KEJUTAN DI HARI PERNIKAHAN
Bab 2Di layar itu menayangkan sebuah video, video tentang semua rahasia Riana,. Sontak semua orang tak terkecuali Mirza dan juga keluarganya beralih pandangan menatap Riana, sementara Riana sedari awal video diputar sudah pucat pasi."Riana!"Di dalam Video itu terlihat jelas aktivitas menjijikkan dua insan yang tengah dilanda b*rah*. Siapa lagi kalau bukan Riana dan Rian si calon kakak ipar yang kini sudah sah menjadi kakak ipar Riana, suami dari Desi kakak kandung Mirza. Bahkan, di dalam video juga terdengar jelas percakapan antara Rian dan Riana. Jika mereka berdua telah merencanakan untuk menguras harta Mirza dan setelahnya Riana juga Rian akan meninggalkan pasangan mereka masing-masing setelah rencana mereka berhasilRiuh dan ricuh suara para tamu undangan membicarakan video yang terpampang di layar lebar itu. Jelas saja itu sudah membuat keluarga Mirza sangat malu. Bahkan, Bu Widya sedari tadi sudah pingsan, saat pemutaran video berlangsung. Hingga Bu widya dilarikan ke rumah sakit dengan ditemani oleh anak keduanya bernama Sinta."Bisa kau jelaskan apa maksudnya ini!" sentak Mirza pada Riana."Tidak! Tidak Mas, ini semua bohong. Itu pasti editan, Lila! Kau pasti sengaja mengeditnya kan!" Riana histeris."Untuk apa aku mengedit video menjijikkan seperti itu, itu adalah asli," ucap Lila sinis pada Riana."Dasar kau j*l**g!" Tiba-tiba saja Desi menghampiri Riana dan menamparnya keras hingga menimbulkan bunyi."Mbak, ini tidak seperti yang kau pikirkan, ini semua fitnah, Mbak!""Salah apa aku padamu? Kau hanya anak yang dipungut oleh orang tuamu, aku sudah menganggapmu sebagai adikku sendiri bahkan aku juga yang menjodohkanmu dengan adikku Mirza. Tapi inikah balasan yang kau berikan padaku?! Di belakangku Kau bers*l*ngkuh dengan suamiku. kau menusukku begitu dalam, sungguh kau manusia tak tau diri! Dan kau, Pa, mulai detik ini aku tidak sudi lagi menjadi istrimu! Silahkan kau pergi dari rumahku!" ucap Desi lagi yang semakin murka pada Riana dan juga Rian suaminya."Ma, tidak, Ma, Papa mohon jangan usir Papa, Ma, Papa khilaf, Ma, Papa minta maaf," hiba Rian pada Desi. Namun, Desi menepis kasar tangan Rian, Rian tetap memaksa untuk memegang tangan Desi. Hingga ....Bugh ....Mirza memberikan bog*m mentahnya pada Rian, Mirza juga merasa jika dirinya telah dipermainkan. Selama ini dia telah salah menilai Riana, dia pikir Riana adalah gadis yang polos dan lugu. Akan tetapi, dirinya salah, Riana tak ubahnya seorang perempuan j*l**g yang rela memberikan tubuhnya pada siapa pun yang membutuhkannya.Lila hanya tersenyum mendengar ucapan Desi pada Riana, karena itu juga yang dirasakan oleh Lila saat keuarga Mirza beramai-ramai meminta Mirza untuk menikahi Riana. Bahkan,nMirza dan Riana juga telah melakukan hubungan suami istri sebelum mereka melangsungkan pernikahan. Wanita mana yang tidak sakit hatinya saat mengetahui kala kekasih halalnya bersetubuh dengan perempuan lain.Lila berjalan mendekati Riana yang masih dengan isak tangisnya."Kau Riana, kehancuranmu sudah di depan mata!" bisik Lila pada Riana.Setelah membisikkan kalimat itu pada Riana, Lila pun menghampiri Mirza."Dan kau Mas Mirza, aku menunggumu di sidang perceraian kita!" ucap Lila penih penekanan. Dan kemudian Lila berlalu meninggalkan acara pernikahan tersebut."Lila tunggu Lila, jangan tinggalkan aku! Aku tidak akan pernah menceraikanmu Lila, maafkan aku!" teriak Mirza pada Lila. Akan tetapi, Lila tidak menghiraukannya sedikit pun, Lila terus berjalan dengan senyuman puas menghiasi bibirnya.