PLAK!!!Satu tamparan keras mendarat tepat pada pipi Xander. Meringis memegang ujung bibirnya pria itu, mendorong pipi dalam menggunakan lidahnya. Dirinya hanya diam menerima perlakuan menyakitkan yang disertai umpatan-umpatan kasar dari wanita itu.Kembali terbayang akan tamparan menyakitkan serta bagaimana Leoni mengumpati dirinya saat ia telah sampai mengantarkan wanita itu pada tujuan. Membawa amarah besar Leoni turun dari mobilnya.Tubuh kekar itu terbaring di atas sofa. Kaki panjangnya menjuntai satu ke bawah. Menutup dua mata dengan satu tangan. Kini, dirinya berada di dalam ruang kerjanya di perusahaan.Xander bangun dari posisinya. Gontai ia mendekati meja dan mengangkat telepon yang berbunyi di atasnya."Hallo." Bariton berat itu memecah suasana ruangan yang sepi.Alisnya kontan berkerut serta tatapanya memicing tajam tatkala ia dengar suara pun jawaban dari seberang telepon sana. Mengetat rahang kokoh hingga keluar urat-urat pada lehernya."Damn!"Meraih jasnya dengan cepat
Duduk terdiam pada sofa tunggal memandang keluar jendela kamarnya. Menatap langit malam yang gelap tanpa bintang yang seolah tak sudi menghiasi. Meniup-niup kecil coffee panas di dalam gelas sebelum akhirnya ia sesap perlahan. Suara gelegar dari kilatan petir yang mengiring hujan menjadi backsound pada malam ini. Ditambah nyanyian serangga yang merdu menandakan malam semakin sunyi. Rahangnya bergerak untuk mengunyah sebuah pil yang telah sejak tadi ia simpan di bawah lidah. Tatapanya yang kosong pun tak bisa berpikir jernih memaksa Leoni untuk membuat keputusan yang mungkin akan dirinya sesali di kemudian hari. Gelas panas di dalam genggaman Leoni lolos jatuh membentur lantai marmer. Berserak cairan coffee bercampur pecahan gelas yang kontan tak sengaja mengenai kakinya hingga memar di sana. Betapa terkejutnya wanita itu melihat Xander yang sudah berdiri di ambang pintu kamar. Penampilanya acak-acakan tidak karuan pun seluruh pakaiannya yang basah kuyup. "Malam yang tenang un
Hari ini adalah tepat satu tahun Leoni dan Tavel memutuskan untuk tinggal di kediaman yang berbeda dari keluarga Miller. Genp dalam satu tahun tak pernah juga Xander bertemu dengan Leoni semenjak pertengkaran mereka pada malam itu. Selama satu tahun penuh keseharian Xander hanya disibukan dengan pekerjaan, atau sesekali dirinya membawa Liza keluar untuk memulihkan mental wanita itu. Telah banyak kabar berita yang beredar mengenai kedekatan putra Miller bersama kekasihnya. Media sosial serta banyaknya artikel yang menampilkan kebersamaan keduanya. Setelah satu tahun lamanya Xander menyembunyikan Liza dari publik dan keluarga. Malam ini, ia dengan terang-terangan mengekspos serta mengkomfirmasi hubunganya bersama Liza pada media serta keluarganya. Xander juga mengajak Liza untuk makan malam bersama kedua orangtuanya. "Kapan kalian akan bertunangan?" tanya Pero pada Xander yang masih santai mengunyah makanannya. "Secepat mungkin." Xander menjawab. "Baiklah, lebih cepat lebih baik,"
Xander duduk di sofa dalam kamarnya saat Liza baru saja keluar dari kamar mandi selesai membersihkan diri. Memakai handuk tipis putih guna membalut tubuhnya yang ramping. Gontai ia mendekati Xander. "Xander?" Liza bersimpuh di bawah kaki Xander. Menatap pria itu serayamendongakan wajahnya. Pandangan Xander jatuh mengarah pada wanita di hadapanya. "Pakailah pakaianmu, Liza." "Xander, satu minggu lagi pertunangan kita, dan kita akan segera menikah. Tidak masalah jika kita melakukanya sekarang—” "Liza," tukas Xander. Ia tatap wajah sayu Liza lalu menghela napasnya cukup dalam. Beranjak Xander dari duduknya dan melangkah gontai menuju pintu. Sebelum akhirnya langkah pria itu terhenti sebab tiba-tiba Liza memeluk tubuhnya dari belakang. "Xander, aku hanya ingin penyatuan kita. Karena aku takut Xander, aku selalu takut jika kau menganggapku menjijikan sebab kau tak pernah menyentuhku sama sekali sejak hari itu," lirih Liza, tersedu-sedu di belakang punggung Xander. Mengetat rah
