Home / Romansa / Jebakan Cinta Sang Pewaris / Chapter 015 [MENYEBALKAN]

Share

Chapter 015 [MENYEBALKAN]

last update Last Updated: 2024-12-15 09:46:20

“Kau basah,” komentar Aldrich sambil melirik Valerie dari ujung rambut hingga ujung kaki.

Valerie baru saja kembali dari toilet dengan rambut sedikit berantakan dan wajah yang masih terlihat lembap setelah membasuhnya tadi. Perkataan ambigu Aldrich membuatnya langsung memutar bola mata.

“Astaga, kau ini bisa tidak berbicara seperti orang normal?” balasnya tajam, sambil berjalan menghampiri meja untuk mengambil tas yang ia tinggalkan.

“Babe, kau mau meninggalkanku, ya?” goda Aldrich, suaranya cukup keras untuk menarik perhatian beberapa orang di sekitar mereka.

Valerie langsung menoleh tajam ke arahnya. Ia melihat sekilas sosok ayahnya, Bastian, yang sedang mengawasi dari jauh dengan tatapan penuh antisipasi.

Merasa semakin kesal dengan tingkah Aldrich, Valerie dengan santai mengacungkan jari tengahnya kepada pria itu sambil menggumamkan kata kasar. Namun bukannya tersinggung, Aldrich malah terkekeh pelan, senyum miring khasnya tak kunjung hilang dari wajahnya.

“Ya ampun, calon tunan
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Wi2t(MACAN)
wkwkwkwk iya bnr Aldrich sangat manipulatif... tapi Q suka... ......
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 016 [MEMBANGUNKAN PUTRI TIDUR]

    “Sudah sampai,” gumam Aldrich, tapi suaranya tertahan ketika melirik ke arah Valerie yang duduk di kursi penumpang. Wanita itu tertidur. Kepalanya sedikit miring ke arah jendela, rambutnya tergerai lembut menyentuh bahunya, beberapa helai menutupi sebagian wajahnya. Napasnya teratur, naik turun dengan lembut, membuatnya terlihat begitu damai dan tanpa beban—sisi yang jarang Aldrich lihat dari wanita yang biasanya penuh energi dan sinisme.Aldrich memiringkan tubuhnya sedikit, memperhatikan lebih dekat. Wajah Valerie terlihat tenang di bawah cahaya redup dari lampu jalan yang menyusup ke dalam mobil. Bibirnya yang berwarna alami sedikit terbuka, kulitnya tampak halus, dengan garis wajah yang sempurna. Hidungnya yang mancung dan alisnya yang melengkung sempurna memberi kesan keanggunan, bahkan dalam tidur. Ada rona merah muda samar di pipinya, entah karena suhu di dalam mobil atau mimpi yang menyenangkan. Aldrich tak bisa menahan senyum tipis.“Tidur seperti ini saja tetap cantik,”

    Last Updated : 2024-12-15
  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 017 [MENCURI RUANG TANPA IZIN]

    “Sssth...” Valerie memegangi kepalanya yang berdenyut, mungkin efek samping dari minuman beralkohol yang tadi ia tenggak di restoran. Dengan langkah lesu, ia menghempaskan diri ke sofa ruang tamu, lalu memejamkan mata sejenak. Hening malam terasa menenangkan, tapi pikirannya justru penuh dengan hal-hal yang tak ingin ia pikirkan.Tiba-tiba, wajah Aldrich yang begitu dekat dengannya di mobil tadi kembali melintas di benaknya. Napasnya tercekat saat membayangkan senyuman miring pria itu, dan bagaimana suaranya terdengar santai namun menggoda ketika berkata ingin menciumnya. Valerie menggigit bibir bawahnya, lalu membuka mata dengan cepat.“Tidak bisa kupungkiri, dia memang tampan.” gumamnya, setengah kesal, setengah terpesona. Ia mendengus pelan, merasa hidupnya seperti lelucon besar. Bagaimana mungkin pria yang harusnya ia jauhi malah terus-menerus mendominasi pikirannya?Namun, tanpa sadar, pikirannya beralih ke sosok lain: Charlos. Mantan kekasihnya. Lelaki yang pernah ia percaya

