MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU - Hancur!"Ternyata dia disini!" Batinnya geram.***"Ternyata aku gak perlu susah payah untuk menyerahkan kamu ke polisi!" ucap Amar. Lidiya membalikkan badannya, Melihat pada seorang lelaki yang sudah membuatnya tergila-gila jatuh cinta juga sudah membuat dirinya hancur sehancurnya. Ia tersenyum sinis dengan kedatangan Amar. "Akhirnya kamu datang juga, Mas." Lidiya mengucapkannya dengan santai. Berbeda dengan Amar yang sudah dipenuhi amarah."Kamu benar-benar perempuan tidak waras! Kamu sudah membunuh semua keluarga aku!" Pekik Amar dengan tatapan ta-jam tanpa basa-basi."Benar-benar gi-la! kamu, Lidiya" Lagi-lagi Lidiya hanya tersenyum sinis dengan santainya. Ia senang melihat Amar begitu marah atas perbuatannya. "Aku memang gi-la, Mas. Aku menjadi gi-la seperti ini karena kamu. Apa yang aku lakukan, Semua itu karena kamu sendiri, Mas. Kamu sendiri yang menyebabkan semua ini terjadi. Bukankah aku sudah pernah bilang sama kamu, Aku akan m
MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU - Keadaan AmarSatu Minggu kemudian...Sekarang, Amar membuka matanya setelah melewati masa kritis yang cukup lama. Di ranjang pasien, Tatapannya melihat ke atas, mengingat dimana ia sekarang, dan apa yang sudah terjadi padanya. "Aku, di rumah sakit ?" tanyanya sendiri, Setelah melihat ruangan tersebut. Tak lama ia tersadar pada semua kejadian sebelumnya. Perasaannya mendadak pedih. Ia menghela nafasnya. Rasanya semua yang terjadi padanya begitu berat untuk ia terima."Huh... Aku baru sadar, Aku kehilangan Keluargaku, dan yang terakhir, aku bertemu Lidiya, dan...." Ia teringat apa yang dilakukan Lidiya pada wajahnya. Mendadak ia membangunkan tubuhnya hingga posisi duduk dengan panik. Amar langsung memegangi wajahnya yang masih dienuhi per-ban itu dengan kedua tangannya. "Wajah aku ?! Lidiya menyemburkan air keras pada wajahku! Apa wajahku baik-baik saja ?! Batinnya gelisah." Ia mencari keberadaan dokter. "Dok!!! Dokter!!! Dokter!!!" Teriak
MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU - ENDDua hari kemudian, Pak Bram di operasi jantung. Rasya sendiri yang memilih untuk mengoperasi ayahnya itu sebagai bakti pada ayahnya. Operasi berjalan dengan lancar. Jantung Bu Sinta sudah berhasil dicangkokkan pada tubuh Pak Bram. ***Dua bulan kemudianSudah sekitar dua bulan lamanya, Amar tidak berani keluar rumah. Ia trauma dipenuhi penyesalan atas kepergian keluarganya gara-gara dirinya. Dan ia juga malu dengan keadaan wajahnya yang sekarang. Bi Darmi yang merupakan asisten rumahnya, membantu Amar untuk bisa kembali seperti sebelumnya. Keadaan psikisnya cukup terganggu. Usaha restorannya juga tidak dijalankan. Ia memilih menutup usaha barunya itu. Setiap kali ia melihat restoran tersebut, Ia selalu teringat pada semua kesalahannya yang sudah menyebabkan semua keluarganya meninggal dan juga teringat pada wajahnya yang sekarang menjadi tidak setampan dulu lagi. Ia teringat pada kejadian saat Lidiya menyemburkan air keras itu pada w
"Loh, itu bukannya Mas Amar ? Kenapa dia bisa jalan berdua bersama Nura ? Kenapa mereka juga begitu mesra ?"Tatapan ku terus menyelidik pada dua orang yang baru saja keluar dari pintu Mall. Dari dalam mobilku, berkali-kali aku berusaha melihat dengan jelas. Tapi apa yang aku lihat memang tidak salah, Ia adalah Mas Amar---suamiku dan sahabat ku yang bernama Nura. Yang membuat hatiku sakit, Nura merangkul siku tangan suamiku dengan begitu manja. Sedangkan, suamiku menenteng beberapa paper bag di tangannya. Mereka nampak tertawa bersama dengan begitu mesra.Apa yang sebenarnya terjadi diantara mereka ? Apa Mas Amar mengkhianati pernikahan ku dengan selingkuh dengan Nura ?Aku tertegun. Dada ini rasanya benar-benar sesak. Masih tidak percaya dengan apa yang aku lihat. Nura, sahabat yang paling aku percayai untuk menceritakan segala hal, seseorang yang paling aku anggap orang terbaik, tega memperlakukan hal sekejam itu padaku.Baiklah, Nura. Mulai detik ini, aku tidak akan lagi menjadik
