Resepsi Pernikahan di Rumah Mertuaku

Resepsi Pernikahan di Rumah Mertuaku

Oleh:  Ida Saidah  Tamat
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
2 Peringkat
115Bab
163.2KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Aku memotret suami serta istri barunya yang tengah duduk manis sambil saling melempar senyum di pelaminan lalu menjadikannya story di whatsapp-ku, supaya Mas Arya tahu kalau aku sudah mencium pengkhianatan yang sudah dia lakukan. Aku juga tidak akan mengirimkan uang walaupun hanya seperak, biar dia kelimpungan mencari sendiri buat biaya pernikahannya yang megah itu. Enak saja. Dia telah berkhianat, berani membagi cintanya tapi, aku yang harus memodalinya juga.

Lihat lebih banyak
Resepsi Pernikahan di Rumah Mertuaku Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
user avatar
Ina 01
sangat bagus
2024-03-29 20:51:11
0
user avatar
Ida Saidah
Jangan lupa rating bintang limanya ya
2022-12-05 18:06:58
0
115 Bab
Part 1
[La, tolong transfer uang lima puluh juta ke nomor rekening Mas sekarang ya.]Aku mengernyitkan dahi membaca pesan singkat dari suami. Untuk apa dia meminta uang dalam jumlah banyak seperti itu?[Untuk apa, Mas?] Send, Mas Arya.[Aku butuh banget. Ibu sakit.][Sakit apa, Mas? Aku ke Jakarta nyusul kamu aja ya? Sekalian pengen liat Ibu.][Nggak usah, La. Kamu juga ‘kan keadaannya sedang kurang sehat. Di rumah saja, nanti uangnya tolong ditransfer. Jangan pake lama, soalnya butuh banget.][Oke.]Aku menatap layar gawai, ada sedikit rasa khawatir karena setahuku Ibu memang memiliki riwayat penyakit gula, dan bisa kambuh kapan saja.Tapi, kok tumben sekali suami meminta uang sebanyak ini kepadaku? Biasanya semua masalah akan dia tangani sendiri dan tidak pernah melibatkan diriku sama sekali. Apa mungkin Mas Arya sedang sangat kesulitan di Jakarta?“Ada apa, Nok?” Aku terkesiap ketika tiba-tiba seseorang mengusap lembut bahuku. Dia adalah Bi Sarni—orang yang membantu merawatku sejak kecil
Baca selengkapnya
Part 2
POV Arya."Mas, liat story-nya Nirmala. Di memosting foto pernikahan Mas Arya sama Mbak Siska!" bisik Irni adikku, membuat mata ini membulat tidak percaya.Dengan tangan gemetar mengambil ponsel dari saku celana, mengecek kebenaran ucapan Irni dan ternyata Nirmala benar-benar mengunggah foto pernikahanku dengan istri baruku.Duh, bisa gawat kalau begini. Mana dia belum transfer uang yang aku minta lagi. "Mas, kamu mau ke mana?" tanya Siska ketika melihat diri ini turun dari pelaminan."E--enggak, Dek. Mas cuma mau liat temen. Tadi katanya dia sudah sampai di depan gang!" dustaku, sebab tidak mau Siska sampai tahu kalau aku sebenarnya sudah punya pendamping hidup."Oh, ya sudah!" Dia tersenyum manis kepadaku.Aku pun segera berlari ke arah parkiran, mencari keberadaan istri ingin memberi penjelasan kepadanya. Kosong. Tidak ada mobil Nirmala di sana.Ya Tuhan...Pasti dia marah sekali dan kecewa karena pengkhianatan ini.Habis mau bagaimana lagi? Aku malu punya istri cacat seperti dia.
