Di kantor, Marchel sedang berbicara dengan seseorang melaui ponselnya,
"Maaf ma, Marchel gak kenal nomornya, (mendengarkan), bisa sih ma."
Marchel duduk di kursi kerjanya,
"Mama kasih tahu posisinya aja, (mendengarkan), ok ma ... Marchel langsung kesana."Marchel mengakhiri pembicaraannya, dia keluar ruangan menuju ke ruangan kerja Bram.
Tok tok tok..
Marchel mengetuk pintu ruang Bram
"Yak masuk.." terdengar sautan Bram dari dalamMarchel masuk dan memberikan salam, "Selamat siang pak, saya mau izin keluar sebentar pak, sebelum sore saya sudah pulang." Ujar Marchel&n
Pintu Alphard terbuka perlahan-lahan, sosok perempuan yang di temui Marchel tadi terlihat, perempuan itu pakai kacamata hitam, dia turun dari mobilnya, dia memandang Asha, sementara Asha masih tidak mengenalinya.Perempuan itu tiba-tiba membentangkan kedua tangannya kearah Asha, "Sini sayang.. " Perempuan itu memeluk Asha dengan erat. "Maafkan Mama sayang..." Ujar perempuan ituAsha tidak kuat lagi menahan airmatanya, dibalasnya pelukan Mama, "Jangan tinggal Asha lagi ma ... Mama sekarang sudah punya cucu, dia lagi sakit ma." Ujar Asha sambil menangis sedih.Asha seakan-akan tidak ingin melepaskan pelukannya, dia melepaskan segala kerinduan dan airmatanya, begitu juga dengan Mamanya. Dia peluk Asha dan dia ciumi Asha, kerinduannya terhadap anak yang dia tinggalkan selama dua puluh tahun, tanpa pernah memberikan kabar berita.Asha mengajak Mamnya masuk ke dalam paviliun, Marchel menyaksikan pertemuan Asha dengan Mamanya, ikut terharu. Dia tidak
Mami Marchel bertanya semakin antusias. "Ada rencana untuk menetap di Indonesia?" Tanya Mami Marchel"Sepertinya belum bu, karena usaha saya semua di Amerika, tapi, lihat keadaanlah." Jawab MelissaMenjelang sore, setelah ngobrol banyak dengan Papi dan Mami Marchel, Melissa pamit untuk pulang, sekalian minta izin bawa Marchel dan Asha ke Hotel,"Bapak dan Ibu Philip, saya mohon pamit mau kembali ke hotel, maaf ... cucunya dan Asha, juga Marchel saya ajak nginap di hotel malam ini." Ujar Melissa***Di hotel sudah berkumpul Melissa, Asha, dan Brama, juga Narti. Sementara Marchel masih menjemput Bibi Rohana, bibinya Asha.Sambil terus menggendong Brama, Melissa tanya Asha, "Kamu mau tinggal di Indonesia, atau mau ikut Mama Sha?" Tanya Mama Asha dengan serius.Lama Asha berpikir sebelum menjawab, "Pertanyaan Mama itu susah Asha jawabnya ma." Tegas Asha"Kenapa? Karena kamu lebih sayang Bibi Rohana ya dari pada Mama?"
"Gak ma, biarlah Asha di Indonesia, Asha ingin mengabdikan diri Asha pada Bi Hana, juga keluarga Asha ma, Asha memang pernah memimpikan bisa dekat Mama, tapi Asha sudah punya keluarga ma." Lanjut Asha. Rohana wajahnya sangat bersedih, namun dia sangat merasa bangga dengan sikap Asha, yang mau berpihak kepada dirinya, "Aku tidak ingin ikut campur dalam urusan Melissa dan Asha." Ucap Hana dalam hati. ***Di ruang kerja Bram, Marchel menceritakan pada Bram, bahwa dia kemarin tidak bisa balik ke kantor, "Maaf pak, kemarin tidak sempat balik ke kantor, karena saya mengantar Mama Asha ke rumah, untuk ketemu dengan Asha." Ucap Marchel "Wah!! Ketemu Mama Asha ya kamu, terus gimana? Ketemu gak sama Asha?" Tanya Bram dengan sangat antusias. "Ketemu pak, bu Melissa minta saya merahasiakan pertemuan itu, ingin bikin kejutan sama Asha, dia telepon saya, bukan telepon Asha." Jawab Marchel Marchel melanjutkan ceritanya, tentang kronologis pertemuan Melissa dan
Melissa kecewa, dia tidak berhasil untuk membawa Asha ke Amerika. Tuhan membuktikan pada Melissa, bahwa anak yang dia telantarkan puluhan tahun, tidak merasa dekat dengan ibu yang melahirkannya. Kenyataan itu membuat membuat dia terpukul, sementara perkawinannya selama kurang lebih 20 tahun, tidak menghasilkan anak. Bisa jadi Melissa menerima 'Karma' akibat menelantarkan Asha sejak bayi. Dengan kesuksesan yang diraihnya dalam bidang usaha, ternyata tidak membuat dia bahagia, anak semata wayang pun tidak ingin dekat dengannya. Sehingga Melissa merasa apa yang sudah diraihnya saat ini tidak berarti apa-apa. Melissa pulang ke Amerika dengan tangan hampa. Marchel sekeluarga sudah kembali ke Pondok indah, dan Asha kembali pada rutinitas hariannya, "Mas, aku sudah memenuhi janji untuk setia sama kamu, dan akan setia di sisi kamu." Ucap Asha saat mereka sudah kembali ke paviliun. Marchel peluk Asha dengan sangat mesra, "Terima kasih Sha ... kamu sudah melepaskan
