MANTAN WITH BENEFIT

MANTAN WITH BENEFIT

last updateLast Updated : 2025-05-27
By:  DityaRUpdated just now
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
10
11 ratings. 11 reviews
45Chapters
600views
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Bagaimana jika mantan kekasihmu datang di hari pernikahan, bukan untuk memberi selamat, melainkan menagih janji yang pernah kamu ucapkan padanya? Itulah yang dihadapi Khalisa. Pada hari bahagia, saat ia resmi menjadi seorang istri, masa lalunya datang untuk menagih janji yang pernah terucap. Sebelum bulan madu dimulai, Khalisa harus menepati janji itu, atau ia akan kehilangan orang yang dicintainya. Ia harus rela memberikan malam pertamanya kepada sang mantan. Dari sinilah hubungan terlarang itu bermula, hubungan yang seharusnya tidak pernah mereka jalani. Hingga akhirnya, dua garis biru mengubah segalanya.

View More

Chapter 1

Sembilan Jam Setelah Ijab

Khalisa

────୨ৎ──── જ⁀➴

Seperti pengantin baru pada umumnya, malam pertama pernikahan adalah detik-detik yang paling dinanti. Malam ketika dua jiwa yang saling mencinta melebur dalam satu pelukan di atas ranjang, sama seperti aku dan Alzian saat ini.

Di sudut kamar, ratusan amplop bertumpuk laksana gunung kecil, sementara kado-kado tertata rapi di atas meja. Namun, mataku tertambat pada satu kotak mungil yang enggak sengaja terjatuh, berhiaskan simbol hati yang kini retak terbuka.

Jam tangan mewah itu terburai dari cangkangnya, lalu memantulkan cahaya lampu gantung yang berkilau di atas kepala kami.

"Mas, itu hadiah dari siapa?" tanyaku lirih, jari-jariku masih berdiam di tengkuknya. "Enggak mungkin temanmu belikan barang semahal itu, kan?"

"Oh, mungkin Om Hendar, Sayang," jawabnya sambil melepas satu per satu bagian dari setelan hitam bergaya keraton. Blangkon yang tadi melekat rapi di kepalanya kini sudah tergeletak di samping ranjang. Kain batik yang membalut tubuh bagian bawahnya pun meluruh perlahan, menyisakan hanya sehelai Bokser yang membungkus tipis pinggangnya. "Memangnya, kenapa?"

"Enggak, cu—cuma, ummmmmhh—" Kata-kataku tenggelam, dibungkam oleh bibir tipisnya yang menempel begitu tenang. Ada jejak cherry di sana. Masam, menggoda, dan menyisakan rasa yang enggak bisa kutolak. "Mas, kamu mau sekarang?"

"Iya, dong, Sayang. Kan, ini malam pertama kita," bisiknya sambil mengurai satu per satu kancing kebaya putihku yang bermotif bunga. "Kalau enggak sekarang, terus, kapan lagi?"

"Tapi, aku belum siap, loh, Mas." Aku sempat merengut, tapi sentuhan tangannya yang selembut beludru itu, perlahan membimbing bibirku membentuk senyum.

"Sayang, nggak apa-apa, kok. Sakitnya itu cuma di awal, waktu tusukan pertama aja, percaya, deh!" bisiknya, mencoba menenangkanku.

Tapi bukannya tenang, pikiranku malah ke mana-mana. "Kok kamu bisa tahu, sih, Mas? Kamu pernah ngelakuin ini sama siapa sebelum sama aku? Hah?"

Aku mendorong dadanya spontan, membuat tubuhnya sedikit terhuyung. Namun dia kembali mendekat, memelukku dengan ekspresi yang enggak bisa kujelaskan. "Enggak ada satu pun, kamu yang pertama, Khalisa."

"Halah. Bohong!" seruku sambil mencoba melepaskan pelukannya, "Lepas, atau aku bakal teriak?"

"I—iya. Okay ...."

Begitu aku berhasil lepas, aku segera merapikan kebaya dan jilbabku. Rasanya akan jauh lebih baik kalau aku berada di depan, bersama saudara-saudara untuk menyambut para tamu undangan. Toh, sekarang masih jam delapan malam. Pasti masih ada saja tamu yang datang. Apalagi ini malam minggu.

Aku hampir saja membuka pintu ketika namaku terdengar lantang dari belakang, "Khalisa!"

Suara itu membuatku berhenti sejenak. Aku menoleh sedikit dan berkata, "Lebih baik kita nggak usah ngomong, sampai kamu benar-benar bisa membuktikannya, Mas!"

"Khal—"

"Sssttttt," potongku, sambil menggeleng pelan.

Aku sudah enggak mau ambil pusing lagi. Mungkin baginya ini cuma hal sepele. Tapi buatku, ini bukan perkara kecil.

Kenapa, sih, kebanyakan laki-laki berharap bisa mendapatkan istri yang belum pernah disentuh, alias 'masih suci/perawan'. Mereka berlomba-lomba untuk jadi yang pertama menyentuhnya.

Tapi kenapa standar itu enggak bisa berlaku juga untuk perempuan?

Untukku?

Aku mengabaikannya. Begitu tanganku menyentuh gagang pintu dan mulai menariknya, tiba-tiba sebuah sentuhan ringan mendarat di bahuku, "Khalisa?"

"Hiiiihhhh," desisku sambil menepis tangannya ke samping.

"Kebayamu," ucapnya, ada getaran halus di suaranya. "Benerin dulu kebayamu kalau mau keluar."

