Setelah menerima kunci mobil dari asistennya, Gilang langsung masuk mobil dan segera meninggalkan Haris dan Naya di tempat itu.
Haris segera menelpon orang tua bosnya. "Selamat malam, Tuan," sapa Haris pada tuannya melalui sambungan telepon, "Bos Gilang pergi meninggalkan saya dan Nona Naya di pasar malam."
"Kamu temani Naya saja! Gilang biar saya yang urus. Kamu jaga calon menantu saya!" titah Papi Rizky.
"Baik, Tuan," jawabnya dengan sopan. Laki-laki itu kembali memasukkan ponselnya ke kantung celana.
Naya menghampiri Haris ketika laki-laki itu selesai menelpon. "Mas Gilang ke mana?" tanya Naya dari arah belakang Haris.
Pemuda itu memutar tubuhnya hingga menghadap Naya. "Bos Gilang ada urusan sebentar," jawab Haris, "Nona mau ke mana biar saya temani," lanjutnya.
Naya tersenyum simpul sembari mencondongkan wajahnya kepada laki-laki tampan itu. "Yakin, mau nemenin aku ke mana pun?"
Haris mengangguk dengan yakin yang membuat Naya ters
'Kenapa Bos Gilang lama sekali? Sudah dua jam, tapi belum juga kembali. Mungkin Nona Naya sudah mulai bosan,' gumam Haris dalam hatinya sembari menoleh kepada gadis cantik yang sedang mengikat rambutnya."Yah ... putus deh." Naya terus memegangi rambutnya karena ikatannya telah putus."Nona kenapa?" tanya Haris kepada Naya yang sedang menggerutu sendiri."Ikatan rambutku putus. Mas Haris punya karet gelang nggak?" tanya Naya kepada laki-laki tampan yang sedang menatapnya."Karet gelang? Untuk apa?" Haris kebingungan kenapa sang nona meminta karet gelang. 'Apa dia sudah mulai bosan?' Haris bertanya-tanya pada dirinya sendiri di dalam hati."Untuk ngikat rambut," jawab Naya yang masih memegang rambutnya agar tidak terurai."Tidak usah diikat! Nona akan terlihat lebih cantik kalau rambutnya digerai," ucap Haris tanpa sadar sembari memandang gadis cantik calon istri sang bos. "Maaf Nona, saya terlalu lancang berbicara seperti itu," lanjutnya kem
Naya dan Haris makan es krim sambil berjalan-jalan mengitari pasar malam. Laki-laki itu sengaja mengajak kekasih bosnya berkeliling supaya tidak bosan."Nona mau naik kincir angin tidak?" tanya Haris kepada Naya. Ia khawatir gadis cantik itu merasa bosan karena ia tidak tahu bagaimana seharusnya orang berkencan itu."Nggak mau ah," jawab Naya sembari mengedarkan pandangannya melihat-lihat wahana di pasar malam itu. "Kita naik kora-kora aja, gimana?" Naya memandang laki-laki tampan yang sedang menjilati es krimnya."Boleh," jawab Haris sembari tersenyum. 'Kelihatannya Nona bukan gadis manja. Dia lebih suka tantangan,' batin Haris.Naya dan Haris kembali menaiki wahana yang ada di pasar malam. Mereka sangat puas bermain-main di sana. Walaupun semuanya serba sederhana, tapi itu sangat menyenangkan bagi gadis tomboy itu.Setelah menaiki kora-kora Naya dan Haris kembali duduk di rerumputan untuk menunggu Gilang. Sebelumnya Haris membeli dua botol air mi
"Kalian udah selesai kencannya?" tanya Gilang, tiba-tiba berdiri di belakang Haris yang sedang disuapi permen kapas oleh Naya.Haris dan Naya langsung bangun dari duduknya. Naya terkejut mendengar suara Gilang, sehingga ia salah menyuapi, permen kapas itu nempel di pipi sang asisten kekasihnya.Haris langsung membalikkan badan menghadap atasannya. "Sudah Bos," jawab Haris dengan sopan."Kita udah dari tadi nungguin Mas Gilang," timpal Naya. Lalu, gadis cantik itu menoleh pada laki-laki yang berdiri di sampingnya. "Permen kapasnya nempel di pipi Mas Haris."Naya mengambil permen kapas itu di pipi asisten calon suaminya. Kemudian, menyuapkannya ke mulut laki-laki tampan itu.Dengan sangat terpaksa Haris membuka mulutnya. Gilang menyaksikan di depan matanya sendiri kalau kekasihnya menyuapi laki-laki lain di hadapannya.Walaupun Gilang tidak menyukai Naya, tapi ia tidak suka melihat kemesraan calon istrinya dan Haris. Padahal ia sendiri y
