Home / Romansa / Jerat Sang Model / 3. Morning Sex

Share

3. Morning Sex

Author: Bebicaisim
last update Last Updated: 2021-12-31 15:00:43

Keesokan paginya, dengan rambut tergerai basah, Sissy yang mengenakan kemeja kebesaran milik Cala terlihat berkutat di dapur. Wanita cantik itu tampak sibuk membuatkan sarapan untuk mereka berdua. 

Terlalu serius membuat omelet, Sissy dibuat terkejut hingga wanita itu melempar spatulanya ketika Cala memeluk dan mencium titik sensitifnya yang ada di leher. Sissy melenguh lirih, menikmati perlakuan Cala saat pria itu menghisap titik tersebut sampai meninggalkan bekas kemerahan yang cukup jelas. 

Sampai keintiman itu diinterupsi dengan aroma gosong yang menyapa hidung keduanya. Baru saat itulah Sissy sadar dari transnya dan dengan panik mematikan kompor. Terlepas dari keintiman yang hampir membuat jantungnya copot. 

Menghindari perlakuan Cala yang lain yang sekiranya, sudah pasti akan membuyarkan konsentrasinya sampai ke tepi jurang. 

"Cala ... omeletnya gosong." Sissy menatap miris pada omelet setengah gosong di dalam pan miliknya. 

"Setengah gosong. Sepertinya itu masih bisa dimakan. Yah, sebenarnya itu masih sangat layak dimakan Sissy sayang,"  hibur Cala setelah menatap omelet yang dimasak kekasihnya.

"Jangan! kamu nanti keracunan." Sissy tidak tega membiarkan Cala memakan omelet yang tidak layak itu.

"Apa kamu memasukkan sianida sebagai bumbu tambahan?"  goda Cala mengeratkan pelukannya.

"Cala, please … jangan bercanda."  Sissy memutar bola matanya, kebal dengan rayuan Arcala. 

Cala yang gemas, mengangkat Sissy untuk dia dudukkan di konter pantry. 

"You look beautiful wearing my clothes, Baby," Cala mengecup perut Sissy yang masih berlapis kain. Dalam batin Cala, seharusnya mereka sudah memiliki anak kedua. 

"Cala ini masih pagi," 

Meski sudah terbiasa perasaan mengganjal itu tetap ada, merongrong di dalam hatinya. Apalagi dia juga seorang perempuan.

"Make love in the morning sounds good."  Kecupan basah Cala sudah menjalar ke mana-mana.

Lenguhan lirih Sissy, dan geraman rendah Arcala, menjadi musik pengantar aktivitas pagi mereka. Aktivitas yang seharusnya hanya Cala lakukan bersama istri sah-nya.

Akan tetapi siapa peduli, jika sesuatu yang mereka sebut cinta. Menjadi dasar pembenaran untuk apa  yang mereka lakukan, sekalipun itu menjadi api yang akan melahap apa pun milik mereka.

Mendekap erat Arcala, Sissy menatap pantulan dirinya dan kekasihnya dari cermin yang melekat di dinding pantry. Cermin yang menjadi saksi bisu jika dia tetap jadi yang nomor satu di hati Arcala. Sekalipun di dalam catatan pernikahan bukan dirinya yang menyandang gelar nyonya Ragananta.

Sissy resah, dia menjadi serakah. Seharusnya Arcala menjadi miliknya, meski Arcala memilikinya dengan cara seperti ini. Baginya masih terasa tidak cukup, apakah dia harus mengandung kembali supaya Arcala tetap bersamanya.

Netra Sissy terpejam, menikmati perlakuan Cala yang begitu memanjakan dirinya. Membuatnya merasa menjadi wanita paling berharga atas kelembutan perlakuan Cala. Menerbangkan dirinya sampai ke awang-awang, lalu terjun bebas ke dalam  danau dengan air hangat menyapa setiap inci kulit telanjangnya.

Begitu nyaman dan menenangkan, apa dia bisa merelakan pria yang memuja dirinya, seolah ratu yang menduduki tahta di hatinya.

Kecupan demi kecupan Cala labuhkan, meninggalkan jejak basah yang hangat. Menghantarkan desir nikmat ke seluruh pembuluh darah, membuat Sissy meremang.

