Share

Penemuan bukti

Author: Simplyree
last update Last Updated: 2025-06-02 12:05:50

Ivy memandangi layar tanpa berkedip. Ia mengenali postur tubuh dan pakaian yang dikenakan perempuan dalam rekaman itu.

“Kalau itu Vania, terus siapa yang digendong sama dia?” bisik Ivy penuh rasa penasaran.

Pandangannya masih terpaku pada layar. Ivy semakin serius memperhatikan rekaman CCTV. Di dalam rekaman, terlihat jelas bagaimana Vania menurunkan seorang perempuan dari gendongannya, tepat di depan pintu sebuah kamar hotel.

Ivy mengernyit.

“Perempuan itu, kok mirip banget sama aku?” gumamnya pelan, suaranya tercekat di tenggorokan.

Ivy menyipitkan mata, mencoba menangkap lebih banyak detail. Setelah memperhatikan lebih saksama, dari bentuk wajah, potongan rambut, hingga pakaian yang dikenakan, Ivy menyadari sebuah kebenaran yang mengejutkan.

Itu memang dirinya.

“Maksudnya gimana? Aku digendong sama Vania? Kapan?!” tanya Ivy dengan suara gemetar, berbicara kepada dirinya sendiri, bingung dan tak percaya.

Ivy menggali ingatannya, berusaha keras mengingat kapan terakhir kali pergi ke
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Jejak Cinta Bersama CEO Di balik Pintu kamar   Perasaan yang berubah

    Ivy membuka pintu kamar Vania dengan perlahan. Di dalam, terlihat Vania tengah duduk di atas ranjang, menatap kosong ke arah jendela.“Aku boleh masuk?” tanya Ivy lembut dari ambang pintu.“Tentu. Ini kan rumah kamu,” jawab Vania tanpa menoleh.Ivy melangkah masuk, membawa sepiring nasi dan semangkuk sop ayam yang masih mengepul hangat.“Ini dimakan dulu, ya,” ucapnya seraya meletakkan makanan di meja kecil di samping ranjang.Vania menoleh, menatap Ivy dengan mata yang mulai berkaca-kaca. Ivy menangkap tatapan itu dan mengernyit pelan, kebingungan.“Kenapa? Kok kayak mau nangis?” tanyanya pelan.Vania menggigit bibirnya lalu berkata lirih, “Kamu kenapa sih masih baik sama aku? Padahal aku udah jahat banget ke kamu.”Ivy menghela napas pelan. Ia duduk di pinggir ranjang lalu menatap Vania dengan tatapan tenang.“Kamu udah jujur aja aku udah senang, kok. Akhirnya aku nggak penasaran lagi sama semuanya,” kata Ivy.Ucapan itu membuat hati Vania semakin terenyuh. Ia merasa bersalah, tapi

  • Jejak Cinta Bersama CEO Di balik Pintu kamar   Rasa muak

    Pagi masih gelap ketika Ivy terbangun dengan perasaan panik. Begitu membuka mata, ia langsung melirik ke samping dan Evan tidak ada di sana. Buru-buru Ivy mengenakan sweater tipis dan sandal rumah lalu berjalan cepat menyusuri lorong rumah. Matanya menyapu setiap sudut, berharap menemukan sosok Evan di ruang tamu atau balkon. Tapi nihil.Ivy kemudian pergi ke dapur untuk menanyakan kepada pelayan, barangkali melihat keberadaan Evan. “Permisi, ada yang liat Mas Evan ngga?” tanya Ivy begitu sampai di dapur.“Tadi saya liat tuan ada di kolam renang nyonya,” jawab salah satu pelayan. “Kolam renang? Oh, makasih ya,” Ivy pun segera berjalan menuju kolam renang. Begitu sampai di dekat kolam, langkah Ivy melambat. Dari kejauhan, ia melihat Evan sedang duduk di kursi rotan, membelakangi kolam. Di depannya tampak seorang pria yang mungkin orang kepercayaannya tengah serius mengobrol dengannya.Ivy berhenti. Ia tidak ingin mengganggu atau ikut campur dalam percakapan mereka.Dengan napas

