Mas, Ayo Bercerai!

Mas, Ayo Bercerai!

last updateTerakhir Diperbarui : 2025-11-19
Oleh:  Imamah NurOngoing
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
Belum ada penilaian
5Bab
14Dibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi

Zola mencoba mempertahankan keutuhan keluarganya di tengah kekacauan yang dibuat oleh mantan istri dari suaminya –Haidar. Wanita itu memperalat mertuanya agar membenci Zola dan mengambil kembali hati Haidar dengan alasan anak mereka. Awalnya Zola selalu bersabar dan terus berjuang. Namun, pada akhirnya ia menyerah karena merasa tak lagi dibutuhkan di keluarga suaminya. Keberadaannya pun seolah tidak dianggap oleh Haidar yang lebih mengutamakan mantan istrinya dibandingkan dirinya.

Lihat lebih banyak

Bab 1

BAB 1

“Kamu mau ke mana, Mas? Ini makanannya sudah siap loh,” ujar Zola bingung ketika melihat suaminya melangkah pergi dari area ruang makan.

Haidar hanya menoleh sekilas, seperti terganggu oleh keberadaan Zola. Tangannya tetap mencengkram ponsel yang masih berdering. “Urusan kerjaan. Kamu gak paham.”

“Tapi, Mas—”

Belum selesai Zola bicara, Haidar sudah mendorong pintu dan melangkah keluar tanpa menunggu jawaban. Suaranya hilang ditelan dinginnya malam.

Zola memandang jam dinding. 20.30. Ia menarik napas panjang, menahan rasa yang tidak pernah benar-benar terucap.

Dulu, Haidar pulang dengan senyum dan tangan hangat yang menariknya ke pelukan. Sekarang, ia pulang seperti tamu yang tidak peduli tuan rumahnya ada atau tidak.

Zola menunduk, lalu menoleh pada gadis kecil yang duduk di bangku makan dengan kaki menggantung. Ia tersenyum kecil.

Gadis itu, Kirana, adalah anak tiri Zola. Usianya hampir menginjak 8 tahun. Rambutnya hitam, wajah polos, mata fokus pada tablet di pangkuannya. Sejak tadi tidak bersuara, seolah keberadaan orang tuanya tidak memengaruhi dunianya yang kecil dan sunyi.

“Kirana, mau makan duluan, sayang?” tanya Zola lembut.

Kirana mengangguk dan menoleh sekilas, “Mau, Tante.”

Zola tersenyum kecil. Selama ini, gadis itu masih terus memanggilnya tante. Namun, Zola tak keberatan dengan hal itu. Kirana masih kecil, mungkin memang belum begitu paham dengan apa yang terjadi.

“Oke, sebentar, ya.” Zola langsung mengambil porsi kecil untuk Kirana.

Beberapa menit kemudian, pintu depan terbuka. Haidar masuk kembali. Tanpa penjelasan. Tanpa tatapan. Tanpa memperdulikan istrinya yang menunggu.

“Sudah, Mas?” tanya Zola, suaranya dibuat selembut mungkin.

Haidar tidak menjawab. Matanya tetap terpaku pada layar ponsel di tangannya, seolah dunia di layar itu lebih penting dari apa pun yang ada di rumah ini.

Dengan status Haidar sebagai seorang CEO, Zola selalu memaklumi kesibukan suaminya. Namun, jujur saja hatinya juga merasa hampa karena sikap Haidar yang tak lagi hangat.

Zola mengangguk pelan, berusaha tidak memperlihatkan rasa perihnya. Ia berdiri dan mulai menyendok makanan ke piring Haidar. “Kita lanjutin makan ya, Mas.”

Belum sempat mereka menyuap makanan, sebuah suara melengking dari arah meja.

Tuut… Tuut…

Suara video call dari tablet Kirana.

Kirana mengangkat wajah kecilnya, bingung. Namun, begitu melihat nama penelpon di tabletnya, gadis itu langsung tersenyum lebar.

“Ibu!” seru Kirana begitu telepon tersambung.

Haidar langsung mendongak. Menatap putrinya dengan rasa penasaran.

Sementara itu, Zola mematung.

Raisa, ibu kandung Kirana, mantan istri Haidar, adalah sosok yang belakangan membuatnya merasa semakin kecil di keluarga ini.

Meskipun wanita itu telah bercerai dengan Haidar sejak 4 tahun lalu, tetapi bayangannya tak pernah benar-benar hilang dari keluarga ini.

“Kirana, sayang!” suara Raisa terdengar lega sekaligus cemas. “Kamu di mana? Ibu kira kamu ada di sini sama nenek!”

