Kakak marah padaku. Selama itu bisa membuat Kakak baik-baik saja.”Lizbeth bergeming, Edwina mulai melihat sekitar. Seperti yang dipikirkan Lizbeth, tempat ini tanpa batas. Edwina tidak pernah tahu adanya ruangan ini. Karena dia tidak dekat dengan mendiang kakeknya, selain itu tidak ada kesan antara mereka.Waktu berlalu begitu saja. Pukul 03:26. Jalur Utara MansionTiga orang berpakaian gelap meluncur cepat melalui terowongan bawah tan
Jam menunjukkan pukul 01:48 dini hari. Mansion utama tampak tenang, tetapi sebenarnya tidak benar-benar tenang. Dua bayangan gelap melintasi kebun mawar, mematikan sensor gerak satu demi satu dengan alat pengacau.Di ruang pengawasan lantai dua, Derex, kepala keamanan mansion, menajamkan pandangan. “Gerakan tak wajar di zona selatan taman.”Salah satu teknisi memperbesar rekaman. “Sinyal jamming. Kita tidak bisa akses enam kamera terakhir.”Derex menekan tombol alarm darurat internal. Lampu merah mulai berputar di lorong-lorong lantai bawah tanah. Juga memberikan sinyal kepada orang-orang Lucien. Malam itu Samantha bahkan sama sekali tidak bisa tidur. Sepanjang malam dia gelisah, Polly di sisinya.“Nyonya, tenangkan diri Anda.”“Alessandro, anak ini—- aku tidak tahu lagi, trik apa yang dia mainkan. Dan apa yang sebenarnya dia inginkan, kedudukan atau semua yang dimiliki Kingsley?”“Sejak dulu Tuan Alessandro tidak pernah bisa ditebak.”Samantha mendengar sesuatu yang membuatnya gelis
Di dalam ruangan rahasia, Lizbeth dan Edwina duduk bersebelahan. Edwina terus memperhatikan perut Lizbeth. Lizbeth mendadak malu.“Kenapa kamu menatapku terus?”“Aku terlalu senang saat tahu kalau kau hamil. Akhirnya akan ada Lucien junior,” kata Edwina tersenyum.“Aku juga senang kamu datang. Sekarang aku tidak merasa sendirian.”Edwina memeluk Lizbeth dengan kehangatan.“Sekarang Kakak tidak sendirian.Aku di sini sekarang.”Lizbeth menghela napas, manik matanya menatap tembok di depan sana. Ia bertanya pelan, “Freya, kenapa dia tidak kembali?”Wajah Edwina mengeras sejenak, tapi ia tetap menjawab dengan nada tenang. “Dia sedang diperiksa. Tadi, aku sempat mendengar pembicaraan nenek dan ibuku. Kak Lucien menemukannya menyembunyikan sesuatu. Mungkin penting.”Lizbeth menggigit bibirnya. “Dia sempat bilang ingin menyampaikan sesuatu pada Lucien, tapi belum sempat. Apakah itu yang dimaksud?”“Entahlah,” jawab Edwina jujur. “Tapi jika dia memang menyembunyikan sesuatu. Kita harus tahu a
Freya tidak kaget. Seperti sudah menduga pertanyaan itu akan keluar. Sorot matanya tidak berubah, tetap teduh dan tak gentar. Tapi ada getaran di jemarinya saat dia menautkan kedua tangannya di pangkuannya.“Aku tidak pernah menjadi kaki tangan siapa pun, Tuan,” jawabnya tenang. “Tapi aku pernah membuat kesalahan.”Lucien tidak menjawab. Hanya menatap Freya lebih dalam.“Aku direkrut oleh seseorang dari dalam grup Moretti, bertahun-tahun yang lalu,” ucap Freya. “Jauh sebelum Tuan mengenal Nyonya Lizbeth. Tugas asliku adalah menjadi pengamat. Menyusup ke lingkungan Kingsley, mencatat, mengawasi, dan mengirim laporan secara berkala. Hanya itu. Tidak ada perintah membunuh. Tidak ada sabotase.”Freya tidak tahu apakah Lucien akan percaya dengan kata-katanya. Namun, dia sudah mengatakan yang sebenarnya.Lucien mengernyit. “Dan kau menjalankan tugas itu, di belakangku selama ini?” tanya Lucien dengan tatapan tajam. “Selama ini aku mempercayaimu—”Freya mengangguk pelan, matanya berkabut. “
Mata Lizbeth berkabut. “Lucien—”Lucien sudah lebih dulu meraih tubuh Lizbeth dan memeluknya, ia mengecup kening Lizbeth. Lalu mundur, pintu rahasia yang perlahan tertutup. Sebelum ruangan itu benar-benar tertutup sepenuhnya, suara Lucien terdengar lembut bersama senyuman di wajahnya.“Aku akan segera kembali. Tunggulah— Lilibeth.”Ruangan rahasia itu begitu luas, dindingnya dari baja tebal, pencahayaannya redup, dan sebuah ruangan bawah tanah yang disusun dengan sempurna. Meskipun Lizbeth terkurung satu tahun pun, dia tidak akan kelaparan. Semua kebutuhannya sudah terpenuhi di dalam sana. Air mata Lizbeth menetes, ia mencemaskan Lucien di luar sana.“Lucien,” gumamnya masih berdiri di tengah ruangan, matanya menatap nanar. “Aku tidak suka bersembunyi seperti ini.”Lucien memutar tubuhnya dan menghela napas. Matanya berbinar.“Aku tidak bisa kehilanganmu, aku tidak ingin kamu terluka.” gumamnya pelan. “Ini caraku melindungimu.”Freya mencoba menenangkan Lizbeth dengan mengambilkan ai
Freya terkejut, dia menatap Lizbeth dengan tatapan yang berbeda. Lizbeth menatap Freya.“Kenapa kamu menatapku seperti itu?” tanya Lizbeth.Freya kemudian tersenyum hangat. “Anda seperti orang lain, Nyonya. Saya melihat kalau Anda bukan lagi perempuan yang dulu pernah Tuan bawa ke rumah.”Lizbeth tersipu, lalu menghela napas seraya menyantap camilan di depannya menatap ke atas langit.“Aku tidak ingin menjadi Lizbeth yang lemah, yang selama ini selalu berada dalam bayang Lucien. Dia selalu menjagaku. Alessandro, dia tidak akan membunuhku dengan mudah. Bagaimanapun, anak di perut ini lebih berharga dari nyawaku.” Lizbeth masih mengelusnya.Tanpa Lizbeth sadari, para pelayan dan tukang kebun mendengarnya. Salah seorang tukang kebun, pria yang usianya di atas Lizbeth pergi membawa peralatannya dan menjauh dari Lizbeth. Juga seorang pelayan yang tadi baru saja datang mengantarkan camilan untuk Lizbeth.Tanpa mereka sadari, ada tim Jason yang terus mengecek semua pergerakkan semua orang di