Saat Lazuarrdi seorang pengusaha muda dan tampan, mendapatkan warisan pedang samurai. Petaka dan kejadian mencekam mulai menghantui dirinya. Berbagai teror menakutkan mulai membayangi dalam kehidupan lelaki tampan yang masih hidup sendiri. Hingga dalam sebuah kejadian, Lazuarrdi bertemu seorang wanita bernama Kazumi. Entah pertemuan itu nyata atau hanya dalam dimensi lain. Kazumi seorang wanita cantik yang selalu mengenakan kimono. Namun, dia terlihat seperti wanita pribumi kebanyakan. Rasa cinta mulai bersemayam di benaknya. Hingga suatu ketika pedang samurai itu, terus meneteskan darah. Berbau busuk dan anyir. Membuat Lazuarrdi mulai menyelidiki apa yang sebenarnya terjadi. Apalagi di saat waktu yang bersamaan sosok Kazumi pun menghilang. Lazuarrdi bertekad mencari keberadaan Kazumi. Hingga sebuah kematian tak masuk akal menimpa sahabat karibnya. Tak hanya itu, berbagai kematian mulai menimpa orang-orang terdekat Lazuarrdi. Apa yang sebenernya terjadi? Lalu, siapakah Kazumi yang tiba-tiba menghilang?
View MoreDeru mobil mewah melaju dalam kecepatan sedang. Menyusuri jalan beraspal yang sepi dan lengang. Hanya terlihat beberapa lampu penerangan, tapi tak sanggup memberikan pencahayaan yang cukup.
Sesekali Lazuarrdi melihat ke arah belakang. Pandangan matanya tertuju pada sebilah pedang samurai yang tergeletak di atas jok. Terlintas kembali bayangan yang selalu menghantui dirinya. Semenjak dua bulan yang lalu. Dia menerima warisan dari sang kakek, yang sudah meninggal.
Berulang kali, Lazuarrdi merasa diikuti oleh sebuah bayangan wanita misterius. Sosok yang begitu mengerikan sering muncul dalam kamarnya. Di mana pedang samurai itu berada.
Terdengar Lazuarrdi menghela napas panjang. Bila ingatan membayang pada dua bulan belakangan ini.
Saat dirinya masih melihat ke arah jok belakang.
Tiba-tiba ....
Mobil yang dia tumpangi terasa oleng. Dan terus melaju ke luar lajur jalan utama. Kecepatan mobil pun tak bisa dikendalikan. Rem yang biasanya tak bermasalah. Seakan tak mampu menghambat laju mobil yang terus meluncur cepat. Hingga Hantaman keras tak bisa terhindar lagi. Air bag pun langsung mengembang. Saat kap mobil depan menghantam sebuah pohon besar.
Ciiiiiiiiittt!
Bruuuuaaakkk!
Tin tin tin tin tin!
Suara bunyi klakson terus berbunyi.
Seketika suasana hening. Lazuarrdi dan seorang sopir masih terbenam dalam kantung udara. Hingga sekian menit ke depan. Perlahan kantung itu pun mulai mengempes.
Lelaki tampan dengan manik mata kecoklatan. Berusaha menyentuh pundak sopirnya. Dia mengguncang perlahan.
"Bangun, Sat!"
"Eeehhh ...."
"Ba-bangun," bisik Lazuarrdi.
Tangannya terus bergerak menepuk bahu Satriyo sang sopir.
"I-iya, Mas. Saya masih sadar kok. Cuman syok."
"Ayo, kita keluar dari mobil sekarang!" ajak Lazuarrdi.
Tak ada yang terluka. Keduanya terlihat baik-baik saja.
Tampak Lazuarrdi dan Satriyo, segera keluar dari mobil. Sejenak mereka berdua menghirup napas lega. Lazuarrdi merentangkan kedua tangan. Menggerakkan kaki yang terasa lemas.
Sekian detik berlalu. Dia mulai memperhatikan suasana di sekitar. Sejauh mata memandang, hanya menangkap semak belukar dan beberapa pohon yang terlihat.
"Tempat ini sepertinya jauh dari rumah warga," bisik Lazuarrdi.
Sepintas lelaki tampan itu, melirik pada Satriyo yang mulai memeriksa kondisi mobil. Tampak dia garuk-garuk kepala. Seolah sedang bingung dan keheranan. Membuat Lazuarrdi tertarik untuk terus memperhatikannya.
"Ada apa, Sat?" Dia pun mendekatinya.
