Share

Bab 44: Jembatan Perselingkuhan Suami dan Sahabatku

Pagi menjelang saat aku terbangun dari tidur. Seluruh tubuh terasa remuk, wajah sayu dan mata perih luar biasa. 

Semalaman suntuk aku menangis sendirian di kamar. Merenungi keadaan yang kian rumit meski dewasa telah lama datang. 

Dulu, mengira jika dewasa dan sudah bekerja, aku bisa melewati semua hal dengan mudah. Tidak perlu lagi khawatir soal uang, tempat tinggal atau perlakuan orang lain. 

Nyatanya ....

“Astagfirullah, Ya Allah.” Aku meratap, memukuli dada yang terasa begitu sesak. 

Kupandangi langit melalui jendela, sudah terang. Aku tidak terbangun lebih cepat hingga waktu salat Subuh terlewat. 

“Hari ini akan baik-baik saja,” batinku sembari bangkit dari pembaringan. 

Seluruh sendiku ngilu dan kepala sakit luar biasa. Pandanganku juga buram karena tertidur dalam keadaan menangis tanpa henti. 

Hari ini aku harus menjalani awal baru lagi, memulai semuanya entah dar

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status