    Last Updated : 2024-12-15
  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 018 [MIMPI LIAR]

    “Jam berapa ini?”Valerie meraba-raba meja kecil di samping tempat tidur, mencari ponselnya yang entah di mana. Matanya masih setengah tertutup, sementara pikirannya mencoba menyesuaikan diri dengan kenyataan pagi itu. Akhirnya, ia menemukan ponselnya tergeletak di antara tumpukan buku. Layarnya menyala, menunjukkan waktu yang sudah melewati pukul sembilan pagi."Sial," gumam Valerie sambil mengusap wajahnya. Ia berharap tidur semalam bisa menghapus pikiran tentang Aldrich, atau setidaknya menyegarkan dirinya. Tapi kenyataan berbicara lain. Alih-alih melupakan pria itu, ia malah memimpikannya—dan tidak tanggung-tanggung, mimpi itu liar, berani, dan terlalu detail untuk diabaikan."Astaga, Valerie," rutuknya pelan sambil memegangi kepalanya. "Kau pasti sudah gila. Bagaimana bisa memimpikan pria menyebalkan itu dalam skenario seperti demikian?"Ia terdiam sejenak, mencoba mengingat mimpinya. Wajah Aldrich yang tersenyum miring, tatapan tajamnya yang seolah tahu semua kelemahan Valer

    Last Updated : 2024-12-15
  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 019 [TIDAK TERLALU BURUK]

    "Kau tepat waktu juga," kata Valerie sambil membuka pintu, menatap Aldrich yang berdiri di depannya dengan senyum khas yang membuatnya sulit ditebak.Meski sempat menggerutu sepanjang pagi, nyatanya Valerie tetap mempersiapkan diri. Ia memilih mengenakan gaun santai bermotif bunga-bunga kecil yang memberikan kesan kasual namun tetap anggun. Potongan gaun itu sederhana, dengan tali tipis di bahu dan rok yang sedikit mengembang hingga di atas lutut. Rambutnya ditata rapi dalam gaya bun tinggi, menyisakan beberapa helaian lembut yang membingkai wajahnya. Tidak ada riasan berlebihan, hanya lip gloss tipis yang menonjolkan warna natural bibirnya.Aldrich menatap Valerie dari ujung kepala hingga kaki, sejenak terdiam sebelum mengangkat alisnya. "Kau tahu, kau membuat tugas ini lebih sulit untukku.""Apa maksudmu?" Valerie menatap Aldrich curiga.Aldrich tersenyum miring, matanya berbinar nakal. "Mencoba menjaga jarak, tentu saja. Tapi kalau kau terus terlihat seperti ini, aku mungkin lup

    Last Updated : 2024-12-15
  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 020 [KULITMU, LEMBUT]

    "Lalu hari ini kita mau ke mana?" tanya Valerie, akhirnya menyerah untuk melanjutkan pembicaraan ini dengan nada formal. Ia menyilangkan kedua lengannya, menatap Aldrich dengan wajah setengah jengah. Pria itu selalu punya cara untuk membuatnya penasaran, meski Valerie benci mengakuinya.Aldrich menegakkan tubuhnya, meletakkan gelas di meja dapur sebelum menyelipkan tangan ke saku celananya. "Ke butik," jawabnya santai, seolah itu adalah hal paling wajar di dunia."Butik?" Valerie memiringkan kepalanya. "Apa kau mau membeli setelan baru untuk dirimu sendiri? Kalau ya, kenapa aku harus ikut? Lagipula, bukankah hari ini kau mengatakan jika kita akan menghadiri acara keluarga?"Aldrich terkekeh, sorot matanya penuh godaan. "Bukan untukku, babe. Untukmu."“Ah, sebenarnya yang kedua itu tidak sungguh-sungguh. Aku hanya ingin bermain denganmu.” tambah Aldrich melanjutkan. Valerie mendadak terdiam. Giginya saling beradu, geram dengan tingkah Aldrich yang semaunya itu. Menarik nafas panjan

