Home / Romansa / Jebakan Cinta Sang Pewaris / Chapter 035 [MANSION ALDRICH]

Share

Chapter 035 [MANSION ALDRICH]

last update Last Updated: 2024-12-17 17:59:04

Aldrich tidak membawa Valerie pulang ke apartemen seperti sebelumnya. Sebaliknya, pria itu membelokkan mobil sportnya ke sebuah jalan yang dikelilingi pepohonan rindang, menuju mansion pribadinya.

Valerie tertegun ketika mobil memasuki area mansion Aldrich.

Pagar tinggi berlapis besi dengan ornamen ukiran klasik terbuka otomatis, memperlihatkan jalan masuk lebar yang diapit oleh taman lanskap yang begitu rapi. Lampu-lampu taman tersebar dengan pencahayaan hangat, menerangi hamparan rumput hijau dan bunga-bunga berwarna-warni yang tertata sempurna.

Di ujung jalan, berdiri sebuah bangunan megah tiga lantai dengan arsitektur modern klasik. Pilar-pilar tinggi menghiasi teras depan, dengan pintu utama besar yang terbuat dari kayu mahoni berukir, memberikan kesan mewah namun tetap elegan.

Saat mobil berhenti di depan pintu utama, Valerie membuka mulutnya sedikit, terpana. Namun, sebelum dia sempat berkata apa-apa, beberapa maid dengan seragam rapi berbaris menyambut mereka.

Para maid memb
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Wi2t(MACAN)
Aldrich memang idaman bnget, klo vale gk mau ya sdh gk papa.. Q aja yg gantiin wkwkwk
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 036 [JEBAKAN MENGGIURKAN]

    “Kau tidak ingin mencoba permen tadi?” tanya Aldrich sambil memperhatikan Valerie yang sibuk menghabiskan minuman hangatnya.Valerie mengangkat alis, menatapnya sekilas. “Permen yang tadi? Ah, itu bukan seleraku,” jawabnya santai.Aldrich mengangguk kecil, tapi sudut bibirnya tertarik ke atas, membentuk senyum yang sulit ditebak. “Apa kau yakin?” tanyanya lagi, kali ini dengan nada yang lebih menggoda.Valerie menaruh gelasnya di atas meja dengan pelan. Tatapannya kini penuh kecurigaan. “Kenapa kau tersenyum seperti itu? Mencurigakan sekali,” katanya, setengah waspada.Aldrich tidak menjawab. Sebagai gantinya, dia meraba saku celananya dan mengeluarkan sesuatu. Valerie memperhatikan gerakannya dengan tatapan heran, sampai Aldrich menyodorkan sebuah permen yang tadi dia beli di supermarket.“Kubilang ini bukan selera—” Valerie berhenti bicara. Wajahnya seketika memerah saat menyadari apa yang ia pegang. Rasa mabuk yang masih samar di kepalanya kini tergantikan oleh gelombang panas y

    Last Updated : 2024-12-18
  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 037 [KESEPAKATAN KEDUA]

    “Jadi, bagaimana?” tanyanya, suaranya tenang namun penuh tekanan halus.Seperti sedang menantang Valerie untuk memberikan jawaban. Aldrich duduk di tepi sofa, menyandarkan tubuhnya santai, tetapi matanya tidak lepas dari Valerie. Senyumnya tipis, seolah yakin bahwa ia sudah memenangkan perdebatan ini.Valerie menelan ludah, mencoba mengusir rasa gugupnya. Tangannya secara refleks meraih gelas kosong di atas meja, lalu meletakkannya kembali tanpa minum. Ia tidak tahu kenapa, tapi kata-kata Aldrich terus berputar di kepalanya.“Entahlah, Aldrich.” Valerie menghela napas panjang, kepalanya bersandar ke sofa. “Ini terlalu rumit. Kau tahu itu.”“Rumit?” Aldrich menaikkan alisnya, menatap Valerie dengan tatapan menilai. “Apa yang rumit? Aku hanya menawarkan sesuatu yang sederhana. Hubungan tanpa beban. Kita tidak melibatkan perasaan, hanya tubuh. Kita membuat perjanjian, kau akan tetap bebas seperti sekarang.”“Tapi kita tidak seperti orang lain, Aldrich.” Valerie membalas, nada suaranya t

