“Yang mulia ibu suri, apa baru saja anda menggeleng?” Ravena bertanya untuk memastikan. Terakhir kali kunjungannya ke nearon, wanita tua itu hanya bisa berbaring dan berkedip untuk merespon ucapan seseorang.
“Ya.” Ravena meletakkan tangannya untuk menutup mulutnya, tidak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya.
Ibu suri juga bisa berbicara!
“Yang mulia ibu suri, anda juga berbicara. Saya akan meminta bibi Layla untuk memanggil tabib kerajaan.”
“Tidak, jangan.” Ravena menghentikan niatnya saat mendengar penolakan itu.
“Kenapa? Ada apa?”
“Duduklah.” Gadis itu mengangguk dan menurut untuk kembali duduk di tempatnya semula.
“Sejak kapan yang mulia ibu suri bisa berbicara? Apa orang-orang di kerajaan sudah mengetahui hal ini?” Ibu suri menggeleng.
“Belum, tidak satu pun dari mereka kecuali dirimu.”
“Sej
“Kau, siapa? Jangan coba-coba ikut campur masalah kami.” Zaria memincingkan mata untuk mengamati pria itu.“Alexander Hadley.”“Siapa itu, aku tidak pernah mendengar namamu di daftar kerajaan manapun!”Ravena menengadahkan wajahnya lebih tinggi untuk memperhatikan pria itu.Pria dengan tinggi sekitar 189 sentimeter, dengan rambut hitam dan mata abu-abu terang itu juga menatap ke arah Ravena. Wajahnya melembut setelah mengenali gadis itu. Menarik napas panjang sebelum melanjutkan.“Apa kalian tidak malu melakukan perundungan seperti ini? Satu lawan empat, huh?”“Pergi kau, jangan ikut campur urusan kami!” Sahut Caecilia.“Para tuan putri yang budiman, bisakah kalian bersikap layaknya wanita bangsawan yang terhormat?” Tanyanya dengan senyum mengejek.“Mari ku bantu.” Pria itu mengulurkan tangannya.Ragu-ragu, Ravena akhirny
“Aku tidak bisa melakukannya.” Harvey berbalik menatap Ravena kembali setelah berhasil mengancingkan seluruh kancing pakaiannya.“Kenapa?” Ravena menatap bingung pada pria itu. Dirinya sudah diliputi ketegangan dan juga mendamba penuh ketertarikan.Harvey menarik selimut dan menutupi tubuh Ravena. Kemudian berlutut untuk menyamakan wajah mereka.“Bukankah sudah kukatakan tidak akan menyentuhmu sampai hari pernikahan tiba? Aku hampir saja kehilangan kendali diri tadi. Maaf, karena membuatmu bingung.”“Kau sungguh membuatku terlihat seperti jalang murahan yang sedang menggodamu.”“Bahkan kalau pun kau iya, aku tidak masalah.” Harvey tersenyum, menjatuhkan satu kecupan panjang di pucuk kepala Ravena.“Tidurlah.” Beristirahatlah, besok adalah hari pertunangan kita. Kuharap kau punya cukup energi untuk petualangan selanjutnya.***Harvey menemui ayahnya di erast saat Camilia sedang tidak ada di istana. Permaisuri itu sedang melakukan aksi sosial seperti yang biasa dia lakukan untuk membuat
“Susahpayah diriku melarikan diri sampai ke sini, dan kau ingin membawaku kembali ke sana? Tidak. Aku tidak mau.” Sekarang ini Harvey dan Ravena sudah berada di ruang utama ardglass.Ravena meninggalkan aula erast lebih dulu setelah mengatakan dirinya sedang tidak enak badan. Para tamu menyetujui namun pesta tetap berlangsung.“Ssssttt tenanglah.” Harvey meletakkan kedua tangannya di lengan Ravena, memberikan usapan lembut.“Jangan memaksaku. Kau tahu? Butuh perjuanan besar aku dan Naomi untuk sampai di Helion. Aku juga sudah memutuskan hubungan apapun yang berkaitan dengan masa laluku. Jadi aku menolak untuk kembali kesana.”“Ayah menerima undangan pernikahan Edith dan Harry.” Ravena tercekat, dia membuang wajahnya kemana saja asalkan tid
Harvey tersenyum dan menggeleng. Rasanya bagaikan terperangkap dalam badai elektrik. Dan Harvey merasa seperti ribuan kupu-kupu tengah menari di perutnya. “Tidak. Aku tahu tidak akan bisa menahan diri, jadi lebih baik tidak.” Harvey menyentilkan jarinyanya pada hidung Ravena. “Tapi sedikit ciuman sebelum tidur kurasa tidak masalah.” Lanjutnya sebelum Harvey menundukkan wajahnya untuk mencapai bibir Ravena dan menciumnya. Setelah ini Harvey berharap punya cukup waktu untuk berolah raga dan membakar sebagian adrenalin yang membuat tekanan darahnya meningkat. *** Pagi itu, langit Feyre tampak cerah menyengat seperti biasanya. Saat memandang Ravena, Harvey merasakan ketegangan menghantam perutnya. Tubuh Ravena langsing dan fit, dibalut gaun sutra biru yang indah. Bagi sebagian besar wanita, gaun itu mungkin akan terlihat membosankan, namun Ravena sama sekali tidak seperti itu. Tubuhnya menggambarkan jati dirinya dan caranya berpakaian benar-benar mampu mengundang perhatian siapapun y