******Lila kini sudah berada di rumah mewahnya, rumah dengan dua lantai. Rumah yang dibangun susah payah oleh Lila jauh sebelum menikah dengan Mirza. Akan tetapi, dengan seenaknya Mirza mengaku pada keluarganya jika rumah dan semua kekayaan Lila adalah miliknya. Itulah sebabnya Bu Widya hingga kakak-kakak Mirza tidak menyukai Lila. Mereka menganggap jika Lila hanya akan menjadi benalu dalam hidup Mirza, mereka juga tidak rela jika kekayaan Mirza jatuh ke tangan Lila.Keluarga Mirza menganggap jika Lila tidak pantas mendapatkan kemewahan yang diberikan oleh Mirza. Bagi mereka, Lila hanyalah perempuan miskin yang mandul dan tidak berguna.Lila masuk ke dalam kamarnya kemudian memanggil kedua art nya."Bi Asih, Mbak Ratih! Cepat kemari!"Tergopoh-gopoh Asih dan Ratih menghampiri majikannya itu, mereka merasa heran dengan majikannya pada hari itu. Karena tidak biasanya majikannya memanggil mereka dengan berteriak."Iya, Bu," ucap Bi Asih dan Ratih saat sudah berada di kamar Lila."Bantu saya kemasi barang-barang milik Bapak! Jangan ada satu pun barangnya yang tersisa di rumah ini!""Ta-tapi kenapa, Bu?""Sudahlah jangan banyak tanya! Lakukan saja perintahku!""Ba-baik, Bu."Bergegas Bi Asih dan Mbak Ratih melaksanakan perintah dari Lila, dan hanya dalam waktu kurang dari satu jam mereka mengemasi barang-barang milik Mirza. Karena yang Lila kemasi hanyalah barang Mirza yang dahulu, sebelum Mirza menikah dengan Lila.Sementara barang Mirza yang ia beli setelah menikah dengan Lila, Lila kemasi di dalam koper lainnya. Lila berniat akan menyumbangkan barang-barang berharga itu ke panti asuhan. Itu menurutnya lebih baik daripada barang itu akan habis tak bersisa karena sudah pasti keluarga Mirza yang matre itu akan menjualnya satu persatu.Beruntung Lila sudah mengamankan surat rumah, kendaraan, dan juga surat kepemilikan restoran. Baik itu restoran pusat maupun restoran cabang, dan semua itu memakai nama Lila jadi, sudah pasti Mirza tidak mempunyai hak apa pun atas harta mereka."Sudah, Bu, apa ada yang harus kami lakukan lagi?""Sudah, kalian boleh kembali, jangan lupa letakkan koper yang itu ke depan gerbang. Jangan lupa sampaikan pesan pada Pak Maman untuk tidak membukakan pintu gerbang tanpa ada perintah dariku!""Baik, Bu," ucap kedua art Lila bersamaan. Setelahnya mereka berdua pun pergi meninggalkan kamar Lila."Kali ini riwayatmu akan tamat, Mas," gumam Lila sembari melipat tangan di dada dan tersenyum.KEJUTAN DI HARI PERNIKAHAN BAB 3Jam sudah menunjukkan pukul 16.00 WIB. Lila tengah menikmati sore harinya di balkon kamar dengan ditemani segelas susu hangat dan sedikit cemilan yang tersedia di meja sebelahnya. Sementara itu, Lila juga sedang serius membaca cerita-cerita di sebuah aplikasi, di mana aplikasi tersebut banyak sekali menyuguhkan cerbung maupun cerpen. Kita hanya tinggal pilih saja cerita mana yang mau kita baca. Dan tentunya kita sebagai pembaca juga harus menyediakan koin untuk membuka bab yang terkunci. Bagi Lila itu tidak menjadi masalah, asalkan cerita itu bagus baginya pasti akan dibukanya.Saat sedang asik dengan kegiatannya, Lila mendengar samar-samar suara dari depan rumahnya."Apaan sih ribut-ribut, atau jangan-jangan itu Mas Mirza? Sebaiknya aku lihat keluar, aku mau liat ekspresi Mas Mirza saat tahu dirinya kini kembali menjadi gembel," gumam Lila.Bergegas Lila keluar kamar untuk melihat apa yang terjadi di luar sana."Lilaaaa, keluar kamu! Ini juga rumahku