    Last Updated : 2024-12-18
  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 038 [SEPERTI YANG KAU INGINKAN]

    “Jadi, kau benar-benar setuju, ya?” Aldrich bertanya lagi, nada suaranya lebih lembut kali ini.Valerie mendesah pelan, merasa seperti harus mengulang jawabannya untuk kesekian kali. “Aku sudah bilang, aku setuju. Tapi kau tahu ini gila, kan?”Aldrich mengangguk, mengakui hal itu tanpa ragu. “Tentu saja ini gila. Tapi bukankah hidup kita sudah cukup gila sejak awal?”Valerie mengangkat bahu, setuju dengan ucapan Aldrich meski tidak mau mengakuinya. Dia menatap pria itu, matanya menyipit. “Tapi aku punya satu syarat lagi.”“Oh?” Aldrich menatapnya dengan ketertarikan baru. “Katakan.”“Jangan pernah melibatkan pekerjaan dalam... hubungan ini,” Valerie berkata dengan tegas. “Aku tidak mau semua ini memengaruhi profesionalisme kita di kantor.”Aldrich tertawa kecil, seolah-olah itu adalah hal paling mudah yang bisa dia lakukan. “Aku janji. Kau adalah karyawanku yang paling berharga. Aku tidak akan merusaknya hanya karena hubungan ini.”Valerie mendengus, tidak yakin apakah harus merasa

    Last Updated : 2024-12-18
  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 039 [BUTUH DI CHARGER]

    “Permisi,” suara Valerie terdengar di balik pintu.Aldrich, yang duduk di belakang meja kerjanya, tengah tenggelam dalam tumpukan berkas. Kacamata kerja bertengger di hidungnya, menambah kesan serius, meski ketampanannya tetap terpancar tanpa usaha. Dia tidak langsung menjawab, sibuk menandatangani dokumen terakhir sebelum mengangkat kepalanya.“Masuk,” sahutnya, suara beratnya terdengar santai namun tegas.Valerie membuka pintu dan melangkah masuk. Tatapan Aldrich tetap terpaku pada dokumen, tidak sedikit pun meliriknya.Valerie mendekat, meletakkan sebuah map di meja. “Ini ada laporan yang harus Bapak tanda tangani,” katanya dengan nada formal.Baru saat itu Aldrich mengangkat wajahnya, melepas kacamatanya dengan gerakan perlahan yang elegan. Dia menatap Valerie dengan sorot mata yang sulit diterjemahkan, kemudian mengisyaratkan dengan dagunya. “Ke sini, lebih dekat.”Valerie mendengus, tapi menurut. Dia melangkah ke sisi meja Aldrich.“Apa itu?” tanya Aldrich dengan nada datar, m

    Last Updated : 2024-12-18
  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 040 [ALDRICH... INI MASIH DI KANTOR]

    “Ada apa?” Valerie bertanya ketika dia masuk ke ruangan Aldrich. Suaranya datar, tetapi ada sisa-sisa nada kesal dari kejadian sebelumnya.Aldrich mendongak dari dokumen yang sedang dia baca. Matanya tajam di balik bingkai kacamata yang membuatnya terlihat semakin berwibawa. Namun, senyum kecil di sudut bibirnya tidak bisa disembunyikan, seolah menyimpan rahasia yang hanya dia tahu.“Masuk,” katanya, lalu bersandar santai di kursinya, mengamati Valerie dari ujung rambut hingga ujung kaki.Valerie melangkah mendekat, matanya langsung tertuju pada tumpukan dokumen di meja Aldrich. “Tadi kau bilang hanya perlu tanda tanganku untuk tambahan dokumen, tapi ini?” Dia melirik setumpuk kertas yang disodorkan Aldrich dengan alis terangkat. “Ini lebih mirip laporan keuangan lengkap!”Aldrich menyandarkan tubuhnya ke kursi, satu tangan menopang dagunya. “Anggap saja ini kontribusimu pada perusahaan. Atau mungkin... pada aku?” godanya ringan.Valerie mendengus. “Kalau ini strategi untuk membuat

