Share

Bab 5. Lelaki misterius

Clarissa dan Leonardo turun di sebuah bangunan berlantai dua yang sangat menyeramkan. Bangunan itu diberi cat warna merah, dipadukan dengan hitam. Lampunya tidak terang. Membuat siapa saja yang ada di sana pasti merinding melihat kesan pertama pada bangunan itu. Apalagi ada patung Serigala yang siap menerkam musuhnya di setiap sudut ruangan.

Clarissa melangkah memasuki bangunan itu didampingi Leonardo Shu. “Apa kamu akan berkumpul dengan orang-orang penting di sini?” tanya Clarissa kepada Leonardo. 

“Iya. Aku juga akan memperkenalkan kamu kepada mereka.” Senyum simpul tak lepas dari bibir Leonardo Shu saat berbicara dengan Clarissa. Dia sudah tidak marah-marah lagi kepada wanita yang saat ini ada di hadapannya.

Clarissa bingung harus mengatakan apa untuk menghindari pertemuannya dengan David Lee. Dia merasa belum siap.

“Bisakah lain kali?” tanya Clarissa. Berharap Leonardo mau memahami dirinya sebagai anggota baru.

Leonardo mulai mengernyitkan dahinya. “Kenapa kamu menolak. Bukankah kamu seharusnya bangga bisa bertemu dengan pamanku?”

Clarissa diam. Dia mencoba berpikir keras agar Leonardo tidak bisa memaksanya untuk pergi menemui David Lee. 

“Clarissa.” Leonardo memanggil Clarissa saat dia memperhatikan Clarissa yang hanya diam saja.

Kontan Clarissa langsung mengangkat wajahnya melihat ke arah Leonardo Shu.

“A-ku belum siap,” ucap Clarissa gugup. 

Leonardo Shu mulai paham dengan kondisi Clarissa saat ini. “Baiklah. Aku rasa memang kamu belum siap. Mungkin karena kamu adalah anggota baru.”

Hufft….

Clarissa menjadi sedikit tenang. “Aku harap kamu tidak mengatakan apapun tentangku kepadanya. Biarkan aku saja yang menceritakan siapa aku kepada Tuan David. Karena aku ingin mengatakan semua yang ada di dalam hati kepada beliau secara langsung.”

Leonardo menganggukkan kepalanya. Dia mulai menggenggam tangan Clarissa untuk memasuki bangunan tersebut. Clarissa hanya mampu melirik ke arah tangan Leonardo yang tidak mau melepaskan tangannya sedari tadi.

Clarissa tersenyum melihat itu semua. Dia tidak pernah mengira jika pertemuannya dengan Leonardo secara tidak sengaja mengantarkannya ke dalam tujuannya. Clarissa membiarkan tangan Leonardo terus menggenggamnya. Dia akan membiarkan Leonardo melakukan sesuka hatinya. Kerna dia hanyalah alat untuknya balas dendam.

“Apa kamu yakin tidak mau ikut aku bergabung dengan para petinggi geng mafia yang aku pimpin?” tanya Leonardo Shu. Dia sangat berharap jika Clarissa mau duduk mendampinginya bersama orang-orang penting.

Dengan kedua sudut bibir yang melengkung Clarissa menggelengkan kepalanya. Menjawab semua pertanyaan Leonardo Shu.

Leonardo hanya mampu menarik nafasnya panjang saat melihat penolakan dari Clarissa. Dengan hati yang penuh dengan kekecewaan. Leonardo meninggalkan Clarissa sendirian di sudut ruang pertandingan. Ada rasa khawatir di hati Leonardo kepada Clarissa. Bahkan saat dia meninggalkan Clarissa. Dia sering menoleh kebelakang, memastikan Clarissa baik-baik saja tanpa dirinya. Namun Clarissa selalu tersenyum dan menganggukan kepalanya. Agar Leonardo tidak mencemaskannya.

Tidak berapa lama, saat Leonardo Shu sudah berada di tempatnya. David Lee datang bersama dengan segerombolannya. Tangan Clarissa mengepal ketika melihat seseorang yang selama ini menjadi targetnya telah berada di hadapannya. Sorot mata Clarissa tidak lepas dari David Lee. Aura membunuhnya sangat terasa di mata siapa saja yang ada di dekatnya.

Clarissa melangkah memperhatikan David Lee. Hingga dia masuk ke dalam area penonton pertandingan. Agar David Lee tidak curiga ada seseorang yang saat ini mulai memperhatikannya.

