Isak tangis memenuhi area pemakaman. Celine bersimpuh di pusara sang mertua bersama suaminya. Tragedi kecelakaan itu telah menjadi akhir bagi kehidupan Mira. Celine tidak menyangka jika mertuanya akan pergi meninggalkannya begitu saja. Menyisakan luka mendalam bagi dia dan suaminya. Beberapa dari keluarga Rayyan turut hadir dan juga ikut bersedih. Meski tidak ada yang bisa merasakan kesedihan mendalam seperti apa yang dirasakan sang suami.
Celine merasa bersalah dan hanya bisa menyalahkan dirinya atas meninggalnya Mira. Ini salahnya yang tidak bisa menahan mertuanya lebih kuat atau mungkin, ini salahnya karena dia menarik Mira yang ingin pergi. Hanya karena dia takut Mira akan mengadukan perbuatannya pada Rayyan, dia telah bertindak egois dan menyebabkan mertuanya meregang nyawa.'Bu, maafkan aku,' sesal Celine dalam hati.Suasana di pemakaman itu mendung dan kini awan hitam sudah berkumpul. Membuat satu persatu orang-orang di pemakaman mulai beranjak dan pergi."Aku tidak tahan lagi, tolong biarkan aku hidup bersama Rayyan. Tolong biarkan aku bebas. Ini terlalu menyakitkan, Dominic. Aku akan membayar uangnya," ucap Celine dengan suara tersendat-sendat. Matanya berkaca-kaca. Dia sudah sangat lelah menanggung rasa sakit dari hubungan gelapnya. Rasa takut, rasa bersalah dan depresi, sangat mengganggu dan membuat Celine takut dia menjadi gila. Melihat suaminya masih diam-diam menangis setelah lima hari kematian mertuanya, membuat Celine tersiksa.Semua ini tidak akan terjadi seandainya hubungannya dengan Dominic tidak pernah ada. Mereka telah melukai banyak hati. Celine takut, akan ada hukuman yang setimpal atas perbuatannya. Dia ingin memutus karma buruknya sebelum terlambat. Namun sayangnya, Dominic masih saja keras kepala dan malah memeluk erat tubuhnya."Tidak, aku tidak mau melepasmu. Aku sudah bilang, ceraikan suamimu. Itu adalah jalan satu-satunya yang kuberikan. Itu juga solusi untuk semua masalahmu. Kau itu milikku, Ce
Celine membuka pintu rumahnya dengan pelan. Dia tidak mau kedatangannya membangunkan sang suami. Namun sialnya, begitu pintu terbuka, justru Celine harus mendapati keberadaan Rayyan yang duduk melamun di kursi. Kedatangannya seketika mengalihkan perhatian sang suami yang menoleh."Dari mana saja kamu, Celine?"Pertanyaan dengan nada suara yang sedikit berbeda, terdengar di telinganya. Itu membuat Celine mengernyit bingung. Meski begitu, dia berusaha tersenyum dan berjalan mendekati suaminya. Celine duduk di samping Rayyan dan berniat menyentuh suaminya. Sayangnya, reaksi yang Rayyan perlihatkan, justru membuat Celine keheranan. Suaminya menghindar ketika dia hendak menyentuhnya."R-rayyan, ada apa? Kenapa kamu menghindariku?" Celine tergagap. Dia kembali berusaha menyentuh lengan suaminya, tapi lagi-lagi Rayyan menghindar dan membuang muka. Sikap tersebut, menimbulkan tanda tanya besar untuknya."Jawab pertanyaanku, habis dari mana kamu?"Celine
Celine meringkuk di atas ranjang sendirian. Tidak ada Rayyan di sebelahnya. Suaminya tidak tidur di sampingnya dan dia hanya bisa meratapi semuanya sambil menangis. Dari semalam, sampai fajar menyingsing, tak sedikit pun Celine bisa memejamkan mata. Dia hanya berbaring dan menyesali semuanya yang terlampau terlambat. Matanya mungkin memerah dan bengkak, tapi hatinya jauh lebih dari itu.Rumah tangannya juga tidak akan mungkin bisa terselamatkan. Celine ragu kalau Rayyan akan memaafkannya. Meski lelaki itu meminta waktu untuk berpikir. Rayyan pasti sangat sakit hati dengan semua ini. Celine benar-benar sangat bodoh. Dia juga tidak bisa mengatakan sejujurnya. Alasan kenapa dia tidur dengan Dominic. Celine takut Rayyan akan terluka karena dia melakukan ini untuk melunasi utang mertuanya.Sambil menghapus kesedihannya, Celine terduduk. Dia perlahan bangkit dan berjalan keluar kamar untuk menyiapkan sarapan seperti biasa. Namun sebelum itu, Celine berjalan ke arah kamar anaknya
Celine masuk ke ruang kerjanya dengan mata sembab. Dia tidak semangat untuk bekerja hari ini. Jika saja dia tidak terjebak oleh perangkap Dominic, mungkin Celine masih bisa menuruti permintaan Rayyan dan menjauhi lelaki itu. Namun kini, semua tidak bisa lagi. Sekarang, bagaimana caranya dia menyelamatkan pernikahannya? Sementara dirinya masih tetap melayani Dominic.Clek.Pintu ruangan kembali terbuka. Orang yang baru saja dia pikirkan, kini sudah muncul dari balik pintu. Mata mereka seketika bertatapan, tapi hanya sesaat karena Celine menundukkan kepalanya dan memberi hormat. "Selamat pagi, Pak.""Celine, ada apa dengan wajahmu?"Celine terlambat menghindar. Dominic sudah lebih dulu mendekat dan menyentuh dagunya. Membuat mata mereka kembali bertatapan. "Tidak apa-apa, tolong jangan seperti ini."Celine menggenggam tangan Dominic dan berusaha menyingkirkannya. Dia teringat ungkapan cinta yang terlontar dari bibir lelaki itu. Keadaannya sudah benar-benar tid
