LOGINSuatu saat aku terbangun dalam mimpiku, tetapi aku terbangun bukan di dunia asliku. Jiwaku tertahan di dimensi lain, tepat di masa kerajaan. Aku berada dalam tubuh seorang pria bernama Darius seorang panglima kerajaan yang ditakuti. Ia memiliki seorang istri yang sangat cantik, namun selama ini diperlakukan dengan kejam, seolah wanita itu hanya peliharaan yang tak punya jiwa. Raka, yang sebelumnya hanya manusia biasa dari dunia modern, kini harus menanggung dosa masa lalu tubuh yang ia huni, di saat semua orang di sekelilingnya memandangnya dengan ketakutan dan kebencian. Namun sesuatu yang tak pernah ia duga mulai tumbuh: rasa iba, kagum, dan cinta terhadap sang istri yang dulu selalu disakiti. Sayangnya, kesempatan menebus kesalahan tidak datang begitu saja musuh kerajaan, pengkhianatan, dan misteri siapa dirinya yang sebenarnya mulai mengancam nyawanya… dan jiwa aslinya yang mungkin tak bisa kembali pulang. Apakah Darius akan menjadi monster seperti pemilik tubuh sebelumnya… atau menjadi pahlawan yang mengubah takdir kerajaan?
View MoreMARIE
Soft music floated through the air, blending with the low hum of conversation at the Ritz. I swayed slightly to the melody, fingers tracing the stem of my wine glass as I watched James’ expression shift. First confusion, then disbelief.
“I… I don’t understand,” he whispered, his voice unsteady. “Marie, you said you loved me.”
I tilted my head, offering him a small, almost pitying smile. “I lied.”
His blue eyes searched mine like he was hoping—praying—this was all some cruel joke. It wasn’t.
“But I love you,” he choked out, his fingers tightening around his glass. “I wanted to marry you.”
Oh no. Was he going to cry? I hated that. Weakness in men repulsed me. Strength—that was what I enjoyed breaking.
Putting both hands on the table, I leaned in so that I could pin those eyes of his with mine. “James, please, don’t embarrass yourself. Take your loss like a real man, trust me, it’s way better that way.”
“Trust you?” He asked in disbelief. “Trust you!” He thundered, his face crumpling even more. “Look where trusting you has gotten me! You’ve ruined my life. You made me delve up my secrets to you, and then you gave it to my enemy!”
“Yes I did,” I replied coolly. It was important that I let each target know I was done with them after I had gleaned all the information I could for my boss. The last thing I needed was to string along heartbroken men who thought they could have another chance with me.
My work was simple, make targets fall in love with me, glean information from them for my boss, then break their heart in the worst way – okay, the breaking their heart part wasn’t part of my job, but I loved to do it anyway.
I smiled sweetly at the man who sat opposite me. “You still seem a bit confused. I never loved you James, never cared about you. You see, the only reason I was with you was to glean information, and now my work is done, now you’re ruined, I don’t need you again.”
The veil dropped from his eyes, and he finally saw me for who I was. “You’re a snake!” He snarled. “You’re a heartless whore, and a snake!”
I could feel people watching as I walked out, their eyes flicking between me and the heartbroken man sitting frozen at the table. To them, I probably looked like the perfect woman—soft, lovely, untouched by the ugliness of the world. But to James, I was the devil in red lipstick.
And I didn’t mind one bit.
Outside, the city was alive. The crisp night air carried the scent of expensive cigars and freshly poured champagne. I hailed a taxi, slipping inside just as my phone chimed.
“I knew you’d do it,” the deep voice of my boss filtered through the phone to tease my ear.
I was still smiling when I replied. “You shouldn’t have too much faith in me you know – shouldn’t trust me.”
He scoffed. “I don’t trust you Marie, I know you. I created you.”
He allowed a brief silence to let that sink in before he continued. “Keith’s lawyer called, Marrish enterprises is willing to settle outside court. The information you got from James Sawyer was the blow that buried them. You’ve done well, now come over to my apartment, let’s celebrate.”
I swallowed as the line cut, a familiar feeling tightening my chest.
Garrick Sloane wasn’t just my boss. He was my savior. My inevitable lover—or so he claimed. He was also the only man who had ever truly had power over me.
But he was wrong about one thing. He hadn’t created me.
Five years ago, I was just a heartbroken eighteen-year-old in a wedding dress, sitting on the side of a dusty road, my world shattered. I had caught my fiancé with another woman on the morning of our wedding.
And then Garrick found me.
He offered me a job, a fresh start. At first, I thought I’d be his secretary. But that was just a front for the women he recruited—women like me, trained to seduce and manipulate, to dig up secrets and destroy powerful men.
Garrick was a different kind of businessman. He didn’t reclaim property—he reclaimed control. He used leverage, blackmail, and espionage to get what he wanted, and then, he offered them to his clients who contacted him in the first place to destroy their opponent.
And I was his favorite weapon.
I Let Garrick draw me into his arms the moment I stepped into his pent house apartment.
Low music played at the background, the lights where dimmed into an incandescent glow, his hands felt firm on my hips as he pulled me into the sitting room, swaying in a way that could pass for a dance.
I knew exactly what he was doing. Garrick had made it clear that he wanted me, and that what he wanted, he got.
I let his hands skim up a little more, pressing the small of my back, so that I was even closer to him, before I pulled away.