    Last Updated : 2024-12-18
  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 041 [SKENARIO]

    Aldrich menatap Valerie dengan penuh intensitas, bibirnya melengkung dalam senyum yang menggoda. "Kau tidak akan pergi ke mana-mana, bukan?" bisiknya, nadanya rendah namun tegas.Valerie mencoba merespon dengan ketegasan, tapi tubuhnya seolah membeku di tempat. Sebelum dia bisa menjawab, Aldrich sudah kembali mendekat, kedua tangannya memegang lembut wajah Valerie.Ciuman itu kembali hadir, tapi kali ini lebih dalam, lebih intens. Bibir Aldrich bergerak dengan keyakinan, memimpin ciuman mereka tanpa terburu-buru. Valerie merasakan dunia di sekitarnya memudar, seolah hanya ada mereka berdua dalam ruang itu.Tangan Aldrich perlahan turun ke punggung Valerie, menekan lembut, mendorongnya lebih dekat hingga tidak ada ruang di antara tubuh mereka. Valerie, meski awalnya ragu, membiarkan dirinya larut dalam kehangatan Aldrich. Jemarinya menggenggam kerah jas pria itu, seolah mencari pegangan.Aldrich berhenti sejenak, menatap Valerie dengan napas yang mulai tidak teratur. “Aku tidak bis

    Last Updated : 2024-12-18
  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 042 [MALAM GALA]

    “Selamat malam, babe.”Suara Aldrich terdengar lembut namun penuh pesona ketika dia membuka pintu mobil untuk Valerie. Malam itu, Valerie tampak memukau dalam dress hitam elegan dengan potongan off-shoulder yang menonjolkan leher jenjang dan tulang selangkanya. Dress itu membalut tubuhnya dengan sempurna, memanjang hingga mata kaki dengan sedikit belahan di sisi kiri. Sebuah kalung berlian tipis menghiasi lehernya, sementara rambutnya ditata dengan gaya modern yang memberi kesan anggun dan memikat.Aldrich berdiri di samping mobil, tampak tak kalah memikat. Pria itu mengenakan setelan tuxedo hitam yang dijahit rapi, dipadukan dengan dasi kupu-kupu dan kemeja putih bersih. Rambut hitamnya ditata rapi ke belakang, memberikan kesan profesional dan maskulin. Sorot matanya yang tajam namun lembut menambah daya tariknya, membuatnya terlihat seperti tokoh utama di film klasik yang sempurna.“Luar biasa,” kata Aldrich pelan, matanya terpaku pada Valerie. “Dress ini terlihat lebih indah saa

    Last Updated : 2024-12-19
  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 043 [IDENTITAS]

    "Ingat, Val. Ini hanya permainan!" batin Valerie.Mencoba meyakinkan dirinya sendiri saat langkahnya bergandengan dengan Aldrich menuju tengah ballroom. Dia tersenyum tipis pada para tamu yang menatap mereka dengan rasa ingin tahu, tetapi hatinya terus mengingatkan bahwa semua ini hanyalah sandiwara.Namun, suasana berubah ketika Bella, masih dengan gaun merah menyala yang mencolok, mendekati mereka lagi. Kali ini, wajahnya dipenuhi rasa tidak suka yang tak tersamarkan.“Valerie,” katanya dengan nada manis palsu. “Aku heran, apa yang Aldrich lihat darimu? Maksudku, kau hanya seorang sekretaris rendahan, kan?”Valerie menghela napas panjang, berusaha tetap tenang. Dia tahu Bella sengaja memancing keributan. Sebelum dia sempat membalas, Aldrich berbicara lebih dulu, suaranya tajam namun tetap tenang.“Bella, berhenti mempermalukan dirimu sendiri.”Bella terkekeh kecil, tidak menggubris peringatan Aldrich. Dia justru mendekat ke Valerie, menatapnya dari ujung kepala hingga kaki dengan