"Celine belum pulang, apa dia bersamamu?" tanya Rayyan, tanpa menatap ke arah Dominic yang ada di sebelahnya. Mereka duduk di pinggir tebing yang dipenuhi rumput sambil menatap rimbunnya pepohonan di bawah sana. Lelaki itu membawanya ke daerah yang tidak Rayyan ketahui. Membuat pikiran buruk seketika berputar di kepalanya. Apa Dominic mengajaknya ke sini karena ingin membunuhnya? Dia jelas akan langsung mati jika Dominic mendorongnya ke bawah. Tempat yang mereka duduki terlalu tinggi."Ya, dia tidur di rumahku karena kelelahan. Aku sengaja membiarkannya."Dominic tanpa rasa bersalah menoleh dan tersenyum ke arah Rayyan. Wajahnya tampak puas saat memerhatikan bagaimana lelaki itu menatapnya syok dan terluka. Bahkan terlihat mata Rayyan berkaca-kaca. Sial, apa dia berlebihan? Dominic membuat lelaki itu hampir menangis."Apa ... apa kalian melakukannya?" tanya Rayyan dengan nada bergetar."Aku yakin kau tidak mau mendengarnya, Rayyan, tapi Celine sangat menggairahka
Celine terbangun dari tidurnya dengan napas tersengal-sengal. Keringat membasahi seluruh tubuhnya bersamaan dengan air mata yang mengalir. Sampai dia langsung terduduk. Celine dengan panik mulai mengedarkan pandangannya ke segala arah, di mana suaminya? Kenapa Celine melihat Rayyan ditabrak oleh Dominic? Itu membuatnya sangat cemas, tapi saat dia melihat sekitar, tidak ada siapa pun di sana. Ini juga bukan rumahnya, tapi rumah Dominic. Tepatnya, rumah yang menjadi tempatnya dengan lelaki itu menghabiskan waktu bersama.Seketika, Celine menatap tubuhnya. Dia langsung melihat tubuhnya yang penuh dengan bercak kemerahan. Bekas yang Dominic tinggalkan sebelumnya. Bagaimana dia bisa lupa? Mereka melakukannya lagi. Celine menutup wajahnya sembari mendesah frustrasi. Tanpa mau membuang waktu, dia bangkit dari ranjang itu dan memakai kembali pakaiannya."Dominic?" panggilnya sambil berjalan mencari keberadaan lelaki itu. Sayangnya, Celine tidak melihatnya sama sekali. Domini
Dominic menghentikan mobilnya di depan rumah Rayyan. Dia mengantar lelaki itu pulang dengan selamat. Meski kini Rayyan terlihat sangat terpukul oleh kata-katanya. Lelaki itu pasti sangat marah karena mengetahui kenyataan pahit seperti ini. Istri yang dianggap setia, ternyata berselingkuh di belakangnya. Bahkan sampai hamil anak selingkuhannya."Pikirkan perkataanku, Rayyan. Celine dan Arion berhak bahagia."Rayyan tak bersua atau melirik Dominic. Tidak pula buru-buru turun. Dia masih tidak percaya dan mengira semua ini hanyalah mimpi buruk. Perselingkuhan dan fakta istrinya hamil anak lelaki lain, itu membuat perasaannya remuk redam. Apalagi permintaan kurang ajar dari Dominic yang tetap memaksa untuk memiliki Celine. Padahal dia adalah suami sahnya.Kenapa semuanya jadi seperti ini? Kehidupannya benar-benar berubah menjadi menyedihkan. Satu persatu orang yang dia sayangi perg meninggalkannya. Sekarang, Celine juga. Rayyan tidak dapat membayangkan bagaimana dia hidup
Celine menggerakkan tubuhnya sambil melenguh. Dia meringis saat merasakan kepalanya berdenyut sakit. Namun seakan belum cukup, Celine merasa dia tidak bisa menggerakkan anggota tubuhnya. Tangannya yang ingin memegang kepala, tertahan sesuatu dan membuatnya kesulitan. Celine juga merasakan kakinya sulit digerakkan.Aneh.Dia sekuat tenaga berusaha membuka matanya. Hingga akhirnya Celine kini bisa melihat apa yang terjadi dengannya. Tangan dan kakinya kini telah terikat. Di sebuah ranjang besar, dengan tali yang besar mengikat tangannya ke setiap sudut ranjang. Begitu pula yang terjadi dengan kakinya. Sulit baginya menggerakkan tubuh. Gerakannya kian terbatas.Di mana ini? Kenapa dia terikat seperti ini?Matanya seketika menjelajahi setiap sudut ruangan. Celine tidak merasa mengenal kamar ini. Dia sangat asing. Siapa yang membawanya ke sini? Tidak mungkin Dominic. Ah, Celine 'kan harusnya pergi mencari lelaki itu, bukan terjebak dalam ruangan dan terikat sepe