Keluarga Benalu 15
Aku bergerak cepat, kembali ke rumah lama tanpa mengemasi apapun. Kutelepon Shandy, menceritakan kejadian barusan, tentang Mas Ardan yang semakin nekat. Kuminta 4 orang pengawal profesional untuk berjaga di sekitar rumahku. Juga Pak Hasan kuberitahu agar segera kembali dengan membawa satu orang lagi temannya untuk bekerja sebagai satpam. Di rumah utama, pagar dan gerbangnya tinggi, penjagaannya lebih ketat. Tak sembarangan orang bisa masuk tanpa melalui satpam. Rumah ini sudah tak aman lagi. Bisa saja Mas Ardan tiba - tiba kembali begitu tahu ATM nya tak menerima dana sedikitpun dariku. Aku tak dapat membayangkan apa yang akan dilakukan lelaki itu.
Seharusnya aku bisa merasa sedikit tenang setelah melewati mediasi. Videoku yang viral di internet juga meredup dengan cepat. Video permintaan maaf dari si p
Keluarga Benalu 16PoV ARDANAku mengemudikan mobil dengan kesal menuju rumah mungil Nayma di Lembah Hijau. Aku harus menemuinya dan memberinya pelajaran yang akan diingatnya seumur hidup karena telah berani menipuku. Dan aku juga akan membawa Aryan bersamaku. Anak itu adalah satu - satunya kelemahan Nayma.Rumah mungil bergaya jepang itu tampak sepi. Pagarnya tertutup rapat dan ada gembok besar menandakan penghuninya tidak ada di rumah. Ah, kemana dia? Atau mungkin gembok itu hanya kamuflase agar aku tak mengira dia ada? Aku menghentikan mobil dengan bimbang."Ini rumah Nayma juga? Wow, dia benar - benar kaya." Dania berdecak."Benar ini rumah
Keluarga Benalu 17PoV ARDANAku melangkah lunglai keluar dari bangunan megah supermall dan grosir terbesar tempatku bekerja selama lebih dari 5 tahun ini. Surat pemecatan di tangan kuremas kuat - kuat. Tak kuhiraukan tatapan dan bisik - bisik rekan lain yang heran melihatku pulang lagi padahal hari masih pagi. Mereka tak berani bertanya langsung tentu saja. Selama ini aku menjaga jarak dengan mereka karena ku anggap diriku memiliki posisi yang lebih tinggi dengan adanya koneksi Fika. Selama 5 tahun semua berjalan baik - baik saja. Sampai hari ini tiba.Di pintu keluar karyawan, security yang bertugas check body karyawan yang akan keluar, menyapaku."Kok lemes, Pak Ardan? Kan baru gajian. Eh, ini m
Keluarga Benalu 18PoV NAYMAMobilku baru saja melewati pintu gerbang rumah ketika tiba - tiba saja sebuah taksi online berhenti tepat di depanku. Dari dalamnya, Mama melompat turun. Aku sedikit tertegun melihat penampilan Mama yang tanpa make up. Sebuah pashmina hitam melilit kepalanya. Dan kali ini dia datang sendiri tanpa Ara yang biasanya selalu ada di belakangnya.Mama menghampiri mobilku, mengetuk kaca jendela sambil tersenyum. Aku mendesah. Rasanya ingin sekali mengabaikan kehadiran Mama seperti halnya Mas Ardan tadi pagi. Tapi melihat penampilan Mama yang hanya bersandal jepit, membuat rasa iba muncul di hatiku."Nayma, anak Mama. Mantu kesayangan Mama." Ujar Mama begitu aku menurunkan kaca mobil
Keluarga Benalu 19Aku berlari keluar dengan perasaan tak karuan. Ada apa dengan Ara sampai dia pingsan? Shandy dan Fika mengikutiku. Di luar, Ara didudukkan di kursi sudut depan cafe."Permisi, boleh saya lihat?"Shandy mendahuluiku memeriksa Ara. Kuraba keningnya dan aku nyaris tersengat merasakan keningnya yang panas. Fika mengikuti tindakanku. Kami saling tatap."Dia benaran sakit, Shan." Desis Fika.Shandy tak menjawab. Dia mengusir kerumunan orang yang ingin tahu dengan mengatakan bahwa kami mengenal gadis ini dan akan membawanya ke klinik. Aku bergegas mengambil mobilku di parkiran. Dibantu beberapa pegawai cafe, kami menggotong Ara
Keluarga Benalu 20 FLASHBACK6 tahun lalu.Aku memutar kunci mobil berkali - kali, mencoba menghidupkannya. Entah apa yang terjadi dengan mobilku sehingga barusan batuk - batuk dan mati. Padahal aku sedang terburu - buru menghadiri meeting yang diadakan sebulan sekali. Ayah akan mengomel panjang pendek jika melihatku terlambat."Lihat calon pemilik hotel ini. Bagaimana bisa dia bertahan dan berkembang kalau disiplin saja tak bisa?""Sudah Ayah bilang pakailah sopir. Tak perlu menyetir sendiri kalau mesin saja tak mengerti."Aku meringis mengingat ucapan Ayah ketika kejadian yang sama menimpaku beberapa bulan lalu. Kesal, kupukul - pukul setir mo
Keluarga Benalu 21Aku terbangun kaget ketika menyadari suhu tubuh Aryan yang tidur di sampingku tiba - tiba sangat tinggi. Kulirik jam di atas nakas, baru pukul 3 pagi. Aryan tertidur dengan gelisah. Suara rintihan terdengar samar dari bibirnya. Kuambil termometer yang selalu ada di laci nakas, mengukur suhu tubuhnya.39 derajat celcius. Tinggi sekali.Tergopoh - gopoh aku menuruni tangga, menuju lemari obat untuk mengambil syrup penurun panasnya. Dari celah pintu dapat kulihat lampu kamar Bik Sum sudah menyala menandakan beliau sudah bangun. Bik Sum biasa bangun untuk sholat malam. Setelah mendapatkan obatnya, aku kembali berlari ke atas."Bangun sebentar ya sayang, kita minum obat."&nbs
Keluarga Benalu 22Mobil fortuner putih itu berhenti tepat di depanku. Shandy dan Krisna melompat turun dan berlari menuju mobilku. Aku keluar, namun shock membuat kakiku lemas. Beruntung Shandy sempat menangkapku sebelum terjatuh."Shan… Aryan…"Aku tak mampu meneruskan kata - kata. Tenggorokanku tercekat, terasa ada batu besar yang menyumbat di sana. Shandy memelukku erat - erat."Tenanglah, kita akan cari Aryan. Kita pasti menemukannya."Shandy menuntunku masuk ke mobil, kali ini ke sisi samping pengemudi. Dia lalu memesan taksi online untuk memulangkan Bik Sum. Kasihan Bik Sum, beliau duduk meringkuk di belakang. Pucat dan ketakutan.
Keluarga Benalu 23Aku berlari menuju sumber suara. Di kamar belakang, di atas dipan kayu beralas kasur lusuh, anakku terbaring dengan tubuh tersentak - sentak. Wajahnya pucat pasi. Darahku terasa surut, jantungku berdebar kencang melihat putra kesayanganku dalam kondisi menyedihkan."Aryan!"Aku memburu ke arah dipan, Shandy mengikutiku dari belakang. Tapi tak kusangka, Mama menghalangiku meraih tubuh anakku."Jangan ambil Aryan!"Aku meledak, kudorong tubuh Mama hingga tersungkur. Ara yang berdiri di sisi lain dipan menjerit melihat Mamanya terjatuh."Kalau sampai terjadi sesuat