KEJUTAN DI HARI PERNIKAHANBab 4"Bukan Lila yang terusir dari rumah tapi Aku yang terusir dari rumah, Bu.""Apa! Kok bisa?""Ya bisa, karena ... Karena rumah itu memang milik Lila.""Apa!" "Jangan bercanda kamu Za!" teriak Bu Widya sembari melotot."Mirza tidak bercanda, Bu, apa Ibu melihat kalau Mirza sedang bercanda?""Lalu apa maksudmu kalau rumah itu punya Lila, bukankah rumah dan semuanya milikmu?""Awalnya memang milikku, Bu, tapi setelahnya dirampas sama Lila," ucap Mirza dengan segala kebohongannya."Maksudnya gimana sih, Ibu masih gak ngerti.""Duh, Ibuuuuu, pusing aku jelasinnya.""Ya kamu ngejelasinnya setengah-setengah gitu, gimana Ibu mau ngerti.""Jadi, dulu itu rumah restaurant dan semuanya milik Mirza, tapi entah kenapa Mirza mengubahnya menjadi atas nama Lila," bohong Mirza untuk yang kesekian kalinya."Kamu ini bo*oh atau to*ol sih! Percuma Ibu sekolahin kamu tinggi-tinggi tapi sama perempuan bisa-bisanya dibohongi begitu. Sekarang coba lihat, malah kamu yang terus
KEJUTAN DI HARI PERNIKAHAN BAB 5Melihat Lila yang seperti orang kesetanan membuat nyali Bu Widya dan Sinta menciut, mau tidak mau mereka terpaksa pergi meninggalkan rumah Lila."Awas kau Lila, akan aku balas kau nanti," ancam Sinta sembari berlalu bersama Bu Widya."Huh, tiap hari ada saja ulah mereka, sebelum berpisah mereka menghinaku, bahkan saat tahu kebenarannya mereka pun masih menghinaku, mengganggu ketenangan hidupku saja!" gerutu Lila."Pak, pokoknya nanti kalau mereka datang lagi dan mengacau, langsung saja siram mereka! Kalau perlu pakai air panas sekalian biar kapok!" titah Lila pada Pak Maman."Waduh, kalau sama air panas saya gak berani, Bu.""Ya terserah Bapak lah mau siram pakai apa, yang terpenting mereka gak buat ribut di sini, pusing saya dengarnya.""Oke, Bu, siap laksanakan."Setelahnya Lila pun kembali ke dalam rumahnya.Sementara itu Sinta dan Bu Widya pulang ke rumah dalam keadaan basah kuyup karena disiram oleh Lila tadi."Lho, Bu, Kak, kok kalian basah-basa
Siang itu Lila tengah memanjakan dirinya dengan berbelanja karena sudah cukup lama dirinya tidak bersenang-senang, terlebih lagi semenjak Bu Widya dan Kakak iparnya Sinta menumpang di rumahnya.Mereka merasa menjadi nyonya di rumah itu, jangankan melihat Lila shopping. Bahkan, hanya sekedar melihat Lila berbelanja bulanan saja, Bu Widya sudah mencaci makinya dengan berkata kalau Lila sudah terlalu boros dalam memakai uang Mirza.Bukan maksud Lila tidak ingin memberitahu pada mereka perihal harta yang mereka kira adalah milik Mirza, hanya saja setiap kali Lila ingin memberitahukan itu. Selalu saja Mirza melarangnya dengan alasan tidak mau membuat Ibu kecewa, akhirnya, sebagai istri yang patuh dan akan menjaga aib suami, Lila pun menyetujuinya.Namun, sayang, pengorbanan Lila justru menjadi racun baginya, kebaikan dan kepatuhan Lila Mirza gunakan untuk berhianat. Terlebih lagi pada saat Riana datang kerumah Lila dan mengaku sebagai saudara jauh dari keluarga Bu Widya.Awalnya Lila meman
"Cepat kau masuk sana, temanku sudah menunggu," ucap Mirza pada Riana saat mereka berada di parkiran hotel."Tapi Mas.""Tapi apalagi Riana."Tapi Mas.""Tapi apalagi Riana," Mirza menatap Riana dalam."Aku takut Mas," ucap Riana sembari menggigit bibirnya."Apa yang kamu takutkan, toh kamu sudah pernah berhubungan denganku dan juga Mas Rian, kamu hanya perlu menikmatinya saja diatas kasur, biarkan tamu mu yang bekerja, karena mereka sukanya yang polos-polos, mereka gak suka cewek agresif, jadi kamu memang mesti dengan gayamu yang takut dan pemalu seperti ini.""M, maksud Mas mereka? Maksudnya gak cuma satu orang?"" Yah, begitulah, tamu yang memesanmu ada 3 orang, jadi kamu harus melayaninya dengan baik, maka dari itu tadi Mas kan udah kasih kamu vitamin dan juga sedikit obat perangsang, biar tenaga kamu full dan bergairah," ucap Mirza tanpa beban, sontak ucapan Mirza membuat Riana terkejut.Riana tidak menyangka jika Mirza mempunyai watak licik seperti itu, Mirza sungguh tega padany