Kirana berkedip, lalu menjawab dengan polos, “Aku di rumah sama Ayah, sama Tante Zola.”

Raisa mendesah, wajahnya memelas. “Ibu kangen, Kirana. Ibu kira kamu di sini makanya ibu ke sini .…”

“Kirana juga kangen Ibu!” seru Kirana dengan bibir yang tampak sedikit mengerucut. “Ibu tunggu di rumah nenek ya!”

Setelah itu, Kirana memutuskan panggilan itu. Pandangannya langsung beralih ke arah Haidar, matanya penuh harapan. “Ayah, ayo ke rumah nenek. Kirana mau bertemu Ibu!”

Belum sempat Haidar bersuara, Zola lebih dulu berkata, “Tapi ini sudah malam, Kirana. Udara malam gak baik buat kamu. Apa gak mau besok aja? Kan besok kamu libur sekolah.” Zola tampak khawatir. Kirana memang tipikal anak yang mudah sakit.

Namun, Kirana justru semakin cemberut.

“Nggak mau! Kirana mau ketemu Ibu sekarang!” Kirana beralih menatap Haidar lagi. “Ayah, ayo pergi sekarang sebelum Ibu pulang.”

Haidar mengangguk pelan, lalu bangkit dan mengusap kepala putrinya dengan lembut. “Iya, Kirana ganti baju dulu ya, ambil jaketnya.”

Zola mengernyitkan dahinya. “Mas, tapi ini sudah malam. Apa sebaiknya nggak besok aja supaya bisa lebih puas juga ketemunya kalau dari pagi.”

“Besok Raisa ada acara kantor di luar kota, jadi gak akan ada waktu untuk Kirana,” jawab Haidar terus terang. Namun, jawaban itu justru membuat Zola tak paham. Kenapa suaminya bisa tahu apa yang akan dilakukan mantan istrinya?

Terlebih pekerjaan mereka tidak berkaitan sama sekali. Mungkin, jika acara itu ada hubungannya dengan Kirana, Zola akan paham kenapa Haidar bisa tahu. Namun, ini terlalu jauh.

“Kok kamu bisa tahu besok Raisa ada acara?” tanya Zola tak paham.

“Raisa kasih tahu aku kemarin,” jawab Haidar santai, seolah tak ada yang salah.

Zola menatap Haidar lebih lama kali ini. Rasanya ada sesuatu yang mengusik pikirannya.

“Raisa kasih tahu kamu… kemarin?” ulang Zola lirih.

Haidar mengangguk santai sambil memasukkan ponselnya ke saku celana. “Iya. Dia telepon sebentar.”

Telepon dan sebentar.

Kata-kata yang selalu dipakai Haidar ketika ingin mengakhiri percakapan.

Zola memperhatikan gerak tubuh suaminya, bagaimana pria itu tampak begitu nyaman mengucapkannya, seakan itu adalah hal paling wajar di dunia. “Mas, kamu masih komunikasi sama Raisa… sesering itu?”

Haidar mendengus. “Ya kan dia ibu kandung Kirana. Apa salahnya?”

“Aku gak bilang salah.” Zola menahan napas, menahan getaran suaranya. “Tapi… kenapa kamu gak kasih tahu aku?”

Haidar menatap Zola seakan wanita itu sedang membesarkan hal yang bahkan tak pantas dibahas. “Kamu ini kenapa sih? Kami cuma bahas Kirana.”

“Tapi kenapa kamu gak bilang? Kenapa aku harus tahu dari kebetulan?” suara Zola mulai pecah. “Aku bukan orang luar, Mas…”

Haidar mendecak pelan. “Kamu selalu bawa-bawa perasaan. Padahal ini cuma obrolan ringan soal anak.”

“Kenapa kamu bilang ‘cuma’?” Zola menggeleng, air mata menggenang meski ia mencoba menahannya. “Hubungan sama mantan istri bukan hal sepele. Harusnya kamu kasih tahu aku juga karena sekarang Kirana juga anak aku, Mas.”

Haidar menatap istrinya dari ujung rambut sampai ujung kaki, sinis dan lelah. “Kamu ini terlalu membesar-besarkan masalah kecil.”

Zola meremas ujung bajunya sendiri. “Aku cuma tanya… kenapa kamu gak jujur?”

“Sudahlah, kamu ini memang gak kayak Raisa yang gak pernah permasalahkan hal kecil begini.”

Usai mengatakan itu, Haidar langsung meraih tangan putrinya dan mengajaknya bersiap untuk pergi menemui Raisa.

Tampilkan Lebih Banyak
Bab Selanjutnya
Unduh

Bab terbaru

Bab Lainnya

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Tidak ada komentar
5 Bab
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status