Baca selengkapnya
Part 3
“Bagaimana, Mas Arya? Bisa ditransfer hari ini, apa mau bayar kes?” tanya Mbak Naomi sang wedding organizer sambil tersenyum ramah.Lagi, aku menggaruk kepala yang tidak gatal. Bingung mau menjawab apa, sebab di anjungan tunai mandiri hanya ada saldo tiga ratus ribu saja, ditambah tadi lima puluh ribu dari Nirmala.Ah, sial! Kenapa harus mendapatkan masalah sesulit ini sih?“Emm...Mbak, maaf. Bisa nggak saya minta tenggang waktu tiga atau empat hari. Soalnya kartu ATM saya rusak dan mobile banking saya lagi bermasalah.” Mencoba mencari alasan yang sedikit masuk akal, siapa tahu Mbak Naomi mengerti.“Ya sudah. Tapi beneran ya, Mas. Soalnya saya juga butuh uang untuk membayar orang-orang yang membantu saya mengurus acara pernikahan Mas kemarin. Saya nggak enak karena biasanya sehari setelah resepsi mereka sudah bayar, tapi ini malah belum dapet bayaran dari Mas Arya. Padahal kemarin mereka sudah pada semangat banget karena di sini Mas Arya terkenal orang paling kaya. Ternyata...!” Mbak
Baca selengkapnya
Part 4
Mendadak dadaku bergemuruh tidak karuan membayangkan jika ternyata Nirmala tidak ada. Bisa mati aku. Duh! Lala. Kamu ke mana sih? Merogoh saku celana, mengambil ponsel mencoba menghubungi nomor istri, tetapi tidak aktif. Ya salam... Kepanikan mulai kurasakan ketika sudah hampir setengah jam menekan bel tapi tidak kunjung ada yang membukakan pintu. Jantung ini semakin mengentak kuat, seperti ingin lepas dan terhempas dari raga. Aku menguyar rambut frustrasi. Stres, khawatir, takut malu, itu yang sedang kurasakan saat ini. Sekali lagi menekan bel rumah, berharap Nirmala keluar sambil menerbitkan senyuman lalu mengajakku masuk kemudian memberikan uang setelah kupuaskan. Hening. Hanya angin yang menyapa, membelai kulit seolah sedang menertawakan diriku. S*al! Argh!!! Bisa gila mendadak aku kalau begini. “Cari siapa, Mas? Mbak Lala ya?” tanya seorang tetangga yang kebetulan lewat di depan rumah. “Iya, Bu. Tapi dari tadi nggak ada yang bukain pintu. Kira-kira pada ke mana ya pen
Baca selengkapnya
Part 5
Apa aku gadaikan sertifikat rumah saja ya?“Bagaimana, Ar?”“Kalau sertifikat rumah ibuku kira-kira bisa buat pinjam berapa duit, Jo?”“Jangan terlalu bernafsu, Ar. Pinjam secukupnya, takut nanti tidak bisa bayar nyaho, lo!”“Halah...! ‘Kan kamu tau sendiri gaji aku itu gede. Pasti bisalah bayar angsuran doang mah! Yang penting angsurannya jangan terlalu besar!”“Ya sudah. Aku hubungi temen dulu, nanti kalo udah deal, aku langsung kabari kamu. Gimana?”“Aku butuh cepet, Jo. Kalo bisa besok ato lusa!”“Kamu itu hidup susah dibikin sendiri. Udah enak-enakkan hidup sama Nirmala, malah bertingkah. Padahal apa sih kurangnya dia. Cacat juga kamu sendiri yang bikin!” Dia menggeleng kepala.“Jangan sampai rahasia aku bocor, Jo. Masalah ini juga. Apalagi kalau Siska istri baruku tau tentang statusku. Bisa ditinggalin aku sama dia!”“Aku nggak mau ikut campur urusan lain, Ar.”“Ya sudah. Aku pamit balik. Jangan lupa kabari segera. Nggak pake lama, jangan sampai aku dipermalukan!”Jojo hanya dia
Baca selengkapnya
Part 6
Ragu-ragu berjalan menghampiri Nirmala yang tengah asik bercengkerama dengan Pak Irsyad, menyapa perempuan yang masih menyandang status sebagai istriku itu tapi ekspresinya terlihat begitu datar seolah tidak mengenali diriku. "Kamu ke mana saja, La? Mas nyariin kamu dari kemarin. Mas kangen," ucapku dengan suara bergetar, apalagi ketika Pak Irsyad menatap tajam serta tidak suka ke arahku. "Kamu kenal sama laki-laki itu, La?" tanya pria dengan tuksedo hitam itu kepada Nirmala. "Enggak, Kak!" Nirmala menggeleng. "La, kamu boleh marah dan kecewa sama Mas. Tapi tolong jangan begitu. Kamu itu istrinya Mas. Masa malah bilang nggak kenal sama Mas?!" protesku kesal. "Arya. Kamu jangan kurang ajar sama pacar saya, atau nanti saya pecat!" "Pak, Bapak ditipu sama perempuan ini. Dia sudah menikah dengan saya setahun yang lalu. Bapak jangan percaya sama dia. Dia bukan perempuan baik-baik!" Buk!! Sebuah tinju mendarat di rahang. Aku meringis kesakitan sementara Nirmala hanya menatap tanpa m
Baca selengkapnya
Part 7