    Last Updated : 2024-12-15
  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 021 [KOMENTAR TAJAM]

    Setelah beberapa saat menenangkan dirinya di ruang ganti, Valerie keluar dengan anggun mengenakan gaun yang tadi Aldrich bantu kenakan. Gaun itu berwarna biru muda dengan potongan yang pas di tubuhnya, memancarkan aura elegan. Ia berjalan menuju Aldrich yang tengah duduk santai di sofa, tapi pria itu segera bangkit ketika melihatnya."Luar biasa," Aldrich memujinya dengan nada tulus kali ini, tanpa tambahan godaan seperti biasanya. Mata pria itu memperhatikan Valerie dari ujung kepala hingga ujung kaki. "Aku tahu itu akan cocok denganmu."Valerie memutar bola matanya, meski pipinya sedikit memerah. "Kau terlalu banyak bicara. Jadi, ini cukup atau kau ingin aku mencoba semua gaun di sini?"Aldrich tersenyum kecil, mengambil ponselnya dan pura-pura sibuk mengetik sesuatu. "Sepertinya aku harus membeli gaun ini untukmu.""Membelikan gaun? Aku bisa membayarnya sendiri, Aldrich," tegas Valerie sambil melipat tangan.Aldrich menurunkan ponselnya, menatapnya serius. "Aku tahu kau bisa, Val

    Last Updated : 2024-12-15
  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 022 [MAGNET]

    "Aku ke toilet dulu."Valerie bangkit dari tempat duduknya setelah mengelap singkat bibirnya dengan serbet. Gerakannya anggun, meskipun terlihat sederhana. Aldrich hanya mengangguk, matanya mengikuti punggung Valerie yang menjauh, melangkah dengan percaya diri di antara meja-meja restoran mewah itu.Aldrich bersandar di kursinya, mengambil posisi yang begitu santai namun tetap terlihat berwibawa. Pemandangan pria itu dengan jas hitam sempurna, rambut tertata rapi, dan rahang tegas yang memancarkan aura dingin membuat siapa pun yang melihatnya sulit berpaling. Beberapa orang mulai memperhatikan, dan suara bisik-bisik pelan terdengar dari meja terdekat."Dia artis, kan?" bisik seorang wanita muda di meja depan, matanya melirik penuh penasaran."Entahlah, tapi wajahnya tampan sekali," timpal temannya sambil terus mencuri pandang.Aldrich tidak peduli. Selama tiga puluh tahun hidupnya, perhatian semacam ini sudah menjadi hal yang biasa. Entah itu di restoran, jalan umum, atau acara-aca

    Last Updated : 2024-12-16
  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 023 [SULIT, TAPI MENARIK]

    "Sudah sampai."Aldrich menghentikan mobilnya di depan apartemen Valerie. Lampu-lampu kota memantulkan cahaya di permukaan mobilnya, menciptakan suasana malam yang hangat namun tetap elegan. Tak seperti sebelumnya, kali ini Valerie tidak tertidur. Dia memandang bangunan apartemen di sebelahnya sebelum menoleh kepada Aldrich."Terima kasih sudah mengantarku pulang," katanya singkat, suaranya terdengar sedikit lelah.Aldrich mengangguk kecil, senyum tipis menghiasi wajahnya. Namun, nada bercandanya langsung muncul. "Kau tidak menawarkanku untuk masuk?" tanyanya dengan alis terangkat, membuat Valerie memutar bola matanya."Tidak, terima kasih. Pulanglah!" balas Valerie tegas sambil membuka pintu mobil. Tapi Aldrich tidak menyerah. Dia memasang ekspresi pura-pura terluka, satu tangannya memegangi dada."Kau kejam sekali, nona," ujarnya dramatis, seolah benar-benar terluka oleh penolakan itu.Valerie mendengus kecil, menyandarkan punggungnya ke pintu yang masih terbuka. "Kejam adalah na