“Oh, halo.” Sapanya singkat, wajahnya datar tidak menunjukkan ekspresi apapun. “Aku tidak percaya kau kembali—di hari pernikahan adikmu?” Kata-katanya saat menyebutkan ‘adik’ cukup mampu membuat hati Ravena berdenyut nyeri. Sejak kapan wanita itu menganggapnya sebagai kakak dari putrinya? Harvey yang menyadari ketegangan itu dengan cepat menggamit pinggang Ravena agar berdiri lebih dekat dengannya, sebelum mengalihkan pandangannya pada wanita lain yang sedang berbicara pada tunangannya. “Harvey, dia adalah permaisuri Feyre, ibu tiriku.” Mengabaikan pertanyaan Frederica dan pandangan orang-orang di sekelilingnya, Ravena mencoba bersikap tenang. “Senang bertemu dengan anda.” Harvey menarik salah satu sudut bibirnya saat menatap Frederica, wanita muda yang menjadi ibu tiri Ravena. “Pangeran Harvey? Kau datang—dengannya?” Frederica menunjuk Ravena, saat mereka sudah berdiri semakin dekat. “Ya, aku datang bersama calon istriku.” “Apa? Calon istri? Maksudmu, dia?” Jessica kehilangan
“Mana mungkin.”“Jadi benar kalian telah bersekongkol untuk melakukan perbuatan keji itu?”“Sudah terlambat untuk kecewa. Jadi, nikmati saja pernikahanmu, seumur hidupmu.” Ravena menunjukkan senyum simpul penuh kemenangan lalu memberi isyarat pada Harvey kalau dirinya sudah tidak ingin berada di sana lagi.Harvey menatap Harry dengan pandangan mengejek. Mengolok pria itu atas kebodohannya mengabaikan berlian seperti Ravena. Keduanya pergi dengan raut wajah puas.Salah satu tujuannya yaitu membersihkan nama baik Ravena telah terwujud. Dan Harvey patut berbangga diri karena berhasil membuat tiga orang itu tersudut sekaligus!“Terima kasih.”“Sudah kukatakan. Selama aku hidup, tidak akan kubiarkan siapapun menyakitimu. Orang-orang yang berniat jahat terhadapmu, mereka harus menghadapiku lebih dulu.”“Kau sudah melakukannya dengan baik tadi.”&
“Ada hal penting yang ingin kubicarakan dengan anda.”“Katakan saja.”“Aku akan menikahi Ravena dalam waktu dekat. Sebelum itu, aku ingin meminta restu anda sebagai ayahnya.”“Tentu saja aku akan merestui kalian. Selama pernikahan kalian bisa membuatnya bahagia dan selama kau berjanji untuk selalu menyayangi dan menjaganya. Aku akan merestui kalian.”“Sebenarnya—ada satu lagi yang ingin kuketahui.”“Apa?”“Aku mendengar kalau Ravena ternyata bukanlah—“ Harvey menjeda ucapannya, berusaha memilah kata-kata yang sekiranya tidak menyinggung.Namun raja Emmett seperti mengerti maksud dari pria itu, dia mengangguk dan tersenyum canggung.“Sepertinya hanya mendiang istriku yang bisa menjawab pertanyaanmu itu, namun sayangnya dia sudah lama meninggal. Aku tidak memiliki petunjuk sama sekali, maaf.” Ungkapnya sedi
DEG!Naomi terdiam, tidak tahu harus menjawab apa. Dia takut pangeran itu akan mencurigainya, dan juga Ravena.‘Kalau dia adalah manusia biasa, tentu saja tidak.’ Batin Naomi.“Bagaimana bisa. Apa yang harus aku lakukan sekarang.” Harvey berlutut di depan tubuh Ravena yang masih berbaring lemah.Mata birunya menelusuri gadis itu dari atas kepala hingga ujung kaki. Pria itu bernapas dengan susah payah. Kedua tangannya menggenggam salah satu tangan Ravena yang tidak diperban.“Bangunlah, sayang. Kumohon.” Suaranya bergetar, air matanya menggenang di pelupuk mata.Naomi yang menyaksikan itu hanya terdiam, tidak berani bersuara dan akhirnya memilih keluar dari tenda. Melihat Ravena yang masih belum sadarkan diri setelah terkena panah beracun dan juga Harvey yang hampir gila karena sedih membuatnya prihatin.“Ada apa?” Di luar tenda, Noland segera menghampiri Naomi saat gadis