27. Penyerahan KesetiaanUsai drama perebutan gelang itu, istana kedatangan sekelompok tamu tak terduga. Kyana bahkan sampai mengeluarkan auranya untuk menunjukkan kedudukannya di istananya sendiri. Ketiga pengawalnya pun turut mengeluarkan aura khas mereka masing-masing untuk mengimindasi sekelompok orang yang pernah merendahkan sang ratu mereka. Suasana ruang singgasana itu seketika mencekam dengan kabut hitam yang mencekik mereka yang datang. Tanpa diperintah sekelompok orang itu berjongkok memberi penghormatan paling hormat pada tradisi Dunia Immortal.Orxphulus, Archigos dan Glo sempat tersentak mendapati pemandangan itu. Bukan tanpa alasan keterkejutan menghantam mereka, pasalnya pelaku utama yang menjatuhkan nama baik ratu mereka di depan kaumnya sendiri turut di barisan kedua menunduk-memberi penghormatan walau dapat mereka tangkap dengan jelas bahwa laki-laki itu tampak terpaksa melakukannya. Diliihat dari raut wajah dan lirikan mata yang tidak benar-benar menatap ke bawah se
28. Amarah KyanaKabar akan penyerahan kesetiaan yang dilakukan oleh kaum elf kepada Kyana tampaknya telah menyebar luas ke penjuru Dunia Immortal. Hal itu menimbulkan kontroversi, terlebih lagi hampir semua kaum Dunia Immortal berada di pihak kontra akan masalah ini. Banyak dari mereka yang menggunjing Kyana yang mereka pikir telah memaksa kaum elf untuk tunduk kepadanya. Pendapat negatif tentunya memenuhi nama Kyana yang terus disebut-sebutkan sebagai pelaku antagonis di naskah ini.Bahkan ketika gadis itu dengan tenang berjalan di tengah keramaian kota istana utama, banyak dari warga yang terang-terangan memandangnya sinis, mencibir, merendahkan dan masih banyak lagi. Mereka juga begitu berani mengatai gadis itu blak-blakkan tanpa peduli tatapan tajam yang dilayangkan ketiga pengawal gadis itu yang setia mengekor ke mana pun sang ratu pergi. Kyana sendiri memilih acuh, gadis itu memang sengaja pergi ke pasar kota utama untuk membeli beberapa apel. Karena apel persediaannya telah ha
29. Sifat Murni KegelapanKyana terkekeh rendah ketika melihat wajah terkejut sekaligus raut ketakutan dari sang penjual apel ketika mendapati dirinya tiba-tiba muncul di hadapan laki-laki itu. Dengan seringai tajamnya dia mengibaskan tangan kanannya, membuat sang penjual terpelanting jauh hingga menghantam salah satu kedai penjual lainnya. Laki-laki paruh baya itu mengerang, dengan kekuatannya yang jelas saja begitu jauh dengan yang dimiliki Kyana, ia mencoba melawan untuk mempertahankan dirinya.Sebuah sulur tanaman hijau merambat cepat, melilit kedua tangan Kyana. Membuat gadis itu mengerutkan dahinya sebelum akhirnya hanya dengan gerakan kecil sulur itu menjadi abu dan menguap begitu saja. Gadis itu membasahi bibir bawahnya, semakin senang untuk bermain-main dengan calon korbannya. Melihat sang penjual berani mencoba menyerangnya membuat jiwa kegelapannya semakin memberontak. Sesuatu yang begitu berbahaya kapan saja bisa bangkit jika gadis itu tidak bisa menahannya."Kau menggelit
30. Semakin DekatSepasang kelopak mata itu akhirnya terbuka setelah hampir satu jam tidak sadarkan diri. Kyana mengerjap, menelisik di mana kini ia berada. Kerutan di dahinya tercetak jelas, sebelum akhirnya gadis itu mendengus kesal ketika mengingat tempat apa yang saat ini ia tempati. Kaki jenjangnya terulur menyentuh lantai. Suara ketukan heels miliknya meraung di ruang luas itu. Disibaknya gorden berwarna merah yang melambai-lambai tertiup angin. Manik hitam itu bergerak, mengamati pemandangan luar dari tempatnya."Tidak ada yang berubah," gumamnya.Gadis itu masih setia bergeming di depan jendela besar itu, tidak memperdulikan seseorang yang kini mendekat ke arahnya lalu memeluk tubuhnya dengan erat. Tanpa meoleh pun ia tahu siapa pelakunya. Cukup dari aroma tubuhnya saja, Kyana dapat mengetahuinya. Untuk sejenak keduanya bertahan pada posisi mereka masing-masing dengan ditemani semilir angin malam yang membuat suasana semakin syahdu untuk keduanya menghabiskan waktu bersama."T
31. Gejolak DendamAvram benar-benar mengantar Kyana hingga mereka sampai di istana gadis itu. Bahkan tidak sampai di sana, laki-laki juga bersikukuh tidak mau pulang hingga gadis itu belum terlelap ke dalam mimpi. Membuat wajah Kyana terus tertekuk hingga sekarang di mana keduanya berjalan beriringan di keheningan lorong istana yang begitu besar. Kedua tangan mereka saling bertautan-lebih tepatnya hanya Avram yang memegang lengan gadisnya. Sejak kepergian mereka dari istana pusat pun, laki-laki itu terus menggenggam lembut lengan Kyana. Ketika mereka terbang, ketika mereka mendarat sempurna di halaman Istana Kegelapan dan hingga sampai saat ini. Avram bahkan tidak peduli jika ia menjadi bahan tontonan para pengawal setianya dan milik gadisnya yang sejak tadi mengekori mereka dalam diam.Blaamm!Kyana mengerjap, cukup terkejut mendengar suara pintu yang ditutup kencang. Dia menoleh, mendapati senyum menyebalkan yang ditampilkan Avram kepadanya. Sudah pasti laki-laki itulah pelakunya.