    Last Updated : 2024-12-19

Latest chapter

  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 218

    Suara langkah kaki yang menyusuri lantai marmer terdengar pelan, berpadu dengan dengung lembut dari lift pribadi di ujung lorong. Valerie berjalan di depan, sesekali ia menoleh untuk memastikan Aldrich mengikutinya. Pria itu tampak lelah, tetapi tidak kehilangan pesonanya. Ada gurat puas di wajahnya, seolah setiap tetes peluh yang ia keluarkan hari itu sepadan karena kini ia bisa melihat wanita yang dicintainya tersenyum di bawah cahaya malam.Lift berhenti di lantai dua. Pintu terbuka pelan dan keduanya keluar ke lorong luas dengan karpet empuk warna gading. Valerie berjalan ke sebuah pintu yang ada di seberang kamarnya, lalu membuka perlahan.“Ini kamarmu. Kau harus beristirahat sekarang,” ucap Valerie. Suaranya lembut tapi sedikit terdengar berat. Matanya menatap Aldrich dalam-dalam, seolah ada bagian dari dirinya yang enggan berpisah malam ini.Aldrich tidak langsung masuk. Ia berdiri di ambang pintu, menatap Valerie yang masih berdiri mematung di depan pintu kamarnya sendiri. W

  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 217

    Aldrich tak sabar ingin segera mengabari Valerie. Dalam perjalanan pulang, setelah membuka kaca jendela, membiarkan angin dingin masuk, ia menatap buah kecil yang ditaruhnya di tisu di kursi depan. Lalu dengan sebelah tangan mengetikkan pesan untuk Valerie. Aldrich :Aku berhasil mendapatkannya.Valerie :Hah? Kamu beneran dapat?!!!Aldrich :Langsung dari pohonnya. Satu biji. Tapi ini… buat kamu dan si kecil.Valerie :Aku nangis.Aldrich :Jangan. Nanti buahnya asin.Valerie terkekeh sambil memeluk guling. Pipinya memanas. Ada geli yang menjalari perut, tapi juga sesak hangat yang menyeruak dari dalam dada. Matanya berkaca-kaca, tak jelas apakah itu karena tertawa atau karena haru.Setelah menggelapkan layar ponselnya dan menaruh ke meja kecil disamping tempat tidur, perlahan, ia pun menghempaskan tubuhnya ke ranjang, tenggelam dalam lembutnya selimut dan bantal-bantal empuk. Kepalanya menengadah ke langit-langit kamar.Senyum tipis terukir di wajahnya.Tangannya terangkat, menepu

  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 216

    Aldrich menatap mall di depannya sekilas, sebelum masuk ke dalamnya. Beberapa mata langsung tertuju pada Aldrich, bahkan, secara terang-terangan menatap lapar ke arah pria itu. Aldrich tidak peduli, dia acuh. Kaki panjangnya langsung melangkah mantap memasuki supermarket di dalam mall tersebut. Bergegas menuju bagian buah impor dan lokal.“Maaf, Mas,” ucap Aldrich mencegat petugas yang baru saja meletakkan keranjang buah di sisi pojok. Petugas itu menoleh dan tersenyum sopan. “Iya, Mas? Ada yang bisa saya bantu?” tanyanya. Aldrich mengangguk, lalu menatap cepat ke sekeliling. “Saya mau nyari buah mundu atau jawura. Di bagian mana ya?” “Mundu? Jawura?” petugas itu mengulangi pertanyaan Aldrich seolah itu mantra asing. “Mohon maaf, kami nggak ada stok itu.”Aldrich mengelus rambutnya, frustrasi. “Oh ya? Terima kasih, Mas.”“Sama-sama, mas. Mari, permisi.”Menghela nafas panjang, Aldrich keluar dari mall, berdiri di bawah lampu jalan yang mulai redup, menatap layar ponsel.Pukul 20.0