Aku berbalik, tatapan kami bertemu. Ada genangan yang menggantung di matanya.

"Maksud kamu?" tanyaku pelan.

Dia menunjuk ke arah dadaku.

Baru kusadari, karena tarik-menarik tadi, posisi Bra-ku bergeser ke dalam. Kebaya putih bermotif bunga yang sedikit transparan ini membuat kismis mungilku tampak lebih jelas dari yang kukira.

"Oh, maaf," timpalku sembari merapikan si mungil yang menyembul malu-malu.

Saat aku kembali menatap lelaki ini, air matanya sudah jatuh, mengalir melewati leher dan dadanya, lalu menghilang di atas perutnya yang agak berisi.

Ada yang ganjil saat pandanganku tertuju pada bokser hitamnya. Sebuah tonjolan tampak jelas, dan dari serat-serat kainnya, mengalir cairan berwarna putih pucat. Jujur, aku masih belum mengerti, apakah itu sisa air mata yang sempat lenyap tadi, atau ada cairan lain yang belum sepenuhnya kupahami.

Aku mengernyit dan mengangkat alis. "Mas Alzian? Ka—kamu?"

Sebelum tubuhnya benar-benar jatuh di lantai, aku sempat menangkap lengannya. "Mas, kamu kenapa? Kamu sakit?"

Wajahnya tampak pucat. Tangannya mencengkeram bokser dengan ekspresi yang sulit kuartikan. Dia terbaring sambil menatap lampu gantung.

"Enggak, aku enggak apa-apa," gumamnya. Tapi sorot matanya berkata lain.

Jelas saja keningku berkerut dan berkata, "Wajahmu pucat, loh, Mas."

Dia enggak menjawab. Tatapannya goyah, seperti sedang menimbang sesuatu. Lalu, dengan gerakan yang tampak dipaksakan, dia berdiri dan mengangkat bahunya tinggi-tinggi. "Aku kuat, kok. Tuh, lihat, kan!"

Aku masih berlutut di depannya, menatap dengan penuh tanda tanya. Tapi tiba-tiba, aroma aneh menyelinap ke hidungku. Refleks, aku langsung menutup hidung.

Mataku membelalak, tertuju pada tonjolan di Boksernya yang basah, tampak aneh dan membuatku mual.

"Mas..." pekikku sambil menggigit bibir, menahan tawa yang tiba-tiba saja muncul. "Kamu udah keluar secepat ini, hmm?"

Wajah Alzian langsung berubah. Seolah aku baru saja menusukkan belati ke dadanya. Matanya berkedip cepat, napasnya tertahan, dan bibirnya sedikit terbuka. Seakan mencoba berkata-kata, tapi enggak ada satu pun yang keluar.

Jadi aku cuma membatin dalam hati, "Aku yakin kalau Alzian keluar secepat ini, pasti dia laki-laki yang masih segel. Yey!"

Sampai akhirnya, yang keluar dari mulutnya hanya satu kata, "Maaf."

Aku mengangkat alis, "Maaf?" pura-pura galak dengan meninggikan nadaku satu oktaf. "Kamu bilang maaf? Iya!!?"

Aku pun berdiri. Kini mata kami sejajar. Bibirnya tampak bergetar saat aku mengunci pandang ke arahnya. Dia bilang, "Aku sumpah, aku nggak tah—"

"Ssst." Cepat, jari telunjukku memotong bibirnya.

Matanya membelalak dan tubuhnya menegang. Saat aku mendekat, napasnya makin enggak beraturan.

"Mas..." bisikku lembut, menahan tawa yang hampir enggak sengaja keluar. "Aku enggak marah."

Raut bingung masih membayang di wajahnya. Jadi, aku menatapnya dengan tenang, "Kita baru aja menikah sembilan jam yang lalu, Mas. Kamu pikir aku bakal marah cuma karena hal kayak gini?"

Dia masih terdiam, seperti enggak percaya sama apa yang baru saja dia dengar.

Aku tersenyum tipis. Lalu perlahan mendekatkan bibirku ke telinganya, "Kalau kamu masih punya tenaga, kenapa nggak kamu coba lagi aja, Mas?"

Dan sekarang ....

Wajahnya jauh lebih pucat.

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

More Chapters

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

user avatar
Melani indah
Up lagi kak
2025-05-25 23:17:50
2
user avatar
Mentari
Terus, si khal kalo tau video heksa gimana yaa
2025-05-23 01:02:24
2
user avatar
Yesica
lope sekebon buat Heksa
2025-05-22 12:25:27
3
user avatar
Irvy
swinger deh kyknya bentar lagi si Fenya sm Al
2025-05-22 03:07:25
1
user avatar
Maisarah
Heksa sm khal sama2 selingkuh.. eh kalau sama2 suka selingkuh ga namanya?...
2025-05-22 00:38:59
1
user avatar
Hinangi
Nice, spill endingnya thorr ...
2025-05-16 10:34:09
3
user avatar
Emon
nice story thorrr
2025-05-14 16:47:40
2
user avatar
Nursyifaah
Ceritanya bagus
2025-05-14 16:32:05
4
user avatar
Diana
berharap Alzian mandul
2025-05-14 15:52:12
3
user avatar
Robbiatul
up banyak sih thoor.
2025-04-24 21:59:07
3
user avatar
Robbiatul
update banyak si thor!!!!
2025-04-24 21:57:38
3
45 Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status