    Last Updated : 2024-12-16

Latest chapter

  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 217

    Aldrich tak sabar ingin segera mengabari Valerie. Dalam perjalanan pulang, setelah membuka kaca jendela, membiarkan angin dingin masuk, ia menatap buah kecil yang ditaruhnya di tisu di kursi depan. Lalu dengan sebelah tangan mengetikkan pesan untuk Valerie. Aldrich :Aku berhasil mendapatkannya.Valerie :Hah? Kamu beneran dapat?!!!Aldrich :Langsung dari pohonnya. Satu biji. Tapi ini… buat kamu dan si kecil.Valerie :Aku nangis.Aldrich :Jangan. Nanti buahnya asin.Valerie terkekeh sambil memeluk guling. Pipinya memanas. Ada geli yang menjalari perut, tapi juga sesak hangat yang menyeruak dari dalam dada. Matanya berkaca-kaca, tak jelas apakah itu karena tertawa atau karena haru.Setelah menggelapkan layar ponselnya dan menaruh ke meja kecil disamping tempat tidur, perlahan, ia pun menghempaskan tubuhnya ke ranjang, tenggelam dalam lembutnya selimut dan bantal-bantal empuk. Kepalanya menengadah ke langit-langit kamar.Senyum tipis terukir di wajahnya.Tangannya terangkat, menepu

  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 216

    Aldrich menatap mall di depannya sekilas, sebelum masuk ke dalamnya. Beberapa mata langsung tertuju pada Aldrich, bahkan, secara terang-terangan menatap lapar ke arah pria itu. Aldrich tidak peduli, dia acuh. Kaki panjangnya langsung melangkah mantap memasuki supermarket di dalam mall tersebut. Bergegas menuju bagian buah impor dan lokal.“Maaf, Mas,” ucap Aldrich mencegat petugas yang baru saja meletakkan keranjang buah di sisi pojok. Petugas itu menoleh dan tersenyum sopan. “Iya, Mas? Ada yang bisa saya bantu?” tanyanya. Aldrich mengangguk, lalu menatap cepat ke sekeliling. “Saya mau nyari buah mundu atau jawura. Di bagian mana ya?” “Mundu? Jawura?” petugas itu mengulangi pertanyaan Aldrich seolah itu mantra asing. “Mohon maaf, kami nggak ada stok itu.”Aldrich mengelus rambutnya, frustrasi. “Oh ya? Terima kasih, Mas.”“Sama-sama, mas. Mari, permisi.”Menghela nafas panjang, Aldrich keluar dari mall, berdiri di bawah lampu jalan yang mulai redup, menatap layar ponsel.Pukul 20.0

  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 215

    Valerie tertawa. “Astaga… aku ingat sedikit. Ayah sempat nangis juga, ya?”“Iya, sambil bilang, ‘Anakku sudah bisa kabur dari rumah!’” ujar Bunda menirukan suara Bastian dengan gaya dramatis, dan mereka berdua meledak dalam tawa.Halaman demi halaman Valerie buka, menemukan momen-momen kecil yang dulu hanya kabur dalam ingatan: waktu ia nyasar di taman belakang dan ditemukan tidur di bawah pohon mangga, saat menangis karena balon ulang tahunnya meletus, atau saat mencoret-coret dinding dengan krayon lalu menyalahkan “kucing tetangga.”“Aku… beneran dulu segemas ini ya Bun?” Valerie mencubit pipinya sendiri.“Gemes banget, sampai bikin Bunda takut kamu cepat besar dan ninggalin Bunda,” ucap Bunda sambil mengelus rambut Valerie.Valerie diam sejenak, menatap satu foto lama. Itu adalah fotonya dan Jennifer, masih berseragam sekolah, tersenyum sambil memegang bunga matahari yang mereka tanam bersama.Wajah Valerie perlahan berubah. Tangannya menyentuh foto itu sejenak, lalu cepat-cepat me

