Felicia, seorang wanita yang sudah mengorbankan keyakinan dan keluarganya untuk menikah dengan lelaki pilihan, ternyata sang suami terpikat dengan wanita lain. Safira, janda muda yang hidupnya sengsara merasa bahagia ketika bertemu dengan sosok Hanan yang penyayang, harus menelan pahitnya kehidupan lagi karena berstatus sebagai istri simpanan. Hanan, terjebak dalam situasi sulit karena rasa iba pada janda muda. Akibat dari rasa ibanya itu, Hanan terancam kehilangan banyak hal termasuk gelarnya sebagai pengusaha kaya. Bagaimanakah kisah cinta segitiga mereka? Yuk baca cerita ini ....
View MorePart 1
Foto besar terpajang di dinding. Seorang wanita bermata sipit menggandeng tangan suaminya dan memperhatikan potret keluarga kecil mereka.
“Bagus, ‘kan, Pah?” tanya wainta itu sambil tersenyum dan bergelayut manja di lengan suami.
Sang suami terdiam, tatapannya beralih pada sosok wanita yang baru saja keluar membawa seplastik sampah.
“Kamu tidak suka?” Wanita bermata sipit itu kembali bertanya sambil melepaskan tangan. “Bisa kita turunkan,” lanjutnya lagi dengan wajah masam.
“Ah, tidak! Biarkan saja di sana. Aku suka, hanya saja ....” Ucapannya terhenti dan memandang kembali pada wanita yang membawa sampah hendak dibuang ke depan rumah.
“Terserah kamu bila mau dilepas demi menghargai perasaan dia.” Wanita bermata sipit itu pergi sambil menahan emosi.
“Sampai kapan aku akan diperlakukan seperti pembantu di rumah suamiku sendiri, Mas?” Sosok yang sedari tadi memegang plastik berisi sampah mendekati lelaki yang masih berdiri mematung.
“Maafkan aku tidak bisa membela kamu di hadapan Felicia. Besok-besok, kita buat foto keluarga sendiri ya? Dipajang di kamar kamu.”
Wanita itu mengangguk dan berlalu.
Kubawa Maduku dalam Kesengsaraan
***
Aku Felicia, istri pertama suamiku. Duduk dengan menyilangkan kaki, sambil menatap seorang wanita yang bersimpuh di bawah kursi. Sudah persis seperti nyonya angkuh.
“Tolong, Mbak, ibuku sakit keras, aku butuh uang, Mbak. Aku mohon beri aku bantuan dan titip Nayma karena aku harus ke rumah sakit. Mbak, kita sudah hidup bersama sekian lamanya, apa Mbak tidak punya sedikit rasa iba untukku?” Wanita yang sedang merengek itu bernama safira, dia adalah adik maduku. Ia memohon dengan berurai air mata.
“Jika aku mengatakan tidak, apa yang akan kamu lakukan?” tanyaku sinis.
“Mbak, bukankah aku sudah berulang kali meminta maaf sama Mbak? Mbak, aku sudah menjalani hidup yang penuh penderitaan di rumah ini. Apa Mbak masih akan terus menyiksaku? Jika di dalam poligami seorang suami harus adil, aku sudah menerima ketidak adilan dalam hal apapun, Mbak. Nafkah lahir, nafkah batin dan pengakuan di depan masyarakat, aku sudah mengalah untuk itu, Mbak. Jadi tolong, Mbak Felic, untuk kali ini, aku minta beri aku sedikit uang.”
“Kamu sudah masuk ke dalam kehidupan kami, kamu sudah merusak keutuhan rumah tanggaku dengan Mas Hanan, ini konsekuensi yang harus kamu dapatkan. Karena aku bukan seperti kamu yang miskin tidak punya apapun. Mas Hanan bisa bergaya layaknya orang kaya, itu semua dari aku. Aku bukan istri tua yang bodoh.”
“Mbak, tolong, aku butuh uang.”
“Bukankah ibumu punya asuransi kesehatan? Kenapa butuh uang?”
“Tapi Ibu berada di ruangan yang banyak sekali penghuni orang sakitnya, Mbak. Aku kasihan dan aku tidak tahan bila harus mencium bau keringat.”
“Sombong sekali kamu. Sudah hidup menumpang, masih berlagak.” Aku menjatuhkan lima lembar uang ratusan. “Ini hitung-hitung beramal sama orang miskin. Selebihnya jangan harap aku akan memberi banyak lagi. Kalau tidak mau, aku akan mengeluarkan anakmu dari sekolah yang sekarang.”
“Mbak, kenapa selalu mengancam mengeluarkan Nayma? Kenapa anak kecil yang tidak bersalah selalu dijadikan sasaran, Mbak? Mbak boleh mencaci maki aku, tetapi Nayma, dia tidak tahu apa-apa.” Tangis Safira semakin kencang.