Di kantor, Bram sedang Briefing Petty untuk ketemu klien, Bram minta Petty ajak Marchel menemani Petty,"Ini debut pertama kamu Pet untuk ketemu klien, coba kamu temui Marchel di rumah." Ujar Bram"Tapi Papa harus kasih tahu Marchel dulu, biar pas Petty kesana dia sudah siap," sambung PettyBram telepon Marchel, memberitahukan agar dia bisa menyediakan waktu untuk menemani Petty ketemu klien, alasan Bram ini debut pertama Petty yang harus di support Marchel.Bram berpesan pada Petty agar bisa jaga jarak dengan Marchel, dia tidak ingin terjadi sesuatu antara Petty dengan Marchel. Petty memahami keinginan Bram, dan dia pun meluncur ke rumah Marchel.***Di rumah, Marchel langsung memberitahukan Asha, kalau Petty akan jemput dia atas perintah Bram,"Sha, barusan pak Bram telepon, Petty sedang menuju ke sini katanya, aku di suruh temani Petty ketemu klien, karena ini debut pertama Petty, jadi aku harus dukung." Ujar MarchelAsha yang sedang mengganti
Bram sangat malu pada Marchel atas perilaku Petty, Bram sangat marah dan kesal pada Petty, untungnya dia tidak masuk. Kalau saja Petty ada di kantor, pastinya sudah di damprat Bram. Bram menyesali perilaku Petty, dia minta maaf pada Marchel,"Maafkan saya Cel, saya tidak berhasil mendidiknya lebih baik, "ujar Bram. " Tadinya saya menaruh harapan pada Petty, dengan kejadian ini, saya akan batalkan program magangnya." Lanjut Bram"Kesalahannya, Petty tidak fokus pada pekerjaannya pak, dia tidak memiliki semangat untuk maju." Tukas MarchelBram setuju dengan apa yang di katakan Marchel, menurut Bram, Petty terlalu manja dengan keadaan, sehingga tidak memiliki semangat juang untuk meraih kesuksesan.Marchel mengemukakan, kalau dia tidak ingin mendampingi Petty lagi, karena dia merasa beda jalur dengan Petty. Bram memaklumi ketidakinginan Marchel mendampingi Petty.Bram merasa punya andil atas keributan dalam rumah tangga Marchel, karena dialah yang meminta March
Marchel membuka pintu yang sengaja tidak di kunci Asha, "Kok pulangnya malam sekali mas!!?" Tanya Asha. "Kamu mabuk ya mas? Kenapa sih mas jadi gini!!?" Asha memberondong Marchel dengan pertanyaan "Maafin aku Sha, aku diajak Petty entertain klien, aku jadi ikut mabuk," ujar Marchel yang terkulai di atas sofa. "Tumben kamu mau diajak seperti itu mas? Kenapa mas? Aku bingung mas dengan keadaan ini?" Asha menangis, dia tidak berani untuk berteriak melampiaskan kekecewaannya. Asha sangat marah dengan Petty, yang sudah melanggar kepercayaannya. Asha ingin mengadukan hal itu pada Bram, namun dia kasihan sama Marchel. Asha merasa kalau Marchel di peralat oleh Petty. "Mas, sekarang sebaiknya kamu cuci muka di kamar mandi, setelah itu baru kita bicara." Pinta Asha pada Marchel Marchel pergi ke kamar mandi dengan kondisi masih limbung. Setelah selesai cuci muka, Marchel kembali ke ruang tamu. Marchel bersimpuh di kaki Asha, tapi Asha menariknya untuk sama-sama du
Bram sangat malu pada Marchel atas perilaku Petty, Bram sangat marah dan kesal pada Petty, untungnya dia tidak masuk. Kalau saja Petty ada di kantor, pastinya sudah di damprat Bram. Bram menyesali perilaku Petty, dia minta maaf pada Marchel,"Maafkan saya Cel, saya tidak berhasil mendidiknya lebih baik, "ujar Bram. " Tadinya saya menaruh harapan pada Petty, dengan kejadian ini, saya akan batalkan program magangnya." Lanjut Bram"Kesalahannya, Petty tidak fokus pada pekerjaannya pak, dia tidak memiliki semangat untuk maju." Tukas MarchelBram setuju dengan apa yang di katakan Marchel, menurut Bram, Petty terlalu manja dengan keadaan, sehingga tidak memiliki semangat juang untuk meraih kesuksesan.Marchel mengemukakan, kalau dia tidak ingin mendampingi Petty lagi, karena dia merasa beda jalur dengan Petty. Bram memaklumi ketidakinginan Marchel mendampingi Petty.Bram merasa punya andil atas keributan dalam rumah tangga Marchel, karena dialah yang mem