  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 214

    Tok. Tok.Ketukan lembut terdengar di pintu kamar Valerie. Suaranya disusul suara lembut yang tak pernah gagal membuat Valerie merasa seperti anak kecil lagi.“Sayang, Bunda boleh masuk?”Valerie yang sejak tadi hanya duduk di tepi ranjang, memeluk bantal sambil memandangi jendela, menunggu pesan dari Aldrich, menoleh pelan. Ia mengangguk meski tahu sang bunda tak bisa melihatnya.Pintu terbuka perlahan. Wanita elegan dengan balutan blouse biru pastel itu melangkah masuk, menenteng secangkir susu hangat. Senyum hangatnya muncul lebih dulu, sebelum ia duduk di sisi tempat tidur Valerie.“Apa kamu merasa nyaman?” tanya Bunda, mengusap pelan tangan Valerie.Valerie mengangguk kecil. “Nyaman, Bun. Lebih dari nyaman.”Tapi bundanya tahu, di balik senyuman itu, ada hal-hal yang masih mengganjal di hati putrinya.Sambil menyerahkan cangkir susu, Bunda menarik napas panjang. “Kamu tahu, waktu Bunda hamil kamu dulu, Bunda juga sering menangis diam-diam.”Valerie menoleh cepat, kaget.“Bunda?”

  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 213

    Ruang interogasi siang itu tak terlalu ramai. Hanya ada dua penyidik, satu pengacara pendamping dari pihak kepolisian, dan Aldrich yang duduk dengan ekspresi tegas di sisi kanan meja.Jennifer duduk di seberang, tangannya terikat borgol, tapi senyumnya masih setengah mengejek seperti biasa. Rambutnya diikat asal, dan tatapannya tajam menusuk ke arah Aldrich.“Jadi,” ujar penyidik, membuka catatan. “Kita ingin memastikan, benar bahwa semua rencana penjebakan, pengawasan, penyebaran video tak senonoh itu berasal dari Anda?”Jennifer menyandarkan tubuh ke sandaran kursi, menarik napas panjang, lalu melirik Aldrich sejenak. Bibirnya terangkat dalam senyum malas.“Ya,” katanya enteng. “Itu semua ideku.”Ruangan mendadak sunyi.Aldrich hanya memiringkan kepala sedikit, menatapnya lebih dalam. “Kenapa, Jennifer?”Jennifer mendecakkan lidah pelan. “Kenapa? Serius nanya begitu?”Ia mengangkat alis, lalu melipat tangan di atas meja. “Kau tahu, dulunya aku dan Valerie itu sahabat. Bestie, begitu

  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 212

    “Karena… kamu sangat cantik pagi ini. Dan aku butuh waktu untuk menikmati itu tanpa disela siapa pun,” jawabnya jujur, dengan suara rendah dan dalam.Valerie tertawa kecil, menunduk menahan senyum. “Gombal!”“Tidak.” Aldrich melangkah mendekat. “Kamu makin bersinar sejak hamil. Kulitmu, matamu, senyummu… aku bahkan tidak yakin bisa berkonsentrasi bekerja hari ini.”Valerie menegakkan dagunya, pura-pura berani. “Berarti salahku kamu jadi malas kerja?”“Tentu.” Aldrich menatap mata Valerie begitu dekat sekarang. “Dan karena itu…”Tiba-tiba, ia mencondongkan tubuhnya cepat dan mencuri satu kecupan ringan di bibir Valerie, hanya sekelebat, nyaris tak tersentuh angin.Valerie terkejut. “Aldrich!”Tapi sebelum ia bisa berkata apa-apa lagi, Aldrich sudah menjauh setengah langkah dengan senyum tak berdosa. “Apa? Aku hanya mengambil hakku sebagai tunangan.”“Kalau dilihat Bunda, aku bisa dikunci di kamar sebulan!” Valerie menepuk dada Aldrich dengan gemas, tapi rona merah sudah merayap sampai