"Tidak sia-sia aku memaafkanmu Riana, jika seperti ini terus maka aku akan kaya dalam waktu sekejap tanpa harus bekerja keras, dan dengan uang itu, aku bisa kembali menggaet Lila, kali ini kubiarkan Lila untuk membuangku, tapi lihatlah nanti jika uangku sudah banyak, aku pastikan kau akan bertekuk lutut padaku Lila," ucap Mirza sembari tersungging.*****Hari ini baik restoran pusat maupun restoran cabang sangat ramai pengunjung, Lila merasa keteteran, bahkan ia pun ikut turun tangan untuk melayani pembeli."Huft, sepertinya aku harus menambah lagi beberapa karyawan, padahal karyawan yang kupekerjakan sudah berjumlah 5 orang di setiap masing-masing restoran, tapi masih saja keteteran, alhamdulilah ya Allah, engkau berikan rezeki untukku yang begitu banyak." batin Lila."Siang Bu, maaf mengganggu, ini ada orang yang mau bertemu dengan Ibu," ucap Aisyah membuyarkan lamunan Lila."Siapa?""Saya tidak tahu Bu, tapi katanya ingin membooking restoran untuk lusa, dan katanya ingin bertemu de
Hari itu adalah jadwal restoran milik Lila diboking oleh Bu Farida, sedari pagi Lila sudah mempersiapkan semua bahan dan kebutuhan yang diperlukan untuk acara pesta nantinya, restoran juga sudah di hias sedemikiam rupa yang sesuai dengan konsep pesta kali itu, karena akan merayakan pesta untuk orang dewasa, maka Lila tidak terlalu banyak memberi pernak-pernik pada restorannya saja, cukup sedikit hiasan ia berikan, hingga terkesan simple tapi tetap terlihat elegan.Pukul 4 sore semua sudah siap, baik dari makanan dan minuman, maupun dekor, dan Lila pun cukup puas dengan hasilnya."Wah, jadi terliht tambah mewah Bu Restoran kita, Ibu ternyata selain jago masak juga jago mendekor ya, Saya baru tau lho Bu," puji Aisyah, karyawan kepercayaan Lila."Ah, kamu bisa saja mujinya Syah," ucap Lila sembari tersenyum sumringah."Ih, Saya gak hanya muji tapi ini memang beneran bagus Bu.""Yasudah, sekarang kamu dan yang lainnya boleh istirahat, dan bersih-bersih, karena setelah ini kalian masih har
"Malam juga Nak Lila, Saya sangat suka dengan konsep yang Nak Lila pilihkan, simple tapi elegan dan terkesan mewah, padahal ornamen dan hiasan tidak terlalu banyak, kalau soal makanan kayaknya pasti enak, soalnya restoran Nak Lila ini kan sudah terkenal dengan masakannya yang enak.""Ah, Ibu bisa saja memujinya," ucap Lila tersipu."Bukan hanya sekedar memuji tapi memang kenyataannya begitu, Saya sudah beberapa kali makan di restoran ini dan rasanya memang enak," ucap seorang Pria yang ada di sebelah Bu Farida."Ah iya, saya sampai lupa, kenalkan ini anak Saya namanya Azka, Azka kenalkan ini pemilik restoran namanya Lila," ucap Bu Farida.Lila dan Azka saling bersalaman, saat bersalaman dalam diri Azka ada desir aneh yang menjalar di dadanya, Azka terus menatap Lila memandangnya kagum, tanpa Azka sadari kalau dirinya sudah terlalu lama bersalaman dengan Lila, Lila yang mendapat perlakuan seperti itu dari Azka tentu saja menjadi salah tingkah, sementara Bu Farida menangkap gelagat berb