“Permisi,” ucap Clarissa kepada salah satu penonton yang ada di sampingnya.

“Bolehkah aku bertanya?” lanjut Clarissa kepada salah satu lelaki yang saat ini sedang diajak bicara.

Lelaki itu mengangguk kan kepalanya. Hingga membuat Clarissa berani melanjutkan pertanyaannya. “Siapa pemuda berkulit putih, rambutnya berwarna merah yang duduk di samping tuan David Lee?” 

“Dia adalah anak tuan David Lee. Namanya tuan Justine Lee.” Lelaki itu menatap Clarissa.

“Apa kamu anggota baru?” tanya lelaki tersebut kepada Clarissa.

“Bisa dibilang seperti itu,” jawab Clarissa menampakkan senyumnya. 

Clarissa tidak menyangka jika Justine Lee mengikuti jejak ayahnya bergabung dengan para geng mafia. Padahal dulu Justine Lee adalah seorang anak pendiam yang suka membangkang kepada ayahnya. Mereka dulu adalah sahabat. Namun setelah melihat keangkuhan di wajah Justine membuat Clarissa ingin menghabisi pemuda itu. Dia tidak peduli jika Justine adalah sahabatnya dulu. 

“Kenapa anda menatap anak tuan David seperti itu?” tanya lelaki tersebut.

Clarissa menoleh ke arah lelaki yang belum dia kenal itu. “Apa maksud anda? Aku tidak paham pertanyaan anda.”

Clarissa berusaha menyembunyikan sesuatu dari lelaki yang umurnya sudah tidak terlalu muda itu. 

“Aku yakin kamu paham dengan apa yang aku katakan, Nona. Semoga kamu bisa mencapai semua tujuan kamu,” ucap Lelaki itu.   Namun ketika Clarissa ingin menjawab pertanyaan dari lelaki tersebut, tiba-tiba lelaki itu sudah pergi dari hadapannya. Membuat Clarissa penasaran siapa lelaki itu. Dia seperti tahu apa yang Clarissa pikirkan.

Clarissa mencoba mencari lelaki itu. Namun sayangnya, dia tidak menemukan apa-apa. Padahal dia mencari lelaki itu sampai ke halaman markas. ‘Siapa lelaki itu? Apakah dia tahu sesuatu? Atau dia mulai curiga denganku?’ Clarisa bermonolog dengan hatinya.

Dia mengusap wajahnya dengan frustasi, Baru saja dia memulai misinya. Namun sudah ada orang yang mulai mencarinya. Dia takut jika orang itu mengatakan sesuatu kepada David Lee. Karena jika sampai itu terjadi. Dia yakin detik itu juga David Lee akan membunuhnya, dan membunuh ayahnya.

Clarissa melihat ke sana-sini berharap dia menemukan lelaki itu, tetapi hasilnya sama. Dia tidak menemukan lelaki itu. Hingga dia terduduk lemas di taman depan markas saat dia tahu bahwa lelaki itu tidak dapat ditemukan. 

Clarissa hanya mampu meneteskan air matanya saat dia tidak menemukan lelaki yang baru saja dia temui. Saat ini dia hanya mampu berharap. Bahwa lelaki itu tidak akan mengatakan apapun kepada siapapun.

“Kamu sedang apa di sini?”

Clarissa menoleh ke arah sumber suara. Kontan dia langsung berdiri saat dia melihat orang yang baru saja menegurnya. 

“Seharusnya kamu tidak perlu menangis. Karena air mata itu terlalu berharga. Tuan Antonio pasti marah besar jika putrinya menangis seperti ini.”

Mata Clarissa terbelalak saat orang itu mengetahui siapa dirinya. Padahal dia sebisa mungkin menyembunyikan identitasnya. “Kau tahu siapa aku?”

“Siapa yang tidak akan mengenalmu, Tuan putri? Seluruh anak buah keluarga Lee tentu paham siapa kamu.”

Seketika Clarissa mengambil karambit yang berada di saku celananya. Dia tidak mau siapapun ada yang tahu identitasnya.

“Darimana anda tahu siapa aku?” tanya Clarissa berusaha mendekati lelaki itu. Dia tidak ingin lelaki itu membaca pergerakannya. 

Lelaki itu hanya menatap gerak-gerik Clarissa. Dia tahu bahwa saat ini Clarissa sedang memegang karambit di tangan kirinya. Namun dia pura-pura tidak tahu.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Miss Darling
best... banget... ka keren
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status