Bayangan Sang Panglima

Bayangan Sang Panglima

last updateLast Updated : 2025-09-16
By:  HK.ANDVARAOngoing
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
Not enough ratings
7Chapters
20views
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Suatu saat aku terbangun dalam mimpiku, tetapi aku terbangun bukan di dunia asliku. Jiwaku tertahan di dimensi lain, tepat di masa kerajaan. Aku berada dalam tubuh seorang pria bernama Darius seorang panglima kerajaan yang ditakuti. Ia memiliki seorang istri yang sangat cantik, namun selama ini diperlakukan dengan kejam, seolah wanita itu hanya peliharaan yang tak punya jiwa. Raka, yang sebelumnya hanya manusia biasa dari dunia modern, kini harus menanggung dosa masa lalu tubuh yang ia huni, di saat semua orang di sekelilingnya memandangnya dengan ketakutan dan kebencian. Namun sesuatu yang tak pernah ia duga mulai tumbuh: rasa iba, kagum, dan cinta terhadap sang istri yang dulu selalu disakiti. Sayangnya, kesempatan menebus kesalahan tidak datang begitu saja musuh kerajaan, pengkhianatan, dan misteri siapa dirinya yang sebenarnya mulai mengancam nyawanya… dan jiwa aslinya yang mungkin tak bisa kembali pulang. Apakah Darius akan menjadi monster seperti pemilik tubuh sebelumnya… atau menjadi pahlawan yang mengubah takdir kerajaan?

View More

Chapter 1

BAB 1 TERBANGUN BUKAN SEBAGAI DIRIKU

Kesunyian menelan semuanya saat kelopak mataku perlahan terbuka dan untuk sejenak aku bahkan lupa siapa aku. Langit-langit yang kulihat bukan atap kamarku yang retak, bukan lampu neon kosanku yang biasa berkelip di tengah malam. Yang kulihat adalah ukiran rumit dari emas dan batu giok, membentuk pola naga dan bunga lily, memantul lembut oleh cahaya mentari yang menetes dari jendela kaca patri.

Aku hanya bisa menatap ke atas, diam, seolah setiap detik yang berlalu mempertebal jarak antara aku dan kenyataan. Udara yang kuhirup wangi seperti dupa dan mawar kering terlalu megah, terlalu asing, hingga paru-paruku sendiri menolak percaya. Rasanya seperti paru-paruku yang mungil dan ringkih dipaksa menerima udara kerajaan yang berat dan agung, membuat dadaku sesak tanpa alasan.

Aku mencoba bergerak, tapi tubuh ini… berat. Seolah bukan milikku. Lengan yang kuangkat kekar dan kokoh, bukan lengan kurusku yang biasa memeluk bantal di pagi hari. Kulitnya lebih gelap, keras seperti diukir, dan saat aku menggenggamnya sendiri terasa seperti sedang memegang tangan orang asing. Di jari tanganku melingkar cincin besar bertatahkan rubi, memantulkan cahaya merah menyala seperti bara api. Batu itu memercikkan kilau kecil ke dinding, seolah mengolok-olok ketakutanku. Bulu kudukku meremang.

“Apa ini… mimpi?” bisikku pelan, tapi suaraku terdengar lebih berat, dalam, dan dingin dari yang kukenal. Suara itu bukan milikku, ia memantul di dinding seperti gema dari gua yang dalam, membuatku menggigil.

Rasa sakit tiba-tiba menyengat pelipisku, seperti ada tangan tak terlihat menampar kesadaranku. Nyeri itu menyebar ke seluruh tengkorakku, membuat penglihatanku berputar sesaat. Napasku memburu. Ini… bukan mimpi. Semua terasa terlalu nyata, terlalu kasar untuk sekadar khayalan tidur.

Pintu kayu besar di sisi ruangan berderit pelan, dan seseorang masuk. Suara itu begitu halus, tapi cukup untuk memecah keheningan yang menjeratku. Langkahnya ringan, nyaris tanpa suara, namun cukup untuk membuat dadaku menegang.

Seorang perempuan… begitu cantik hingga dadaku seperti diremas. Rambutnya keemasan, jatuh lembut di bahunya, kulitnya pucat seperti porselen, namun wajahnya… ketakutan. Matanya menunduk dalam, seolah hanya melihat lantai. Tubuhnya kaku, siap lari kapan saja. Jemarinya meremas ujung gaunnya yang berkilau lembut di bawah cahaya pagi. Ada kelembutan di gerakannya, tapi juga kegetiran yang dingin, seperti bunga yang mekar di musim salju.