"Ada yang aneh, Mas."
"Aneh gimana maksud kamu?" tanya Lazuarrdi dengan menoleh ke arah Satriyo.
Tanpa menjawab. Satriyo hanya menunjuk ke arah bagian mobil. Dengan pencahayaan lampu kota. Satriyo bisa melihat dengan jelas, kondisi di sekitarnya. Ada sesuatu yang janggal dan aneh.
"Ada apa?"
"Coba Mas lihat sendiri!"
Pandangan matanya beralih mengikuti arah telunjuk Satriyo. Bamper depan mobil tak terlihat sedikit pun yang rusak. Padahal jelas-jelas mobil mereka, menghantam pohon yang berada di sebelah kiri Lazuarrdi.
"Aneh? Kok enggak ada bekas rusak sama sekali, Sat?"
Raut wajah lelaki tampan itu sedikit berubah. Dia kembali merasakan keanehan yang seolah terus mengikuti dirinya. Keduanya hanya bisa saling beradu pandang.
"Saya juga kurang tau, Mas. Tapi, coba Mas Ardi lihat ke arah sini!"
Satriyo kembali menunjukkan sesuatu, berupa cairan berwarna kemerahan.
"Darah-kah ini?" tanya Lazuarrdi sedikit membungkuk.
"Sepertinya begitu, Mas. Sebentar saya ambil senter dulu."
Langkah Satriyo terdengar berlari kecil. Tak lama berselang. Dia pun kembali berdiri di sebelah Lazuarrdi yang berjongkok.
"Coba arahkan senternya ke sini, Sat!"
Dengan cepat, Satriyo mengikuti perintah majikannya.
"Kamu nabrak apa?" Tatapnya tajam pada sang sopir.
"Saya enggak merasa menabrak apa-apa Mas. Cuman saat di pertigaan tadi. Saya seperti melihat ada yang melintas. Sepertinya sih seorang cewek Mas."
"Cewek?"
Satriyo mengangguk.
Kecemasan mulai tergambar di raut wajah Lazuarrdi. Perasaannya kembali tidak tenang. Sama seperti beberapa kejadian yang sering dia alami.
"Tapi, pakaian yang dia pakai kayaknya aneh Mas."
"Aneh gimana?"
"Seperti wanita Jepang jaman dulu."
Deg!
"Hemmm ...!" Lazuarrdi pun tertegun mendengar cerita Satriyo.
'Apa ini masih berhubungan dengan pedang samurai kakek?' bisik Lazuarrdi dalam hati.
Saat mereka sibuk memperhatikan percikan darah di bagian bamper depan. Dari arah dalam mobil. Tiba-tiba, lampu menyala dan berkedip-kedip. Membuat mereka berdua terhenyak. Lalu saling berpandangan.
"Ke-kenapa lampunya nyala sendiri, Mas?" Raut wajah Satriyo mulai terlihat tegang.
Lazuarrdi hanya terdiam tak menjawab. Tatap matanya tajam mengarah pada mobil yang ada di hadapannya.
Seketika itu juga, aura yang sangat berbeda mulai terasai. Beberapa kali Lazuarrdi menelan ludah. Untuk membasahi tenggorokan yang terasa kering dan tercekat tiba-tiba. Dadanya pun mulai berdebar-debar.
"Mas, ada apa ini?" ulang Satriyo dengan menepuk lengan Lazuarrdi.
"Aku juga enggak tau Satriyo. Coba kamu matikan lampunya!"
"Haaahhh? Sa-saya ...?"
"Iya, kamu. Kenapa?"
"Ta-tapi saya takut, Mas Ardi."
Tak menunggu kalimat pembantahan panjang lebar. Lazuarrdi berjalan menuju pintu mobil. Walau terlihat ragu. Dia mencoba mematikan semua lampu yang berpijar.
Tiba-tiba, dari arah belakang. Dari ujung kedua sudut matanya. Lazuarrdi menangkap sosok bayangan hitam kehijauan.
"Haaahhh!" Dia terperanjat.
Jantungnya berdegup kencang. Dengan tarikan napas yang menderu keras.
'Si-siapa yang yang duduk di jok paling belakang itu?'
Lazuarrdi memberanikan untuk melihat dari spion dalam. Matanya terbelalak. Dengan mulut yang terperangah.
Napasnya semakin memburu. Seolah sedang dikejar oleh sesuatu. Pandangan mata pun tak bisa dia alihkan begitu saja.