WARNING!!!Area panas 21+Komen 🔥🔥🔥🔥 jika kalian suka.............Leoni tengah sibuk berbicara dengan klienya di telepon saat tiba-tiba seorang pria memeluknya dari belakang. Mengendus wangi aroma tubuh wanita cantik itu yang memabukan.Ia menoleh untuk menatap pria yang menyimpan wajahnya pada ceruk lehernya, tersenyum lantas mencium lembut pipi dengan sedikit jambang milik pria itu."I miss you, Babe."Suara bariton berat itu membuat Leoni tersenyum. Berbalik dirinya untuk menghadap Xander, mengalungkan dua tanganya pada ceruk leher pria tersebut. Berjinjit, lalu ia lumat habis bibir Xander penuh sensual.Lumatan bibir mereka semakin memanas pun basah. Saling membalas satu sama lain pun membelit lidah. Di bawah, tangan Xander bergerak bergerlya di dalam baju Leoni, mengelus lembut perut rata milik wanitanya.Xander mengiring langkah mereka menuju sofa. Membaringkan tubuh Leoni di sana lantas ia tindih di bawah kukungannya. Haus akan menyentuh tubuh sang wanita, Xander memanas
Hari-hari tenang Leoni tiba-tiba terguncang atas beredarnya berita kelahiran cucu keluarga Miller. Entah dari mana berita itu berasal, tapi saat ini ponselnya selau sibuk berdering entah itu datang dari media atau orangtua Tavel yang ingin memastikan. Amat pusing diirinya oleh keadaan yang tiba-tiba mendesak. Lantas ia segera menghubungi Tavel sebab pria itulah satu-satunya keluaraga Miller yang mengetahui kondisi Leoni sebelum memutuskan untuk pindah dari kediaman Miller. Lalu, di sinilah Leoni berada kini. Pada ruang tamu sebuah villa mewah di pinggir kota, duduk bersama Tavel pun wanita cantik yang tengah mengandung, yang Leoni ketahui wanita tersebut adalah terapi yang rutin datang untuk memeriksa pria itu. Menganga kecil bibir Leoni mendapati fakta yang amat mencengangkan jika kabar yang beredar sengaja dibuat oleh kekasih Tavel karena menuntut diakui keberadaanya. Pun, amat mencengangkan lagi jika selama ini dua orang itu menjalin hubungan. Leoni meminum jus di dalam gela
Terpaksa Leoni harus mau mendatangi kediaman Miller untuk memberikan klarifikasi atas semua hal yang sedang terjadi. Menjadi saksi sekaligus korban atas terjadinya kekeliruan di antara rumah tangganya bersama Tavel.Duduk dikumpulkan bersama-sama pada ruang utama mansion. Tavel bersama wanitanya, Leoni serta dua orangtua Miller pun ada juga Xander bersama calon tunanganya. Mau tidak mau Leoni harus bertemu dengan pria itu lagi."Coba ceritakan semua yang telah terjadi." Pero Miller menuntut penjelasan dari Tavel serta Leoni, tentu saja ia menuntut juga pada wanita hamil besar yang dibawa oleh putranya.Ini semua menyangkut nama baik keluarga. Tentu nama besar keluarga Miller yang sedang dipertaruhkan. Dunia tahu jika satu-satunya menantu keluarga Miller ialah Leoni Calis. Serta kabar kehamilan yang tengah marak diperbincangkan semua orang mengira kabar itu datang dari pasangan Tavel dan Leoni.Leoni tampak duduk tenang dengan ekspresi datar. Tak terlihat terguncang sama sekali, berbed
Xander terdiam seraya terus terpaku pandanganya pada bayi mungil yang terbaring di atas ranjang tengah mengusal wajahnya yang memerah menggunaan tangan mungilnya. Meringis-meringis bayi kecil itu pun berakhir menangis. Ia melirik Leoni yang datang membawa botol susu lalu menggendong bayi kecil itu. Memberinya susu hingga tangisanya berangsur tenang. Amat lucu dan cantik bayi kecil di dalam gendongan Leoni lantas membuat Xander bertanya-tanya. "Siapa dia?" tanya Xander benar-benar bingung pria ini. Sebab jika dilihat teliti, bayi itu sangat mirip dengan Leoni. "Itu putrimu?" tanya Xander lagi. Apakah patah hatinya akan berwujud kenyataan sebab ternyata Leoni dan Tavel telah memiliki bayi sebesar itu. Leoni berdecak pelan. Lantas ia mengalihkan bayi kecil itu pada Xander dan membiarkan pria itu menggendongnya meskipun kaku. "Tolong jaga dia, aku ingin tidur sebentar." Kondisi tubuh Leoni benar-benar lemah setelah dua hari penuh dirinya menjaga bayi kecil yang sakit. Sebab ia