32. Kerusakan Alam Dunia ImmortalDuaarr! Duaarrr!"Siapa yang menyerang di pagi-pagi buta seperti ini?""Aku tidak tahu. Tapi kita harus memperkuat pelindung istana!"Suara ribut itu berhasil membangunkan gadis cantik yang terlelap di kamar sang ayah. Istananya yang terasa bergetar lalu disusul suara ledakkan memekakkan telinga membuat gadis itu dengan sigap mengubah posisinya menjadi berdiri. Kaki jenjangnya melangkah lebar ke arah asal suara keributan terjadi-pintu utama istana. Dapat ia dengar jelas suara ketiga pengawalnya yang tengah mencoba menahan serangan mendadak pagi ini, membentuk kubah pelindung berupa asap hitam hingga menutupi penampilan istana megah tersebut. Membuat para penyerang yang belum bisa merengsek maju karena kubah pelindung tak kasat mata yang tercipta di sekeliling istana itu-tediam, tidak bisa melihat bangunan megah yang sejak tadi coba mereka runtuhkan.Orxphulus, Archeros dan Glo saling pandang. Hingga suara ketukan heels yang terdengar nyaring penuh pen
33. Memadu Kasih"Ratu, Pangeran Nathan ingin menemui anda."Laporan dari salah satu pelayannya yang tergopoh-gopoh memasuki kamarnya membuat Queem mendengus pelan. Mendengar nama Nathan yang disebut-sebutkan membuat mood gadis itu seketika terganggu. Pasalnya, laki-laki itu suka mengganggunya dan mengekorinya ke mana pun ia pergi. Layaknya seekor anak itik yang mengekori induknya. Benar saja tidak lama kemudian pintu kamarnya kembali terbuka, masuklah sang nama pemilik yang baru saja dia bicarakan. Membuat pergerakan Queem yang tengah menyisir surai panjangnya seketika terhenti. Manik matanya menatap nyalang ke arah laki-laki itu yang menatapnya intens dari pantulan kaca rias.Dengan gerakan tangan kanannya yang mengibas tangan kanannya, menyuruh para pengawal yang ada di kamarnya sejak tadi membantunya merias diri untuk keluar kamar-meninggalkannya dan Nathan berdua saja. Setelah sepeninggal para pelayan, suasana kamar itu menjadi begitu hening. Queem masih setia duduk di kursi rias
34. Kekalahan TelakRaja Aquatis, Raja Kredis, Ratu Elle tak lupa bersama ketua dari ketiga pemimpin itu-Ratu Magistri, kini terkepung. Keempatnya saling memunggungi, mencoba melindungi punggung mereka masing-masing dari serangan tak terlihat dari ketiga hewan yang kini mengitari mereka dengan tatapan lapar. Geraman dari ketiga hewan itu berhasil membuat bulu kuduk mereka meremang.Ratu Magistri mengangkat tongkat panjangnya ke atas. Membuat kubah pelindung berwarna hijau tua, melindungi keempat orang itu ketika ketiga hewan buas itu menyerang mereka secara bersamaan. Magistri mundur beberapa langkah ketika dengan mudah kubah pelindungnya retak dan berakhir hancur berkeping-keping. Napasnya terengah-engan. Kedua matanya membola terkejut mendapati kubah pelindung terkuatnya hancur dengan begitu mudahnya."Akhhh!"Pekikan itu keluar dari bibir Ratu Elle yang mendapatkan cakaran dalam dan lebar dari sang harimau emas. Perempuan itu kehilangan fokusnya karena keterkejutan akan dasyatnya k