Bahkan untuk berbicara saja Sissy tidak sanggup, dimanjakan dengan cara yang sama seperti dahulu. Bahkan lebih, membuat Sissy hanya mampu mendesah dan melenguh.

Tidak ingin melewatkan apa pun dan ingin merekam dalam memorinya, Sissy sebisa mungkin membuka netranya. Meski Cala menghujani dirinya dengan kasih sayang, terbersit di sudut hatinya sebuah pertanyaan.

Bukankah dia sudah setara dengan jalang?

Hatinya bersorak mengiyakan pertanyaan itu, namun logikanya enggan menerima.

Seolah menyadari kegelisahan wanita dalam pelukannya Cala mencari netra Sissy yang berusaha menghindarinya. Dengan melambatkan gerakannya Cala melumat lembut bibir yang selalu menjadi candu untuknya. Menegaskan lewat perlakuannya bahwa kekasihnya adalah segalanya untuk Cala.

Meski masih ragu, Sissy tetap membalas gerakan bibir Cala menelusupkan jemarinya di sela surai legam pria itu. Lalu menariknya dengan spontan ketika seolah dia melihat kembang api meledak dengan indah mengosongkan isi kepalanya.

"Cala...." desah Sissy tertahan.

Cala semakin giat dengan aktivitasnya, berusaha mengejar ketertinggalan.

Sissy hampir tidak sanggup menahan perasaan dimiliki, dispesialkan diutamakan seharusnya mereka bahagia menjadi keluarga sejak dulu jika dirinya tidak egois. Keduanya hancur berkeping oleh kepuasan bersamaan ilusi kembang api paling besar meledak dengan dahsyat dan indah. Tubuh Sissy melemas, sedangkan Cala berusaha mengais kekuatannya yang masih tersisa. 

Lalu keduanya terdiam menikmati  diri yang masih berceceran. 

Tersenyum menenangkan Cala menghaturkan ribuan rasa sayang dan terima kasih. Lewat kecupan lembut di kening Sissy yang basah oleh keringat.

"Mandi... lagi!" kekeh Cala lirih dengan nafas yang masih tersengal.

Cala menggendong Sissy yang tampak berantakan menuju kamar mandi di dekat pantry.  Senyum tidak lepas dari keduanya, tatapan netra mereka bahkan menawarkan sejuta cinta yang tidak akan lengkang ditelan masa.

Membiarkan pintu terbuka, Cala menurunkan Sissy di bawah shower. Menyalakan benda tersebut air mengalir membasahi keduanya. Kemeja putih yang dikenakan Sissy basah dan menjadi transparan membuat Cala mengumpat saat melihatnya.

"Damn it, this shit clothes Baby. Bagaimana bisa akal sehatku menghilang saat ini,"  keluh Cala tidak serius.

Meraih satu tungkai kaki Sissy untuk dia letakkan di pinggangnya, and bla bla bla. 

Arcala said: Yeah! make love in the morning, it's more greatefull. 

"Cala... aku lelah!" adu Sissy manja dalam baringnya di atas ranjang. 

"Istirahat baby,"  jawab Cala sambil mengancingkan kemeja yang ia kenakan. Terlalu sering bersama Sissy membuat Arcala memiliki pakaian yang lumayan banyak di apartemen kekasihnya itu.

"Tapi aku ada jadwal pemotretan!"  bibir Sissy mencebik mungkin bisa dikatakan dia model yang mendompleng nama besar Arcala. Akan tetapi dia berusaha tetap profesional sebab bukan hal mudah masuk ke dunia modeling.

"Cancel saja...,"  dengan ringan Arcala mengatakan itu sambil merapikan kerah kemejanya, "Tidak bisa Cala, mereka akan menganggap diriku tidak profesional."  Sissy membalas dengan keras cukuplah dia dicap buruk meski kenyataannya memang demikian. Akan tetapi tahu apa mereka tentang jalan yang Sissy lalui selama ini.

"Baiklah, aku akan membuatnya bisa." Cala mendekati Sissy, hendak naik ke ranjang.

Sissy tahu apa yang akan Cala lakukan demi membuatnya membatalkan pemotretan tersebut.