“Yang Mulia… apakah Anda membutuhkan sesuatu?”

Suaranya lirih, nyaris pecah. terdengar seperti bisikan seseorang yang berharap tidak sedang membangunkan harimau. Ia menunduk lebih dalam seolah bayangan tubuhku saja cukup membuatnya gentar.

Aku menatapnya dan entah mengapa, hatiku mencelos. Ada luka yang tak terlihat, tertanam dalam tatapannya yang kosong. Luka yang seolah berasal… dariku. Tatapan itu bukan sekadar takut, tapi juga pasrah seperti seseorang yang telah berhenti berharap dunia bisa menjadi lembut.

Tiba-tiba potongan kenangan yang bukan milikku menghantam pikiranku seperti gelombang pecah: tangan ini memukulnya, melemparkannya ke lantai, suara teriakannya yang melengking ketakutan, malam-malam penuh tangisan tertahan di bawah satu atap. Setiap gambarnya menghantam dadaku seperti palu, membuat perutku mual.

Aku… monster. Atau lebih tepatnya, tubuh ini… adalah monster.

Dia adalah Elira. Istriku. Atau lebih tepatnya… istri dari pria bernama Darius, bangsawan kejam yang kini kutempati tubuhnya. Nama itu muncul begitu saja di kepalaku, seperti bisikan asing yang menggores batok kepala dari dalam. Darius. Nama yang terdengar berat, sombong, dan dingin seperti pedang yang diselubungi beludru.

Jantungku berdebar keras. Napasku memburu. Aku ingin bicara, ingin menjelaskan bahwa aku bukan orang itu, bahwa aku bahkan tak tahu bagaimana bisa berada di sini tapi lidahku kelu. Kata-kata menumpuk di tenggorokan tapi tertahan oleh rasa takut. Karena di matanya, aku adalah bayangan dari pria yang pernah menghancurkannya.

“Elira…” suaraku pecah, bergetar. “Aku…”

Ia menegang, seolah suara itu adalah cambuk. Bahunya tersentak pelan. Ia tak menoleh. Tubuhnya seperti kaca tipis yang bisa pecah hanya karena satu getaran kecil.

Aku menunduk dalam hati, lalu menarik napas perlahan. Mungkin aku tak bisa memohon maaf… tapi setidaknya aku bisa berjanji. Sebuah janji yang mungkin hanya bisa kudengar sendiri, tapi cukup untuk membuatku tetap berdiri di dunia yang bukan milikku ini.

“Mulai hari ini…” bisikku dalam hati, menatap punggungnya yang rapuh, “kau tidak akan menangis lagi karena aku.”

Elira membungkuk pelan, gerakannya kaku seperti boneka porselen yang takut pecah, lalu berjalan mundur keluar. Setiap langkahnya bagai jarum menusuk dadaku. Pintu tertutup perlahan, meninggalkanku sendiri… bersama keheningan dan bayangan asing di cermin besar di seberang ranjang.

Aku berdiri perlahan. Sosok yang menatap balik dari balik cermin membuat darahku membeku: rahang tegas, mata tajam, sorot angkuh dan gelap. Bukan Raka. Bukan siapa pun yang kukenal.

Aku mengangkat tangan dan bayangan itu mengangkat tangannya bersamaan. Gerakannya elegan, tapi dingin. Tidak ada jejak kehidupan yang kukenal di sana, hanya kulit asing yang membungkus jiwaku.

Aku terkekeh pendek, putus asa. Suara tawaku terdengar retak, seolah dinding pun menolaknya. Tubuh ini bukan milikku… tapi mulai hari ini, aku harus menjadi pria baru.

Untuk Elira.

Untuk menebus semua luka yang pernah ia tanggung. Dan untuk itu… Aku harus membunuh Darius.

Bukan tubuhnya tapi jiwanya, yang masih mengintai dalam tatapan setiap orang. Yang masih hidup di ketakutan mereka, di luka-luka yang ia tinggalkan. Aku harus menghapus Darius dari dunia ini, bukan dengan kematian, tapi dengan menjadi sesuatu yang sepenuhnya berlawanan dari dirinya, hingga suatu hari nanti, saat Elira menatapku, ia tidak lagi melihat monster, tetapi seseorang yang layak dia percaya.

***

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

More Chapters

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

No Comments
7 Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status