  • Jejak Cinta Bersama CEO Di balik Pintu kamar   Kemurkaan Evan

    “Evan, kamu udah lama di situ?” tanya Ivy dengan suara bergetar, matanya membelalak tak percaya.Evan tidak langsung menjawab. Pandangannya tertuju tajam ke arah kamar lalu perlahan ia mengangkat tangan dan menunjuk Vania di atas kasur. “Jadi dia dari tadi di sana?!” suaranya meninggiIvy menunduk pelan, sedikit merasa bersalah. “Iya,” jawabnya lirih.Rahang Evan mengeras. Ia memejamkan mata sejenak lalu mengusap wajahnya kasar. Ia tadi sudah hampir gila karena mengira Vania kabur atau lebih parah, diculik. Namun saat ia mengecek CCTV, tidak ada tanda-tanda seseorang asing yang masuk ke dalam kamar Vania. “Saya mau bicara sama dia,” kata Evan datar. Ia mulai melangkah ke arah kamar.Namun Ivy segera berdiri di hadapannya, menahan tubuh Evan dengan kedua tangan. “Aduh, Evan jangan! Jangan masuk dulu!”Evan terhenti. Matanya menyala penuh emosi. “Kenapa?! Aku harus dengar langsung dari dia!”“Dia masih takut sama kamu dan dia udah cerita semuanya ke aku,” ucap Ivy tegas. “Cerita apa

  • Jejak Cinta Bersama CEO Di balik Pintu kamar   Titik terang

    “Itu karena Galih ingin merusak reputasi Evan di mata publik, terutama di hadapan keluarga besar mereka,” jelas Vania dengan nada serius.“Maksudnya? Kenapa Galih mau ngelakuin itu? Emangnya mereka berdua punya masalah apa?” tanya Ivy dengan dahi berkerut, tidak memahami maksud Vania.Ivy benar-benar bingung. Sebelumnya, Evan pernah mengatakan bahwa hubungan mereka baik-baik saja dan tak ada masalah apa pun antara dirinya dan Galih.“Sebetulnya bukan mereka berdua yang punya masalah,” Vania menghela napas sejenak sebelum melanjutkan, “Tapi Galih sendiri yang merasa iri sama Evan. Sejak dulu dia selalu merasa kalah dari Evan. Evan itu pintar, punya orang tua yang perhatian, dan bahkan langsung ditunjuk jadi CEO di perusahaan keluarganya. Sementara Galih? Dia cuma diberi posisi sebagai manajer butik dan itu pun di butik milik ibunya Evan.”Ivy terdiam, menyimak penjelasan Vania. Ia tak berniat memotong atau menyela. “Orang tua Galih juga selalu muji-muji Evan di depannya. Itu yang biki

  • Jejak Cinta Bersama CEO Di balik Pintu kamar   Kejujuran Vania

    “Kamu pasti marah banget sama aku, ya?” tanya Vania akhirnya, memecah keheningan yang telah berlangsung cukup lama.Ivy tetap diam. Ia menatap lurus ke depan, tak memberi respons apa pun.Vania menunduk. “Wajar sih kalau kamu marah sama aku. Soalnya apa yang aku lakuin emang udah keterlaluan banget,” lanjutnya lirih. Tangan Vania yang lemah mengusap wajahnya yang basah oleh air mata.Ivy akhirnya menoleh, suaranya pelan namun tajam. “Kenapa kamu ngelakuin semua hal itu?”Namun Vania hanya terisak lagi, ia tidak menjawab pertanyaan dari Ivy. Ivy menarik napas panjang, mencoba meredam emosinya yang mulai memuncak.“Kalau kamu nggak mau aku marah, jelasin kenapa kamu menjebak aku sama Evan,” kata Ivy tegas. Vania terdiam beberapa saat. Ia menunduk lebih dalam lalu perlahan mengatur napas, mencoba menenangkan diri. Akhirnya, ia berkata dengan suara gemetar, “Aku terpaksa, aku nggak punya pilihan lain.”Ivy langsung menatapnya tajam. “Maksud kamu ada yang maksa buat ngelakuin itu? Siapa?”

  • Jejak Cinta Bersama CEO Di balik Pintu kamar   Vania ada di sini

    Meskipun Evan sudah memperingatkannya agar tidak ikut campur, Ivy tetap bersikukuh untuk mencari Vania seorang diri. Ia merasa tak bisa tinggal diam, apalagi setelah melihat kondisi terakhir Vania yang belum sepenuhnya pulih. Dengan tekad bulat, Ivy mengajak beberapa pelayan untuk menyisir setiap sudut rumah yang begitu luas.“Vania, kamu ke mana, sih?” gumam Ivy pelan, matanya menyapu setiap detail ruangan.Ia menghela napas lalu menambahkan, “Dia jalan aja masih susah, gimana bisa kabur sendiri?”Pikiran Ivy mulai dipenuhi kekhawatiran yang lebih besar. Ia menelan ludah saat membayangkan kemungkinan terburuk.“Jangan-jangan dia diculik?” bisiknya pada diri sendiri.Merasa lelah dan cemas setelah berkeliling tanpa hasil, Ivy akhirnya masuk ke kamar Vania dirawat dan duduk di tepi ranjang. Tangannya meremas selimut, matanya menatap kosong ke arah jendela.“Hari ini capek banget ya. Aku kira malam ini bisa istirahat, ternyata ada saja kejadian, huh!” keluh Ivy sambil memijat pergelanga

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status