Sissy panik dan segera meraih ponselnya, dengan gemetar dia kontak fotografer yang membuat janji photoshoot dengannya.

Melihat itu Cala iba karena jika Sissy mengatakan lelah maka wanita itu benar-benar lelah. Pemikiran jika kelelahan Sissy disebabkan olehnya benar-benar membuatnya senang. 

Ada sesuatu yang Cala lupakan namun dia tidak peduli. Dia hanya ingin menghabiskan waktunya bersama Sissy tidak ada yang lain. 

Ketika seorang Arcala sudah menentukan pilihannya segala hal akan terasa tidak berarti baginya.

Sekalipun dia menanti dengan kewarasan yang semakin lama semakin terkikis.

Bersambung…

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Jerat Sang Model   90. Kecewa

    Wajah Sissylia nampak berseri-seri ketika dia keluar dari kamar bersama Arcala, keduanya berbincang selama perjalanan menuju ruang makan."Bagaimana dengan pihak manajemen?" tanya Arcala perihal beberapa kontrak yang dibatalkan oleh pihak penyelenggara."Mereka sedikit keberatan, tapi mau bagaimana lagi semua sudah terjadi.""Apa mereka meminta pinalti?""Beberapa, ya dan aku sudah membayar pinaltinya." Sissylia nampak tidak keberatan jika namanya tercemar, dia menganggap ini bayaran atas kesalahannya di masa lalu."Jika ada yang meminta ganti rugi, katakan saja padaku," ucap Arcala menenangkan istrinya."Tenanglah, aku masih memiliki cukup uang untuk mengurus semua itu.""Tidak, apa yang kamu alami. Aku ikut andil di dalamnya, jadi aku harus ikut bertanggung jawab. Lagipula sekarang kamu istriku By," jawab Arcala merasa kosong dengan status baru Sissylia. Lidahnya terbiasa dengan panggilan istri untuk Ressi.Keduanya duduk di ruang makan, menantikan hidangan makan siang sambil meliha

  • Jerat Sang Model   89. Siang Pertama Pernikahan

    Sissylia berusaha melepas gaun pengantin yang rumit itu namun selalu gagal sampai membuatnya mendesah lelah."Loh, kamu belum ganti baju, By?" tanya Arcala yang sudah terlihat segar setelah keluar dari kamar mandi."Aku tidak bisa melepas gaunnya," keluh Sissy dengan kesal."Kamu sendiri loh yang memilih gaun itu," ujar Arcala menggoda namun juga mendekat untuk membantu istrinya."Jangan menggodaku, Cala!""Apa, aku tidak melakukan apa pun." Satu per satu tali temali gaun Sissylia terlepas, punggung mulusnya terlihat sedikit demi sedikit. Membuat Arcala tergiur untuk menyentuh punggung Sissylia menggunakan bibirnya.Mencium inchi demi inchi punggung istrinya tanpa terlewat, Arcala menuntun Sissylia agar berdiri sehingga gaun yang dikenakan olehnya melorot turun di bawah kakinya. "I love your body.""Just my body?" desah Sissylia tertahan ketika Arcala menangkup kedua dadanya dari belakang."Semuanya, aku menyukai semua yang ada pada dirimu." Remasan perlahan yang dia rasakan bahkan s

  • Jerat Sang Model   88. Tidak Penting

    Tanpa tahu jika putrinya, tengah duduk termenung di dalam kamarnya menatap ke arah jendela.Menantikan daddy-nya yang sudah beberapa hari tidak pulang, kakek dan neneknya baru saja pulang setelah memastikan bahwa cucunya dalam keadaan baik-baik saja.Sama seperti Valeri yang sebenarnya enggan untuk tinggal di dalam rumah Ragananta. Begitu juga Bram dan Rossy yang tidak betah tinggal di sana.Jika saja dia bisa segera menyelesaikan urusannya dengan daddy-nya. Sudah pasti Valeri memilih angkat kaki dari dalam rumah yang kini dia tinggali.Merenung menatap jalanan depan rumah, Valeri menemukan satu mobil yang cukup aneh sebab ada karangan bunga di beberapa bagian.Valeri hanya memperhatikan saja, enggan untuk turun melihat siapa yang datang.Tak berselang lama, Ferrel muncul dari kursi pengemudi. Membuka pintu penumpang, Arcala turun terlebih dahulu menggandeng satu tangan dengan sarung tangan berwarna putih panjang.Saat orang yang digandeng Arcala ikut turun.Valeri berani bersumpah ji

  • Jerat Sang Model   87. Arcala-Sissylia

    Rintihan itu berubah menjadi erangan dan desahan halus sekaligus berubah dari wajah Ressi kembali ke wajah Sissylia yang nampak tak kuasa menyambut gerakan Arcala yang semakin menggila.Entah berapa kali klimaks yang didapat olehnya, sampai tubuhnya pasrah dengan gerakan Arcala yang tak kunjung sampai.Hingga akhirnya tubuh Arcala menegang dengan gerakannya yang tersendat-sendat. Arcala ambruk di samping tubuh Sissylia yang sudah penuh dengan peluh hasil percintaan mereka. Bahkan cairan miliknya dan milik Sissylia bercampur sampai meluber dari inti wanita di sampingnya."Kamu sudah melepas alat kontrasepsimu?" tanya Arcala berharap mereka akan memiliki anak kembali. Supaya bayangan Ressi hilang darinya ketika dia tengah bercinta dengan Sissylia."Aku tidak akan melepasnya sebelum kita menikah, Cala. Lagipula kasihan Valeri yang sama sekali tidak mendapat kasih sayang dariku."Mencium dahi Sissylia, Arcala membenarkan perkataan kekasihnya dalam diam. Hanya saja dirinya tidak habis fi

  • Jerat Sang Model   86. Shit Imagination

    Pemberitaan mengenai perceraian Arcala Ressi dan masalah yang menjadi latar belakangnya begitu ramai diperbincangkan di hadapan publik.Bahkan beberapa stasiun televisi tidak sungkan membawa-bawa semua pakar mulai dari telematika sampai pakar astronomi. Bahkan sekelas dukun juga mereka datangkan hanya demi membahas perceraian antara Ragananta dan Fatmalodya.Berbagai foto yang memuat gambar Arcala dari berbagai sisi, dibahas dengan sangat detail. Beberapa kali Sissylia mendapat undangan untuk jadi narasumber atau pengisi acar. Dirinya begitu laris, stasiun televisi yang diambang gulung tikar rela memeras kering sana perusahaan untuk mengundang Sissylia.Benar saja, tak berapa lama setelah kemunculan Sissylia. Stasiun tivi tersebut banjir pujian dan investor.Pemberitaan tentang kandasnya pernikahan Arcala Ressi yang disebabkan oleh orang ketiga tersebar ke seluruh penjuru kota.Di dalam lama sebuah media sosial, baik itu akun milik Sissy maupun Arcala. Panen hujatan namun ada beberap

  • Jerat Sang Model   85. Meminta Restu

    "Aku akan menikahi Sissy setelah percerainku dengan Ressi resmi.""Terserah padamu Raga, kamu laki-laki. Tidak butuh restu atau wali bukan" gumam Bram di ruang kerja dalam rumahnya.Rossy enggan menemui Cala sebab merasa malu kepada gadis sebaik Ressi. Dia seolah telah menjebak gadis itu untuk tenggelam dalam danau kedukaan selama hidup bersama putranya.Jelas ini sesuai dengan apa yang dipikirkan oleh Arcala meski hanya sedikit meleset.Dia pikir orang tuanya akan menentang niatnya habis-habisan. Nyatanya mereka membiarkan cenderung tidak perduli dengan apa pun yang hendak Arcala lakukan."Papa dan mama benar-benar tidak akan datang saat pernikahanku nanti?" tanya Arcala sekali lagi untuk memastikan jika dia tidak salah dengar.Bram mengangguk tanpa bicara."Lalu apa yang akan kukatakan kepada orang tua Sissylia, Pa?""Kau bisa mencari alasan apa saja, mengurusi Valeri yang sedang ngambek misalnya." Ayah dari Arcala itu mengendikkan bahu tak acuh.Memang benar, beberapa hari terakhir

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status