  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 215

    Valerie tertawa. “Astaga… aku ingat sedikit. Ayah sempat nangis juga, ya?”“Iya, sambil bilang, ‘Anakku sudah bisa kabur dari rumah!’” ujar Bunda menirukan suara Bastian dengan gaya dramatis, dan mereka berdua meledak dalam tawa.Halaman demi halaman Valerie buka, menemukan momen-momen kecil yang dulu hanya kabur dalam ingatan: waktu ia nyasar di taman belakang dan ditemukan tidur di bawah pohon mangga, saat menangis karena balon ulang tahunnya meletus, atau saat mencoret-coret dinding dengan krayon lalu menyalahkan “kucing tetangga.”“Aku… beneran dulu segemas ini ya Bun?” Valerie mencubit pipinya sendiri.“Gemes banget, sampai bikin Bunda takut kamu cepat besar dan ninggalin Bunda,” ucap Bunda sambil mengelus rambut Valerie.Valerie diam sejenak, menatap satu foto lama. Itu adalah fotonya dan Jennifer, masih berseragam sekolah, tersenyum sambil memegang bunga matahari yang mereka tanam bersama.Wajah Valerie perlahan berubah. Tangannya menyentuh foto itu sejenak, lalu cepat-cepat me

  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 214

    Tok. Tok.Ketukan lembut terdengar di pintu kamar Valerie. Suaranya disusul suara lembut yang tak pernah gagal membuat Valerie merasa seperti anak kecil lagi.“Sayang, Bunda boleh masuk?”Valerie yang sejak tadi hanya duduk di tepi ranjang, memeluk bantal sambil memandangi jendela, menunggu pesan dari Aldrich, menoleh pelan. Ia mengangguk meski tahu sang bunda tak bisa melihatnya.Pintu terbuka perlahan. Wanita elegan dengan balutan blouse biru pastel itu melangkah masuk, menenteng secangkir susu hangat. Senyum hangatnya muncul lebih dulu, sebelum ia duduk di sisi tempat tidur Valerie.“Apa kamu merasa nyaman?” tanya Bunda, mengusap pelan tangan Valerie.Valerie mengangguk kecil. “Nyaman, Bun. Lebih dari nyaman.”Tapi bundanya tahu, di balik senyuman itu, ada hal-hal yang masih mengganjal di hati putrinya.Sambil menyerahkan cangkir susu, Bunda menarik napas panjang. “Kamu tahu, waktu Bunda hamil kamu dulu, Bunda juga sering menangis diam-diam.”Valerie menoleh cepat, kaget.“Bunda?”

  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 213

    Ruang interogasi siang itu tak terlalu ramai. Hanya ada dua penyidik, satu pengacara pendamping dari pihak kepolisian, dan Aldrich yang duduk dengan ekspresi tegas di sisi kanan meja.Jennifer duduk di seberang, tangannya terikat borgol, tapi senyumnya masih setengah mengejek seperti biasa. Rambutnya diikat asal, dan tatapannya tajam menusuk ke arah Aldrich.“Jadi,” ujar penyidik, membuka catatan. “Kita ingin memastikan, benar bahwa semua rencana penjebakan, pengawasan, penyebaran video tak senonoh itu berasal dari Anda?”Jennifer menyandarkan tubuh ke sandaran kursi, menarik napas panjang, lalu melirik Aldrich sejenak. Bibirnya terangkat dalam senyum malas.“Ya,” katanya enteng. “Itu semua ideku.”Ruangan mendadak sunyi.Aldrich hanya memiringkan kepala sedikit, menatapnya lebih dalam. “Kenapa, Jennifer?”Jennifer mendecakkan lidah pelan. “Kenapa? Serius nanya begitu?”Ia mengangkat alis, lalu melipat tangan di atas meja. “Kau tahu, dulunya aku dan Valerie itu sahabat. Bestie, begitu

