Share

Bab 6. Sikap Leonardo Shu yang berubah

Melihat Clarissa, sudut bibir lelaki itu tertarik. Sekuat tenaga dia berusaha menahan diri mengatakan siapa dia sebenarnya. Dia ingin menguji Clarissa, sejauh mana tingkat kewaspadaan gadis itu. 

“Kenapa Anda diam saja? Jawab pertanyaanku, Tuan.” Clarissa berkata dengan pelan. Tapi, penuh dengan penekanan. 

“Kalau saya tidak ingin mengatakannya. Apa yang akan Anda lakukan?”  

Kontan pertanyaan itu membuat hati Clarissa membara. Dia merasa ada api yang membakar seluruh tubuhnya. Dengan cepat dia mengeluarkan karambitnya, mengarahkan ke arah leher lelaki itu. “Katakan, kalau kamu tidak ingin mati ditanganku,” bisik Clarissa di telinga lelaki itu.

“Ternyata putri dari tuanku sudah sangat hebat. Dia bahkan tidak pernah takut dengan lawannya.”

Kedua alis Clarissa bertempur mendengar ucapan lelaki itu. Tetapi, dia tidak ingin gegabah dalam bertindak. Lirikan matanya yang tajam membuat siapa saja pasti akan gemetar dibuatnya. Persis seperti ayahnya. “Jangan mengelabui aku, Tuan. Aku bukan orang bodoh yang gampang percaya siapa pun.”

“Tidak ada orang selain kita. Aku bisa saja membunuhmu di tempat ini. Jika Anda tidak jujur, kepadaku,” ucap Clarissa kepada lelaki tersebut.

“Bahkan jika aku mati di tanganmu, aku tidak masalah, Nona.”

Bola mata Clarissa membulat sempurna. Dia perlahan mundur. Bagaimana bisa orang ini terlihat pasrah di depannya? Siapa orang ini sebenarnya?

Mata Clarissa tetap tertuju pada wajah lelaki yang umurnya setara dengan umur pamannya. Dia melihat wajah itu dengan teliti. Mencoba mengingat siapa orang tersebut. Apakah dia mengenalnya atau tidak?

“Apakah kamu tidak mengingat siapa aku? Apakah kamu lupa kebersamaan kita dulu, Nona?”

Pertanyaan lelaki itu membuat Clarissa yakin jika orang itu bukanlah anak buah David Lee, tapi siapa dia?

“Clarissa!”

Clarissa menoleh ke belakang saat ada yang memanggil namanya, tanpa memperhatikan lelaki misterius yang telah pergi meninggalkannya.

“Tuan Leonardo? Apakah sudah selesai acaranya?” tanya Clarissa dengan wajah pucat. Dia takut lelaki yang saat ini ada disampingnya mengatakan siapa dia sebenarnya di depan Leonardo Shu.

“Sudah. Aku mencari kamu sedari tadi. Ternyata kamu ada di sini. Sedang apa kamu di sini sendirian?”

Clarissa mengernyitkan dahinya. Dia merasa tidak sendirian. Lalu kenapa Leonardo mengatakan jika saat ini dia sendirian. Clarissa menoleh kembali ke arah lelaki misterius itu. Ternyata orang itu sudah tidak ada di sana. Mata Clarissa mencari di sekitar tempat itu. Namun, lelaki itu sudah tidak ada. Membuat Clarissa semakin bingung dan penasaran.

“Kamu sedang mencari siapa?” tanya Leonardo memegang pundak Clarissa.

“Hah …?” Clarissa terlihat terkejut saat Leonardo Shu memegang pundak Clarissa. Dia terlihat linglung dan tidak tahu mau menjawab apa. 

Leonardo melambaikan kedua tangannya di hadapan Clarissa. Dia merasa ada yang aneh dengan gadis itu. “Kamu kenapa?”

“Tidak. A-ku tidak kenapa-napa. Kita pulang.” 

Clarissa berjalan mendahului Leonardo. Dia mengambil nafas dalam-dalam untuk menenangkan hatinya. Berharap lelaki itu tidak membuka mulutnya tentang identitas dia sebenarnya.

Pikiran Clarissa tidak bisa lepas dari lelaki tadi. Dia sudah berusaha sekeras mungkin mengingat siapa lelaki itu. Namun, dia belum mengingat siapa orang yang baru saja ditemui. Hingga sepanjang perjalanan dia hanya terdiam tanpa bersuara.

Sesekali Leonardo melirik ke arah Clarissa. Memperhatikan wanita yang saat ini sering membuat pikirannya menjadi kacau. “Kamu kenapa diam saja sedari tadi? Apakah kamu bertemu dengan seseorang?”

Deg!