Dalam penglihatannya. Dia melihat sosok seorang wanita mengenakan pakaian kimono berwarna hijau, dan obi (sabuk) berwarna hitam. Namun, di sekitar bagian dada dan leher. Lazuarrdi melihat bercak darah segar, yang terus menetes.
"Ke-kenapa ada banyak darah di badannya?"
Lazuarrdi terus memberanikan diri, untuk memperhatikan penampakan sosok itu. Sontak matanya melotot. Kala melihat wanita tanpa kepala. Lehernya terpenggal rata. Lebih mengejutkan lagi. Dalam genggaman tangan sosok wanita itu. Terlihat sebuah kepala seorang wanita, yang bersanggul lengkap khas Jepang.
"Aaaarghhh!"
Teriakan Lazuarrdi mengejutkan Satriyo yang berdiri di bagian depan mobil. Terlihat lelaki tampan itu, keluar menjauh. Tangannya bergetar, dengan menunjuk ke arah mobil miliknya.
"Mas Ardi kenapa?" tanya Satriyo ikut panik.
"Wa-wanita, Sat! A-da wanita di dalam mobil," ucap Lazuarrdi lirih.
Kedua lutut Satriyo seketika terasa lemas.
"Ma-maksud Mas Ardi apa? Sa-ya enggak lihat siapa-siapa."
"Co-coba kamu lihat lagi!"
Satriyo pun menoleh ke arah mobil. Yang hanya berjarak lima meter dari mereka berdua berdiri saat ini. Lantas Satriyo menggeleng.
"Enggak ada siapa-siapa Mas Ardi?"
"Lihat lagi yang jelas! Bila perlu kamu maju ke sana, Satriyo!"
"Sa-saya ...?" Suara Satriyo terdengar bergetar.
Melihat sopirnya yang belum apa-apa sudah ketakutan. Membuat Lazuarrdi menekan perasaan takutnya. Tangannya menarik pundak Satriyo untuk ikut berjalan bersama.
"Ayo ikut!"
"Haaahhh?" Satriyo hanya bisa terbengong.
Kini keduanya sudah berdiri di samping mobil. Kemudian melihat dari balik kaca jendela. Memperhatikan dengan seksama. Dari ujung ke ujung hingga bagian belakang.
"Kamu lihat?"
"Enggak ada apa-apa, Mas."
Sosok wanita yang terpenggal kepalanya sudah tak terlihat. Pandangan mata Lazuarrdi tertuju pada pedang samurai, yang masih tetap di jok.
'Siapa wanita itu?'
Saat wajah Lazuarrdi menempel di jendela. Dia kembali melihat bayangan yang aneh. Seperti menyelinap di antara jok tengah dan belakang. Seakan berjalan merangkak, lalu beralih masuk ke bawah jok.
Lelaki tampan itu langsung bergidik. Dia merasakan bulu kuduknya berdiri dan sangat merinding.
"Aku kali ini benar-benar merinding Satriyo ...."
Suara Lazuarrdi terdengar lirih dan serak.
***
Baca juga karya ku lain. KUKU BU SAPTO, terima kasih.
