Share

175. Ia Alasanku

Seya menghadiahiku ponsel setibanya di rumah. Aku tak langsung menerimanya. Dahiku mengernyit di hadapan ponsel yang lengkap dengan dus serta paper bag bertuliskan merek ponsel tersebut.

“Ini hadiah untuk apa?” tanyaku ketus.

“Bukan untuk apa-apa. Memangnya kalau aku mau memberi hadiah harus ada alasannya?” Seya mengendikkan bahu sambil terus memaksaku menerima paper bag berisi ponsel tersebut.

Paper bag itu memang sudah beralih ke tanganku sekarang. Namun aku bingung bagaimana menanggapinya.

“Aku gak mau menerima ini,” ucapku dingin.

“Kenapa?”

“Aku gak suka ponsel. Aku bukan orang yang akan mengangkat panggilan dengan cepat atau membalas satu pesan masuk. Lebih baik aku gak punya ponsel,” alasanku jujur.

Seya diam beberapa detik. Bola matanya berlari ke wajahku. Pastilah ia merasa aneh dengan jawabanku yang tak lazim ini.

“Kenapa?&rdqu

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status