“Apakah dunia kamu akan runtuh jika anakmu keluar dari sekolah elit? Banyak orang yang sekolah di sekolah negeri dan mereka berhasil. Kalau merasa tidak mampu, jangan memaksakan diri. Kenapa ego kamu tinggi sekali sementara kamu di sini hanya hidup menumpang? Jelas aku tidak peduli dengan anak kamu. Dia tidak punya hubungan darah denganku. Kenapa aku harus kasihan?”
“Mbak Felic, Mbak Felic, tolong beri aku uang yang banyak untuk memindah Ibu di kamar yang layak, Mbak. Mbak sudah menyiksa perasaanku selama ini, kenapa masih saja membuat aku menderita.” Safira meraung-raung.
Aku bangun dan dengan angkuh berjalan menuju dapur dan menuang minum. Meski Safira menderita saat ini, nyatanya itu tidak mampu menyembuhkan luka hati karena harus diduakan dan dihianati oleh suamiku.
Mas Hanan ternyata dari tadi melihat kami dari dapur. Ia menatapku penuh harap.
“Felic ....”
“Boleh, antarkan saja, tapi pakai motor butut kamu semasa muda. Jangan berani-berani menggunakan mobil.”
“Tapi sekarang sedang musim hujan.”
“Dulu kamu biasa hujan-hujanan pakai mantel. Mau jadi orang manja sekarang?” Mas Hanan tidak berkutik.
Lelaki itu menuju ke posisi Safira duduk. Membangunkannya dengan pelan dan menenangkan. Sungguh demi apapun aku merasa sakit melihat itu.
Aku Felicia sudah bersumpah akan membuat hidup maduku dan suamiku menderita. Aku rela menghabiskan waktu setiap hari bersama dengan maduku, demi bisa melihat mereka hidup sengsara
Part 33Sejujurnya hati Felicia membara ketika mobil berjalan masuk di komplek perumahan elit. Kini ia bisa melihat dengan jelas kebohongan yang disembunyikan Hanan selama ini. Setega itu menggunakan uang mereka untuk membahagiakan istri kedua.“Kamu lelaki penyayang ya, Pah, membelikan rumah yang bagus di komplek yang elit,” sindir Felicia.“Aku membeli ini agar tidak kejauhan pulangnya,” jawab Hanan asal.“Benarkah? Jadi kamu tidak membelikan rumah ini untuk gundik kamu?”“Feli, mulai sekarang biasakan memanggil adik madumu dengan namanya. Bukankah kamu sudah setuju dengan pernikahanku? Kenapa masih memanggil dia serendah itu?”“Jadi kamu tidak terima aku memanggil dia seperti itu? Kamu sakit hati? Wah, hati kamu sudah lebih banyak buat dia ternyata ya? Pantas saja lupa sama Abizar dan juga ibu kamu. Malang sekali nasibku. Sudah tidak mendapatkan nafkah batin tapi masih harus mengurusi ibu kamu.” Hati Felicia terasa nyeri menyadari Hanan seperti tidak tertarik pada tubuhnya lagi.“B
Part 32Felicia langsung mengantar Abizar ke sekolah tanpa pulang ke rumah lebih dulu. Setelahnya ia langsung ke butik. Hatinya masih malas Hanan menunggu rumah seorang diri karena ternyata pembantu dan sopir Felicia disuruh berlibur.Ia bangun dan mendapati rumah yang sangat sepi. Tak ada makanan, tidak ada Felicia yang menyambut hangat seperti jauh sebelum ia bertemu Safira. Dalam keadaan kesepian dan bingung, pria itu memilih membuka ponsel dan mengecek barangkali ada pesan penting. Tangannya berhenti pada pesan yang dikirim dari Safira.Aku tidak tahu apa yang akan Mas putuskan dengan hubungan kita. Aku sudah lelah, sangat lelah. Jika memang Mas mau menceraikan aku dan memilih Mbak Feli, aku ikhlas, Mas. Dari awal aku memang hanya istri simpanan yang meminjam dari Mbak Feli. Sekarang waktunya aku mengembalikan Mas pada pemiliknya.Hanan langsung menelpon Safira. Terdengar suara dari seberang sedang menangis.“Aku tidak akan meninggalkan kamu. Percayalah padaku, Fira! Hanya saja, a