  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 212

    “Karena… kamu sangat cantik pagi ini. Dan aku butuh waktu untuk menikmati itu tanpa disela siapa pun,” jawabnya jujur, dengan suara rendah dan dalam.Valerie tertawa kecil, menunduk menahan senyum. “Gombal!”“Tidak.” Aldrich melangkah mendekat. “Kamu makin bersinar sejak hamil. Kulitmu, matamu, senyummu… aku bahkan tidak yakin bisa berkonsentrasi bekerja hari ini.”Valerie menegakkan dagunya, pura-pura berani. “Berarti salahku kamu jadi malas kerja?”“Tentu.” Aldrich menatap mata Valerie begitu dekat sekarang. “Dan karena itu…”Tiba-tiba, ia mencondongkan tubuhnya cepat dan mencuri satu kecupan ringan di bibir Valerie, hanya sekelebat, nyaris tak tersentuh angin.Valerie terkejut. “Aldrich!”Tapi sebelum ia bisa berkata apa-apa lagi, Aldrich sudah menjauh setengah langkah dengan senyum tak berdosa. “Apa? Aku hanya mengambil hakku sebagai tunangan.”“Kalau dilihat Bunda, aku bisa dikunci di kamar sebulan!” Valerie menepuk dada Aldrich dengan gemas, tapi rona merah sudah merayap sampai

  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 211

    Suara bel utama mansion menggema lembut ke seluruh penjuru rumah, membuyarkan tawa keluarga kecil itu di ruang makan.Salah satu maid segera berjalan cepat menuju pintu depan. Tak lama, ia kembali sambil tersenyum, membungkuk sedikit kepada Valerie.“Maaf, Nona Valerie… ada tamu. Tuan Aldrich sudah tiba.”Wajah Valerie seketika berubah. Matanya membulat kecil. “Ha? Aldrich?”Sebelum ia bisa berdiri dari kursinya, langkah-langkah mantap terdengar mendekat. Di ambang ruang makan yang luas dan berlapis marmer itu, Aldrich muncul, membawa sebuket bunga peony berwarna putih kekuningan yang indah, dengan satu kantong kertas berisi botol minuman herbal yang tampaknya dikemas dengan cantik.“Pagi semuanya.” Suaranya rendah dan tenang, tapi senyumnya penuh kelembutan, terarah hanya pada satu orang—Valerie.Valerie yang semula bersandar santai kini duduk lebih tegak. Wajahnya langsung merona. Tangannya refleks menyentuh pipinya yang terasa hangat, lalu menatap Aldrich dengan cemberut malu-malu

  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 210

    Begitu ia menginjak lantai marmer utama, aroma masakan segar langsung menyergap lebih kuat. Valerie menuju ruang makan, dan saat pintu geser dibuka oleh seorang pelayan lain, matanya langsung dimanjakan oleh pemandangan yang menggugah selera.Ruang makan itu luas, dengan langit-langit tinggi dan lampu kristal utama bergaya baroque menggantung anggun di tengah ruangan. Meja makan panjang dari kayu walnut mengkilat ditata sempurna dengan taplak putih bersih dan peralatan makan perak. Di tengah meja, berjejer aneka masakan yang menggoda. Omelette keju, salmon panggang, salad buah segar, aneka roti dan croissant hangat, potongan alpukat dan telur rebus, bubur ayam kampung, serta teh melati dan kopi hitam yang masih mengepul.Di ujung meja, sang ayah, Bastian, sudah duduk santai dengan koran pagi terbuka di depan wajahnya, namun begitu Valerie masuk, ia menurunkannya dan langsung tersenyum lebar.“Lihat siapa yang akhirnya bangun!” serunya sambil berdiri. “Nak, daddymu curiga, bundamu s

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status