"Mas Gilang biasa aja dong ngomongnya, telingaku masih normal kali," sahut Naya, "Lagian siapa yang bilang kalau aku cuma pergi berdua. Kita pergi bertiga biar tambah seru. Mas Gilang harus cobain naik ombak banyu."Gadis cantik itu menoleh ke arah kekasihnya, ia menceritakan semua yang ia dan Haris lakukan. Naya menceritakannya dengan wajah yang berseri-seri, terlihat sangat bahagia."Permainan itu sangat berbahaya, nggak ada pengamannya," ujar Gilang sedikit menurunkan volume suaranya."Kan ada pegangannya," sahut gadis tomboy itu, "Aku dan Mas Haris tadi naik ombak banyu dan kora-kora, kami masih hidup sampai sekarang," lanjutnya."Tadi kalian hanya sedang beruntung," selanya. 'Apa kepala mereka nggak pusing, naik permainan kayak gitu?' Gilang bertanya-tanya dalam hatinya.Sebenarnya Gilang tidak berani menaiki wahana ombak banyu, melihatnya saja dia udah ngeri duluan.Tidak ada sahutan dari Naya ataupun Haris. Gadis tomboy itu tida
Hai semuanya! Maaf ya, saya slow update dulu karena adik dan orang tua saya positif cobid 19, jadi waktu menulis saya berkurang karena harus memenuhi kebutuhan mereka selama isolasi mandiri. Saya mohon doanya semoga musibah ini cepat berlalu. Semoga yang sakit segera pulih kembali. Semoga kita semua sehat selalu ya, aamiin. Besok saya usahakan update. Terima kasih semuanya atas dukungannya selama ini. Untuk tiga pembaca yang ngasih gems terbanyak di tiga novelku, penilaiannya ditutup tanggal 15 ya. Untuk yang mau gabung di grup wa, silakan klik tautan yang ada di laman ig @nyi.ratu_gesrek. Terima kasih semuanya. Aku menyayangi kalian. Maaf selalu mengecewakan.
"Bagaimana menurut kamu?" tanya Gilang saat mobil yang ia tumpangi kembali melaju menuju rumahnya."Apanya, Bos?" tanya Haris yang memang tidak tahu maksud dari pertanyaan atasannya."Naya." Mulutnya terasa berat saat menyebut nama itu. Gilang begitu membenci Naya bukan karena dia tidak suka dengan gadis tomboy itu, melainkan karena dirinya tidak bisa menikmati tubuh kekasihnya."Nona Naya gadis yang baik, bukan gadis manja. Bos beruntung dapat calon istri seperti Nona, tidak hanya cantik wajah, tapi juga cantik hatinya," jelas Haris panjang lebar.Gilang tidak suka mendengar ocehan asistennya karena berbanding terbalik dengan kencannya yang berakhir hanya diam termenung bersama Evans, menunggu wanita pesanannya."Sudahlah jangan bicarakan dia lagi! Kamu bicara seperti itu karena kamu suka sama calon istri saya 'kan?" Gilang melipat kedua tangannya di depan dada sembari mencondongkan badannya kepada laki-laki yang sedang mengemudi."Saya yak
"Ya sama calon istriku lah! Sama siapa lagi?" jawab Gilang, "Aku masuk dulu ya, Pi." Gilang melangkahkan kakinya meninggalkan laki-laki yang masih terlihat gagah, walau sudah tua."Sampai kapan kamu terus bohongi Papi dan Mami?" tanya Papi Rizky sembari melipat tangannya di depan dada. Menatap punggung laki-laki tampan yang lahir dari benihnya.Ucapan sang papi menghentikan langkah pemuda yang kecewa karena gagal berkencan dengan wanita seksi.Gilang berbalik badan, kembali menghadap papinya. "Maksud Papi apa?"Laki-laki yang mempunyai lesung pipi itu pura-pura tidak mengerti apa yang dimaksud sang papi. Ia masih saja bersikap seperti orang tidak tahu apa-apa.Dia lupa kalau sang papi orang yang berkuasa, bisa melakukan apapun termasuk mencabut semua fasilitas yang Gilang nikmati saat ini."Kalau Papi mengambil semua fasilitas, termasuk jabatan kamu sebagai CEO di perusahaan FaRiz Group, apa kamu mampu menghidupi dirimu sendiri?" tanya
Setelah sakit di kepalanya sudah mulai mereda, Gilang menyudahi acara merendam senjata keperkasaannya.Wajah laki-laki itu terlihat berseri setelah berendam. Ketampanannya seakan tidak pernah pudar walau ia tidak pernah melakukan perawatan apa pun.Gilang segera memakai boxer dan kaus oblong berwarna putih. Ia segera naik ke atas ranjang, merebahkan tubuh tegapnya di tempat tidur empuk.Ditatapnya layar ponsel yang menampakkan wanita cantik nan seksi tanpa busana sedang berusaha menggodanya.Rupanya Gilang sedang melakukan panggilan video dengan pramusaji yang pernah berkencan dengannya."Sayang, kamu sangat seksi dan menggairahkan. Gilang mencium layar ponselnya saat kamera ponsel wanita gatel itu mengarahkan ke lubang keramatnya.Laki-laki tampan itu turun dari tempat tidurnya, ia pun membuka semua pakaian yang melekat di tubuhnya."Senjatamu benar-benar super," ucap si wanita seksi saat melihat senjata keperkasaan Gilan