Jantung Clarissa terasa ingin lepas saat Leonardo menanyakan hal itu. Dia menatap wajah Leonardo. 

 “Aku tidak bertemu dengan siapa pun. Jadi jangan berpikir terlalu jauh.” Clarissa kembali menatap ke depan.

Leonardo memilih diam, tidak menjawab ataupun bertanya kembali kepada Clarissa. Dia tidak ingin terlalu jauh ikut campur dalam urusan Clarissa, walaupun dia ingin mengetahui sebenarnya apa yang terjadi. Dia kembali fokus nyetir mobil.

“Ayo, turun.”

Clarissa menatap kedua bola mata Leonardo yang saat ini membukakan pintu mobil untuknya. “Seharusnya Anda tidak berlebihan seperti ini, Tuan. Aku bisa sendiri.”

“Jangan banyak bicara. Ayo, turun.”

Clarissa menuruti semua perintah Leonardo. Dia kembali memperhatikan lelaki itu saat dia telah turun dari mobil. Dia merasa takut hatinya melunak kepada lelaki yang telah menguasai Mansion peninggalan ayahnya.

“Jangan menatapku seperti itu, Clarissa.”

“Boleh aku bertanya?” 

“Katakan apa yang ingin kamu tanyakan kepadaku,” ucap Leonardo tersenyum ramah, raut wajah yang kejam sudah hilang. 

“Kenapa anda terlihat berubah, Tuan? Apakah Anda mulai tertarik kepadaku?”

“Uhuk … uhuk.” Leonardo seketika langsung terbatuk. Bagaimana dia bisa menemukan wanita to the point seperti Clarissa.

“Aku masuk terlebih dahulu.”

“Tunggu ...!”

Clarissa melangkah mendekati Leonardo yang ingin menjauhi pertanyaan konyol darinya.

“Kita bahas itu nanti. Aku sangat lelah malam ini.”

Ucapan Leonardo semakin membuat Clerissa yakin jika lelaki itu telah tertarik padanya. Namun, dia ingin memastikan semuanya. 

***

“Bolehkah pagi ini aku yang masak, Bik?” tanya Clarissa kepada seorang asisten rumah tangga yang terlihat sudah tidak muda lagi.

“Eh, Non ….” 

“Panggil saja Clarissa.”

“Clarissa?”

“Iya nama saya Clarissa.”

Wanita itu tiba-tiba matanya menitikkan air mata, saat Clarissa menyebut namanya. Clarissa yang melihat hal itu sedikit bingung dengan sikap wanita tersebut.

“Aku tahu itu kamu, Non. Apakah kamu tidak mengingatku?”

Clarissa berusaha menyembunyikan identitasnya. Namun, ada saja yang mengenalnya. Dia tahu bahwa wanita tersebut adalah kepala asisten rumah tangganya dulu, tetapi dia berpura-pura tidak mengenalnya.

“Aku tidak mengerti apa yang kamu maksud, Bik. Bahkan aku tidak mengenal siapa Anda.”

“Benarkah seperti itu, Nona? Namun, kenapa Anda tahu di mana letak dapur di Mansion ini?”

Clarissa memejamkan matanya. Dia merasa sangat bodoh hari ini bahkan kebodohannya membuat wanita itu mengenalinya.

“Saya rasa untuk mencari dapur di Mansion ini tidaklah sulit.”

“Kenapa Anda tidak katakan yang sebenarnya kepada saya, Non, apakah Anda tidak mempercayai saya?”

Clarissa yang awalnya ingin masak mulai mengurungkan niatnya. Dia tidak mau tambah panjang lebar masalahnya. 

“Non ...!”

“Jika kamu mengetahui siapa aku, anggap saja semua itu tidak benar. Kalau kamu ingin keluargamu selamat.” Clarissa pergi dari sana. Padahal dia ingin mengambil hati Leonardo. Dia ingin Leonardo semakin mencintainya dengan menu sarapan yang dia buat untuk Leonardo. 

Clarissa duduk termenung, memandangi gelas yang berisi air putih di tangannya.

“Tadi malam bagaimana? Apakah seru?” tanya Clarissa saat melihat Leonardo menggeser kursi yang ada di sampingnya.

"Lumayan. Tapi, ada misi yang harus kita selesaikan. Kamu tidak boleh ikut dalam misi ini."

Kedua alis Clarissa mengernyit saat dia menatap Leonardo. “Kenapa aku tidak boleh ikut?”

Leonardo meletakkan gelas di samping Clarissa saat dia telah selesai minum air yang baru saja dituangkan ke dalam gelas.

“Ini misi bahaya. Wanita tidak boleh ikut.”

“Kalau aku memaksa. Apa yang akan kamu lakukan, Tuan?”

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status