"Via.. aku kangen banget sama kamu.." ucapnya manis yang dengan cepat memelukku. Dasar wanita bermuka dua! Kamu pikir aku tidak tahu seperti apa wajah asli kamu sebenarnya.Setelah ia melepaskan pelukannya, aku berusaha berpura-pura tersenyum dan bersikap seperti biasanya. Ia pikir dia saja yang bisa berpura-pura bersikap manis ?! "Aku juga kangen banget sama kamu, Ra. Yaudah, ayo masuk." Aku mempersilahkannya masuk dan duduk di sofa yang ada di ruang tamu. Ia memang sering ke rumah ku untuk sekedar meminta tandatangan pada Mas Amar, main dan menanyakan bagaimana kabarku. Bisa dibilang dalam satu minggu, ia dua kali sering main ke rumahku. Dulu, saat aku belum menikah, bahkan Nura sering menginap di rumah ku. Saat aku masih tinggal bersama kedua orangtuaku, ia juga sering tidur bareng bersama ku.Aku sudah menganggapnya seperti keluarga sendiri. Tak pernah aku sangka, ternyata Nura menusukku dari belakang.Mungkin saja Nura dan Mas Amar sering ada main dibelakang ku saat Nura data
Rekaman video men-ji-ji-kan mereka berdua sudah berhasil aku simpan sebagai bukti. Video ini akan aku simpan di tempat lainnya agar banyak salinan-nya. Aku baru mendapatkan rekaman video saat mereka saling bercumbu bibir, belum sampai ketahuan melakukan hal yang lebih dari itu. Tidak menutup kemungkinan jika mereka juga sudah sampai melakukan hal se-parah itu.Kembali aku melihat pada wanita ular dan suamiku itu. Wanita busuk itu mencium pipinya Mas Amar sebelum dia berpindah lagi ke tempat duduknya semula. 'Benar-benar men-ji-ji-kan! Aku tak pernah menyangka ternyata Nura sebusuk itu!'Wanita mana yang rela jika suaminya di sentuh-sentuh juga oleh wanita lain yang bukan mahramnya ? Aku masih tidak mempermasalahkan saat Nura selalu ingin sama denganku dalam hal apapun. Meskipun, aku tidak suka semua hal yang aku sukai dia sukai juga. Apalagi, ini perihal suami. Yang jelas-jelas raga, hati, waktu, kasih sayang dan perhatiannya tidak rela aku biarkan dia bagi kepada wanita lain.Han
Mas Amar sudah kembali ke ruang tamu setelah tadi dari kamar untuk mengambil handphonenya. Ia kembali duduk di tempat semula. Aku merogoh handphone ku yang ada di saku. Lalu, aku mencari aplikasi perekam suara. Aku menyimpan handphone ku di sofa dengan posisi layar yang terbalik.Rekaman sudah menyala. Aku berharap, suara pembicaraan mereka bisa terdengar."Yaudah, deh. Mas, kamu temenin Nura ngobrol dulu, ya. Aku mau masak dulu. ...Ra, kamu sama Mas Amar dulu, ya." Ucapku sambil berdiri."Iya, sayang. Kamu masak aja.""Mau aku bantu, Vi ?" "Ekh, jangan. Kamu duduk manis aja. Kamu 'kan tamu aku. Udah, kamu diam aja, oke." "Yaudah, deh. Kalo itu mau kamu," jawabnya Nura sambil tersenyum.'Halah.. so-so-an pengen bantuin! Bilang aja senang bisa berduaan dengan Mas Amar!' Aku sengaja membiarkan mereka berdua di ruang tamu. Setelah sampai dapur, aku kembali melihat mereka lewat dinding yang ada di dapur. Lagi dan lagi, ular itu berpindah tempat duduk dan mendekati suamiku.'Manusia m
Malam ini, ketika Mas Amar mengerjakan pekerjaan kantor-nya di ruangan kerja.sedangkan, aku langsung mendengar rekaman kemarin sambil tiduran di atas tempat tidur. Meskipun suaranya terdengar pelan, tapi masih bisa terdengar jelas.(Mas, Emang bener, Via mau beli pesawat ?) terdengar suara wanita ular itu nampak gelisah.Aku tersenyum geli mendengarnya. Ternyata benar, ia sampai kepikiran akan ucapanku yang ngelantur itu. Beli pesawat ? Jelas tidak akan aku lakukan ? Aku tidak kepikiran sama sekali. Lebih baik aku gunakan uangnya untuk hal yang lainnya yang lebih penting dan lebih bermanfaat.(Kata siapa ?) tanya Mas Amar.(Via sendiri yang bilang, Mas. Katanya dia mau nabung buat beli pesawat. Biar kalian punya pesawat sendiri kalo mau jalan-jalan ke luar negeri.)(Via cuman becanda kali.. mana mungkin dia mau beli pesawat yang harganya kamu tau sendiri 'kan ? pasti sampai miliyaran. Pesawatnya juga mau disimpan dimana ? Masa dibiarkan terbang dan turun di depan halaman rumah, yang a