Part 31“Feli, mama papa kamu bicara apa tadi?” tanya Hanan setelah mertuanya pergi dan dia berani masuk ruangan.“Menanyakan tentang kabarku selama tidak bertemu mereka. Memintaku untuk membawa Abizar ke rumah mereka. Dimana tadi Abizar aku cari pas Mama Papa pengen ketemu kok gak ada?”“Dia pergi keluar sama Si Mbak. Apa kamu sudah menyuruh dia untuk menjauhiku, Feli?”“Selain kamu tidak setia, kamu sudah berubah, Hanan. Kamu penuh curiga dan tukang fitnah. Bukankah kamu sendiri yang menciptakan jarak dengan anakmu? Kamu masih ingin terus menyalahkanku, Hanan?” Felicia menatap Hanan tanpa kedip.“Maaf aku salah.”“Kamu mau menginap di sini atau kembali ke rumah istri kamu?” tanya Felicia sambil berlalu ke kamar mandi.“Ini masih rumahku, ‘kan? Kenapa bertanya seperti itu?”Felicia keluar dengan wajah basah. “Aku tidak tahu, apa kamu masih menganggap ini rumahmu, aku istrimu dan Abizar anakmu atau tidak.”“Feli, kamu sudah bertemu dengan orang tuamu, apa mereka memaafkan kesalahanmu
Part 30Pagi telah menjelang.Hanan tetap berada di toko, Felicia kembali ke rumahnya dan Safira masih meratapi nasib di atas tempat tidur. Widiyanti terus memaksa agar putrinya bangkit dari keterpurukan serta bertindak segera untuk segera menghancurkan toko milik Felicia. Akan tetapi, Safira belum mau beranjak.“Kamu mau terus menangis sampai kapan? Kamu sudah mengorbankan banyak hal demi mendapatkan Hanan. Kamu mau terus seperti itu atau kamu akan menghancurkan toko Felicia agar dia merasakan penderitaan juga?”“Biarkan aku berpikir dulu, Ibu. Ibu pikir ini mudah? Aku mencintai Mas Hanan bukan karena harta, tetapi karena aku mencintai dia, Ibu. Kalau aku bertindak gegabah, Mas Hanan bisa meninggalkanku.” Safira yang kesal berteriak.“Bunda, aku bagaimana? Berangkat sekolah atau tidak, Bunda?” Nayma yang sudah mandi bertanya bingung.Safira tambah stres, sejenak menyesali keputusan Hanan yang memindahkan sekolah Nayma. Untuk berangkat kesana perlu diantar, tidak seperti di sekolah se
Part 29Felicia memilih b menginap di hotel sendirian. Ia juga mematikan ponsel setelah sebelumnya memberi kabar pada Abizar agar tidak cemas menunggu telepon darinya. Masuk ke kamar, Felicia segera menggelar sajadah dan berdzikir sambil menangis.“Ya Allah, aku sudah terlanjur mencintaiMu, maka jangan jadikan ujian ini untuk melemahkan imanku,” kta Felicia lirih dalam sujud.Lama ia mengadukan keadaan hati pada Sang Pemilik Hidup, hingga tak sadar waktu sholat sudah silih berganti. Selepas Isya Felicia bangun dan teringat kalau ia belum memberi kabar pada Veronica. Tadinya hanya pamit untuk membeli keperluan pribadi, tetapi akhirnya memutuskan untuk menyendiri di hotel.“Biar sajalah besok saja,” kata Felicia mengabaikan perasaan. Ia tidak ingin diganggu oleh siapapun.Felicia terpaksa meminum obat tidur agar tidak terbebani dengan banyak pikiran. Tubuhnya lelah perlu istirahat, tetapi tanpa sebuah obat, mustahil dapat memejamkan mata.Veronica yang tidak bisa tidur karena memikirkan
“Teruntuk suamiku, Mas Hanan, pria yang sudah membuat aku memeluk Islam dari aku yang sebelumnya nonis, selamat menempuh hidup baru ya, Pah. Terima kasih sudah membohongi aku dan Abizar. Terima kasih sudah meninggalkan kami sendirian dan kamu memilih hidup di kota ini demi bersama dengan dia istri simpanan kamu. Aku menemanimu dari yang awalnya kamu pemuda miskin tidak punya apa-apa, sampai sekarang kaya raya dan bisa membuat pesta yang sangat megah. Aku dimusuhi keluargaku, meninggalkan kedua orang tuaku yang kaya raya demi hidup bersama kamu. Masih ingat tidak, Pah, kita memulai usaha semua dari tabungan aku. Aku menyayangi ibumu dan memenuhi kebutuhan keluargamu tanpa pernah mengungkit. Aku kira itu cukup bisa membuat kamu setia, ternyata di belakang aku, kamu berkhianat.” Dengan nada lemah lembut Felicia berucap.Semua tamu yang hadir langsung duduk dan mendengarkan.“Kau menggunakan uang kita untuk membahagiakan perempuan yang di sampingmu. Aku ikhlas, Pah. Sangat ikhlas. Aku seba
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments