Share

2. Intim Bersama Selingkuhan

"Apa yang kamu bayangkan, hm?" goda Cala pada kekasihnya, "Lihatlah seperti apa tampangmu sekarang." tambahnya merujuk pada pupil Sissy yang mengecil dan matanya yang tampak berkabut. 

Menggelengkan kepalanya, Sissy berusaha menghilangkan bayangan erotis yang menginvasi otaknya barusan. Tiba-tiba, dia mengalungkan kedua tangannya di leher Cala, sehingga tatapannya beradu pandang dengan pria itu. 

"Mau berdansa?" Cala bertanya sambil mengecup singkat dan mesra bibir wanitanya itu. 

Tidak rela dengan tindakan Cala yang melepas kecupan ringan itu, Sissy memasang wajah sedih, membuat Cala tersenyum maklum. Dia sedikit banyak dapat menebak apa yang diinginkan oleh Sissy. Karena dia juga merasakan hal yang sama. Kerinduan untuk bisa terjalin satu sama lain. 

Jarang bertemu membuat keduanya tidak bisa selalu menghabiskan quality time berdua. Dan malam ini, dia sepenuhnya ingin menghabiskan waktunya bersama wanita yang dia cintai. 

"Ayo masuk, kita putar musik lalu berdansa." ajak Cala dengan tatapan lembut yang mampu membuat Sissy meleleh hatinya. 

Tetap membawa Sissy dalam pelukannya, Cala berjalan masuk. Sesampainya mereka di dalam kamar, Cala mencari-cari tab-nya yang dia temukan di atas nakas. Ia mengintip sejenak pop-up chat yang nampak di tab tersebut. Lalu mengabaikan chat itu seakan chat yang masuk tidak penting sama sekali. Semenit kemudian, terdengar suara instrumen musik yang merdu dari playlist lagu di dalam tab-nya. 

Lagu yang lembut mengalun lirih di ruangan temaram tersebut, membuat Sissy tersenyum sambil merapatkan diri pada Cala yang memeluk pinggangnya erat. Sissy menyandarkan kepalanya pada dada bidang pria itu, seolah benar-benar menikmati malam ini. Persis sama seperti malam-malam lain yang telah mereka lalui bersama selama ini. 

"Cala...." panggil Sissy dengan suara bergetar. Mendadak dia jadi ragu-ragu, ketika akan menanyakan sesuatu kepada pria yang bergerak lembut ke sana ke mari seiring tempo lagu. 

"Ada apa? Katakan saja, aku mendengarkan." 

Cala mengecup puncak kepala Sissy dengan hikmat, membuat perasaan wanita itu dipenuhi kehangatan. 

Sampai akhirnya Sissy merasa diyakinkan untuk menanyakan suatu hal yang tadi membuatnya sedikit ragu untuk membuka mulut. "Valeri ... Bagaimana kabarnya?" 

Sudah lama sekali sejak terakhir kali dia melihat Valeri.

Cala tidak langsung menjawab, sebagai gantinya dia melirik Sissy untuk memastikan bahwa wanitanya benar-benar menanyakan soal putrinya. 

"Baik ... Valeri sangat baik. Dia tumbuh menjadi gadis yang manis, kritis, dan suka beradu argumen denganku." 

Sissy tersenyum lembut mendengar penuturan Cala. Dia bertanya karena teramat menyukai gadis kecil itu. 

"Terdengar sangat kamu sekali," komentarnya kemudian. 

"Benar yang kamu katakan. Kenapa Valeri tidak mewarisi sifat mommy-nya sedikit pun?" 

"Mungkin lebih baik jika begitu." sahut Sissy lirih. Wanita cantik itu menunduk dengan sendu.

Karena lagu telah usai, Cala menghentikan gerakan dansanya. Ia mengangkat dagu Sissy, ingin melihat mengapa kekasihnya menunduk. Sungguh, dia suka dengan klaim itu 'kekasihnya' terdengar sangat merdu mengalun di telinganya. 

"Apa yang menyebabkan kamu bersedih?" tanya Cala dengan alis terangkat, menunjukkan kebingungannya. 

Menatap mata Cala, air mata Sissy hampir tumpah. Dia memalingkan muka, berniat menyembunyikan tangisnya, namun gerakan pria itu lebih cepat darinya. Melihat tetesan basah di pipi Sissy membuat Cala dengan penuh perhatian menghapus air mata itu dengan ujung jarinya. 

"Apa aku telah menyakitinya, Cala?" 

Meski Sissy tidak menyebutkan nama, ia tahu siapa yang dimaksud oleh kekasihnya tersebut. 

"Tidak, tidak sama sekali. Keadaan lah yang membuat kita seperti ini," sanggah Cala mencoba menenangkan walau ucapannya itu tak lebih dari kebohongan untuk menghindari mereka dari merasa bersalah. 

"Tapi aku bisa memilih Cala, dan sayangnya pilihanku telah melukai banyak orang." ujarnya dengan senyum sedih. Dia memiliki pilihan itu, menjauh dari pria ini dan menghindari melukai orang lain, tapi yang dia lakukan justru kebalikannya. 

"Please... don't be like this, Baby. I love you, I love you so much, you know that, right?" ujar Cala menyatakan perasaannya, "Apapun dirimu, bagaimanapun keadaanmu, tidak akan ada yang berubah. Semuanya tetap sama. Aku tetap akan mencintaimu. Jadi kumohon ... don't cry, it's hurt me so much." 

Dengan gelisah, Cala memeluk dan mengecup puncak kepala Sissy. Namun rasanya tetap belum cukup baginya untuk menunjukkan betapa berartinya wanita ini di dalam hidupnya. Dia tidak akan membiarkan kekasihnya memiliki pemikiran seperti itu. Sissynya harus bahagia, tidak boleh terluka sedikit pun.

Ruangan itu dipenuhi atmosfer kesedihan yang menyebabkan keduanya terdiam. Cala kemudian menghela Sissy ke tempat tidur mereka, menidurkan wanita itu di sana.

"Istirahatlah, kamu pasti lelah." ujarnya seraya mengecup kening Sissy lembut. 

Keduanya kembali bergelung di dalam selimut yang sama, menghabiskan sisa malam dengan saling memeluk satu sama lain, sampai lelap menenggelamkan mereka ke dasar buaian mimpi. 

Bersambung… 

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status