  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 211

    Suara bel utama mansion menggema lembut ke seluruh penjuru rumah, membuyarkan tawa keluarga kecil itu di ruang makan.Salah satu maid segera berjalan cepat menuju pintu depan. Tak lama, ia kembali sambil tersenyum, membungkuk sedikit kepada Valerie.“Maaf, Nona Valerie… ada tamu. Tuan Aldrich sudah tiba.”Wajah Valerie seketika berubah. Matanya membulat kecil. “Ha? Aldrich?”Sebelum ia bisa berdiri dari kursinya, langkah-langkah mantap terdengar mendekat. Di ambang ruang makan yang luas dan berlapis marmer itu, Aldrich muncul, membawa sebuket bunga peony berwarna putih kekuningan yang indah, dengan satu kantong kertas berisi botol minuman herbal yang tampaknya dikemas dengan cantik.“Pagi semuanya.” Suaranya rendah dan tenang, tapi senyumnya penuh kelembutan, terarah hanya pada satu orang—Valerie.Valerie yang semula bersandar santai kini duduk lebih tegak. Wajahnya langsung merona. Tangannya refleks menyentuh pipinya yang terasa hangat, lalu menatap Aldrich dengan cemberut malu-malu

  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 210

    Begitu ia menginjak lantai marmer utama, aroma masakan segar langsung menyergap lebih kuat. Valerie menuju ruang makan, dan saat pintu geser dibuka oleh seorang pelayan lain, matanya langsung dimanjakan oleh pemandangan yang menggugah selera.Ruang makan itu luas, dengan langit-langit tinggi dan lampu kristal utama bergaya baroque menggantung anggun di tengah ruangan. Meja makan panjang dari kayu walnut mengkilat ditata sempurna dengan taplak putih bersih dan peralatan makan perak. Di tengah meja, berjejer aneka masakan yang menggoda. Omelette keju, salmon panggang, salad buah segar, aneka roti dan croissant hangat, potongan alpukat dan telur rebus, bubur ayam kampung, serta teh melati dan kopi hitam yang masih mengepul.Di ujung meja, sang ayah, Bastian, sudah duduk santai dengan koran pagi terbuka di depan wajahnya, namun begitu Valerie masuk, ia menurunkannya dan langsung tersenyum lebar.“Lihat siapa yang akhirnya bangun!” serunya sambil berdiri. “Nak, daddymu curiga, bundamu s

  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 209

    Cahaya matahari pagi menyelinap masuk lewat celah tirai kamar Valerie, menyapu lembut wajahnya yang tenang dan sedikit mengantuk. Kulitnya tampak lebih bercahaya dari biasanya, dengan pipi yang merona alami, sebuah pesona baru yang muncul sejak ia mengandung. Rambutnya yang sedikit berantakan justru membingkai wajah ovalnya dengan manis, membuatnya terlihat semakin menawan meski baru saja terbangun.Ia mengenakan daster satin berwarna lembut—biru muda dengan renda tipis di bagian lengan dan kerah. Bahannya yang jatuh mengikuti lekuk tubuh membuatnya tampak anggun meski dalam kesederhanaan. Valerie menggeliat pelan di atas ranjang, lalu meraih ponsel yang tergeletak di atas nakas.Senyuman tipis langsung mengembang di wajahnya begitu layar menyala, ada notifikasi dari Aldrich.Aldrich [07.02 AM]:Pagi, sayang. Sudah bangun?Valerie mengetik dengan cepat, senyumnya makin lebar.Valerie [07.03 AM]:Sudah. Tapi belum mandi. Masih mager di kasur.Kenapa tidak bangunkan aku langsung saja?

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status