Jojo lekas mengayunkan kaki meninggalkan aku juga Ibu, sementara Pak Handoyo terlihat sedang sibuk menghubungi seseorang. "Baik, Bu. Sudah saya lakukan sesuai perintah Ibu. Iya, nanti saya antarkan ke rumah Ibu!" sekilas indra pendengaranku menangkap percakapan laki-laki gendut itu dengan seseorang. Mungkin dengan rekan bisnisnya, atau... Sudahlah. Bukan urusanku dia berbicara dengan siapa. Yang penting aku sudah mendapatkan uang untuk menyelesaikan masalah yang tengah membelenggu, meski dengan cara membuat masalah baru. Ini yang disebut menyelesaikan masalah dengan masalah. "Ayo, Ar. Kita mampir ke toko perhiasan dulu. Ibu udah nggak sabar pengen beli cincin baru!" ajak Ibu seraya menggandeng tanganku. "Besok saja lah, Bu. Aku sudah kangen berat sama Siska. Aku mau langsung pulang!" tolakku karena sudah tidak sabar ingin bertemu istri baru. Rindu rasanya dua hari satu malam tidak bertemu dengan dia. Ketika sampai di parkiran. Beberapa orang bertubuh tinggi besar berdiri mengelil
Baca selengkapnya
Part 8
Tidak bisa. Aku bukan boneka yang bisa dimainkan oleh siapa saja dengan seenaknya. Lebih baik sendiri, menata hidup yang sudah terlanjur berantakan dan mencoba untuk mencari terapis yang baru agar aku bisa berjalan kembali.Mobil milik Kak Irsyad menepi di depan rumah yang aku tinggali. Dia lalu membuka pintu kendaraan roda empatnya, mengeluarkan kursi roda milikku dari bagasi dan tersenyum ramah ketika Bi Sarni membuka pintu garasi.“Bi, tolong bawa kursi rodanya masuk!” perintah laki-laki bertubuh tinggi itu kepada embanku.“Kamu sengaja meledekku, Kak. Sudah tau aku tidak bisa jalan, cacat, tapi malah kursi rodanya disuruh dibawa masuk. Aneh!” sungutku kesal.Tanpa menjawab pertanyaan dariku dia langsung membopong tubuh ini, membawaku masuk ke dalam sehingga aku bisa menghidu aroma maskulin yang dulu selalu aku rindukan. Ia lalu merebahkan tubuhku di atas ranjang, mengusap lembut rambut ini sambil mengunci netraku dengan tatapannya.Jujur, berada di dekat Kak Irsyad getaran di hati
Baca selengkapnya
Part 9
“Apa kamu bisa antar saya ke rumah anak itu sekarang, Vir?” “Besok saja, Mbak. Tadi ‘kan Mbak Lala habis pergi sama Pak Irsyad. Saya takut Mbak Lala kecapean. Nggak tega liatnya!” Aku menghela napas. Benar juga sih, apa yang dikatakan Virgo. Aku tidak boleh terlalu memaksakan diri, supaya lekas sehat dan bisa kembali berjalan.“Mbak, besok ke lapangan yuk. Dulu ibu saya juga sakit kaya Mbak Lala. Tapi dia rajin belajar jalan tiap pagi, nginjek rumput yang masih berembun sambil berjemur, alhamdulillah sekarang ibu udah bisa jalan. Tapi ya dibarengi tetapi juga sih!” ajak Virgo dan sepertinya aku berminat. Siapa tahu dengan cara terapi seperti itu lama-lama bisa jalan. ‘Kan tidak ada yang tidak mungkin jika Tuhan sudah berkehendak.“Oke. Jam berapa?” tanyaku mantap.“Jam enem, Mbak. Besok setengah enem saya jemput. Bagaimana?”“Oke. Saya setuju.”Laki-laki berambut cepak itu menerbitkan senyuman.“Bayaran kamu saya transfer sekarang, ya Vir!” “Siap, Mbak. Saya minta lima ratus ribu s
Baca selengkapnya
Part 10
“Ya sudah. Kita pulang sekarang!” Tanpa dikomando pria berusia dua puluh lima tahun itu segera membopong tubuhku, dan aku mengalungkan tangan di leher Virgo sambil melempar senyum nakal, persis seperti wanita kurang belaian kasih sayang yang suka menjajakan tubuh di pinggir jalan.Biarlah. Semua kulakukan demi mengobati luka hatiku. Karena dalam sanubari ada kepuasan tersendiri melihat pengkhianat itu marah dan terbakar cemburu.Mungkin dia pikir saat ini aku sedang meratapi nasib dan menangisi kepergiannya. Kamu salah, Mas. Terlalu mahal air mataku buat menangisi suami tidak setia seperti kamu. Aku sudah biasa dilukai sejak kecil. Dari ditinggal oleh wanita yang menyandang gelar sebagai ibu, tidak diakui oleh dia, dan sekarang diduakan oleh kamu. Hatiku sudah kebal.Ekor mataku terus melirik ke arah suami yang sedang berdiri mematung di samping selingkuhannya. Kepalan tangannya terlihat semakin erat sementara dia tidak bisa berbuat apa-apa melihatku bersama laki-laki lain.Dasar cem
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status