“I should get a raise for this, James Sawyer was a tough nut to crack.”
He smirked, the corners of his eyes crinkling. “For a moment there, I thought you were asking for a raise because I’d held you in my arms.”
“Oh don’t be ridiculous Garrick,” I fired back. “You know you’ll never be a target to me.”
“And is that such a good thing?” He asked softly, contemplatively. “Would you let me fuck you if I were a target?”
I lowered my lashes, suddenly interested in the pattern of his marble tiles. A beat of silence passed before he spoke again.
“You’ll get a bonus for the Sawyer job,” he said finally. “But before I consider a raise, there’s one more case I need you to handle.”
Istana masih bergetar saat kami kembali dari menara timur.Lonceng peringatan telah lama berhenti berdentang, tapi udara belum kembali tenang. Para pengawal berjaga di setiap sudut lorong dengan mata tajam, tangan menempel pada gagang pedang. Pelayan berlarian pelan, membisikkan rumor seolah ketakutan itu bisa menular lewat udara.Beberapa menatapku dari balik pilar, sorot mereka waspada, curiga. Seolah malam ini membuktikan bahwa “Serigala” memang belum mati.Mereka tidak tahu yang melawan tadi bukan Darius. Itu aku Raka yang hanya tidak ingin wanita itu terbunuh di depan mataku.Elira berjalan di sampingku, langkahnya kecil dan lambat. Gaunnya robek di ujung, dan ada bercak darahku di lengan tipisnya. Tangannya menggenggam erat kain gaunnya sendiri, tapi bahuku sesekali merasakan sentuhan ringan dari bahunya yang goyah.Dia masih gemetar. Tapi tidak menjauh dariku.Itu hal kecil. Tapi untuk Elira… itu berarti banyak.Aku menoleh, menatapnya sejenak. “Kau tidak terluka?”Ia menggelen
Angin malam mencambuk wajahku saat aku melesat menembus lorong-lorong istana yang gelap. Batu-batu tua memantulkan gema langkahku, berat dan cepat, seperti dentuman genderang perang yang datang dari dada sendiri.Setiap jengkal udara terasa beku. Dan dari kejauhan… samar-samar terdengar logam beradu, teriakan pendek, lalu hening lagi.Suara kematian.Aku memacu langkah, jubah hitamku berkibar liar. Obor di dinding berkedip tertiup hembusan angin dari kecepatan lari.Bayangan Darius yang dulu haus darah menari-nari di tepian pikiranku, mengejekku:"Mereka takut padamu… buat mereka takut lagi."Aku menggertakkan gigi. Malam ini… aku tak punya pilihan.Tangga spiral menara timur menjulang bagaikan usus naga batu. Setiap anak tangganya dingin, sempit, dan bergetar ringan di bawah telapak kakiku. Aku menapaki satu per satu, cepat tapi senyap, napasku tertahan.Di anak tangga ke-13, tubuh seorang pengawal tergelimpang. Mata membelalak kosong. Darah menggenang di bawah dadanya, robek dan ber
Langit malam masih bertabur bintang saat aku melangkah menyusuri lorong istana. Batu-batu tua di bawah kakiku memantulkan suara langkah yang berat, namun kosong… seperti gema dari seseorang yang bukan aku.Dinding-dinding berhiaskan obor perlahan meredup, meninggalkan bayangan panjang yang merayap di sepanjang karpet merah gelap. Tidak ada suara. Tidak ada teriakan. Tidak ada amarah.Hanya keheningan. Keheningan yang menempel erat di setiap jejakku, seperti kain kafan yang membungkus masa lalu.Para prajurit yang berjaga melirik dari balik helm baja saat aku lewat. Mata mereka berkilat cemas dari celah topeng logam.“Dia berubah,” bisik salah satu dengan suara setipis embusan napas.“Serigala tidak menjadi domba hanya karena diam,” balas yang lain, lebih pelan, namun tajam.Aku pura-pura tak mendengar. Tapi kata-kata itu menempel di tengkukku seperti duri.Mereka menunggu aku meledak. Mereka menunggu Darius kembali muncul.Dan itu… membuat setiap langkahku terasa seperti berjalan di a
Langkahku menggema di lorong batu istana, diapit pilar-pilar raksasa dan jendela kaca patri yang memantulkan cahaya seperti mata-mata diam. Di bawah kakiku, karpet merah darah membentang lurus ke ruang dewan kerajaan, seperti lidah seekor naga yang menuntunku masuk ke perutnya.Udara dingin dan berat.Setiap pengawal yang berdiri di sepanjang lorong menunduk begitu dalam saat aku lewat. Tapi dari sudut mata mereka… ada rasa lain di balik hormat itu, lebih tepatnya itu seperti rasa Takut.Ketakutan yang dalam, seperti pisau yang menancap dalam dan sulit untuk ditarik kembali.Dua pintu mahoni raksasa menjulang di depanku. Ukirannya menggambarkan sejarah kerajaan perang, penaklukan, darah. Aku mendorongnya pelan. Engselnya berderit berat, seolah menjerit menolak kehadiranku.Ruangan bundar terbuka lebar di depanku, berkubah tinggi berhias lukisan para leluhur yang memandang dari atas, diam namun menekan. Di tengahnya, meja bundar raksasa dari marmer hitam mengilap, dikelilingi para bang
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.