Tepat pukul dua belas siang. Mereka baru terbangun. Dan bergegas berkemas. Annisa yang sudah sedari tadi siapa sedang berjongkok di makam Kazumi atau Karmila.Dia membacakan Yasin dan doa untuknya. Dari ambang pintu Lazuarrdi melihat ke arahnya dengan wajah yang segar. Lalu berjalan mendekati Annisa."Maaf, enggak bisa seperti rencana semula Nis.""Enggak apa-apa kok Mas Ardi. Saya juga baru bangun kok. Buru-buru mandi terus ke sini sebentar.""Berarti belum makan?"Annisa menggeleng."Yuk, makan dulu. Kayaknya Marni sudah siapkan semuanya.""Baik, Mas."Langkah keduanya menuju ruang makan. Terlihat Marni yang sibuk menata piring."Kamu masak apa beli, Mbak?""Saya beli nasi padang Mas. Takut kalau di warung yang lain, Mas Ardi enggak suka. Soalnya agak manis masakannya."Apa yang dikatakan Marni dibenarkan Lazuarrdi. Segera dia duduk dan memanggil Satriyo yang sibuk memasukkan barang-barang."Kamu m
Hampir satu jam mereka merawat jasad yang sudah jadi tengkorak itu. Tepat pukul tiga pagi. Mereka kembali mengebumikan Kazumi atau Karmila."Innalillahi Wainna Ilaihi Rojiun!" ucap para warga serempak."Bahwa apa yang berasal dari-Nya. Pasti akan kembali kepada pemilik-NYa."Setelah prosesi pemakaman selesai. Beberapa warga beristirahat dengan suguhan yang dibikin oleh Marni."Annisa! Apa yang sebenarnya terjadi saat di dekat sungai tadi?""Maksud Mas Lazuarrdi?""Apa benar Kazumi meminta kamu mencari Kenanga?"Cukup lama Annisa terdiam."Kenapa kamu diam?""Ehhh ...."Wanita cantik menghela napas panjang. Lalu mengangguk."Tapi saya tak mau berjanji padanya. saya sudah tegaskan itu Mas. Akan semakin panjang kalau kita mencari Kenanga. Kita enggak tau harus bermulai dari mana juga 'kan?""Cuman yang aku takutkan, suatu saat nanti. Dia akan menganggu kita lagi, dengan meminta janji itu.""Mas,
"Mas Satriyo! Bisakah ambilkan dua lembar daun itu?""Bisa, Mbak. Sebentar!"Kedua kakinya berlari kecil meninggalkan Annisa dan Lazuarrdi yang masih terduduk di tanah."Kenapa perasaan aku sedih sekali, Nis? Seperti hancur, gelap, tak berdaya. Seolah hidup aku ini tak ada artinya lagi.""Mas Ardi banyak istigfar ya. Terus baca aya Qursi tiga kali, serta surat pendek tiga Qul. Mas Ardi bisa?"Lelaki tampan menggeleng dengan pandangan yang mengarah pada Annisa."Kalau begitu sholawat yang banyak saja Mas. Sama istigfar ya, biar perasaan Kazumi enggak terbawa Mas Lazuarrdi.""Baik, Nis."Tak lama. Satriyo sudah datang dengan memebawa dua lembvar daun keladi. Lantas memberikan pada Annisa.Sebelum mengambil kepala Kazumi, Annisa membaca doa terlebih dahulu. Setelah selesai. Dia memungut dengan kedua tangan beralaskan daun talas."Biar saya yang bawa!" tegas Annisa.Mereka pun berjalan pulang menuju rumah
"Kazumi sangat terluka. Aku kesakitan bukan saja raga aku. Tapi, jiwa aku. Apalagi saat aku mendengar kabar, Hayato membunuh semua keluargaku. Saat itu kehidupanku seperti runtuh. Aku ingin mati ... aku ingin mati! Apalagi Takashimo yang menyayangi aku penuh ketulusan. Dibunuh oleh bajingan laknat itu! Belum lagi Kenanga. Di manakah Kenanga berada? Sampai kematian aku pun tak mendapatkan lagi kabar tentang dia. Di mana diaaa ... Kenanga saat itu masih berumur muda sekali. Dan Hayato sudah menjadikannya Jugun Ianfu. Karena kemarahannya padaku," isak tangis Lazuarrdi dengan suara yang berbeda. "Apa aku salah membunuhnya dengan keji?!"Kali ini Lazuarrdi yang duduk bersimpuh menoleh perlahan ke arah Annisa yang berdiri di sampingnya. Sorot matanya tajam, menatap Annisa dengan berurai air mata."Jika memang kau ingin memakamkan aku dengan layak. Ada satu syarat yang aku pinta!"Annisa yang masih terperanjat tak langsung menjawab. Dia masih terpaku dengan mata yang m
"Ke-kenapa, Mas?"Dia terus menggeleng dengan raut wajah yang sangat tegang. Tarikan napasnya terdengar memburu. Lazuarrdi ikut merebahkan tubuhnya di sebelah Annisa yang terus menatap lelaki tampan itu."Mas Ardi kenapa sih?""A-aku lihat dia Nisa.""Terus?""Awalnya dia terlihat layaknya seorang wanita berkimono. Tapi ... tiba-tiba, kepalanya kayak terpenggal begitu saja. Dan jatuh ke tanah."Sontak mendengar penjelasan seperti itu. Annisa langsung berusaha bangkit dari tempat dia berbaring. Membuat Lazuarrdi menatap tajam ke arahnya, dengan pandangan heran."Mau ke mana kamu?""Ayo, Mas! Aku sudah tau di mana letak kepalanya.""Maksud kamu?""Ayo, Mas!"Dibantu Lazuarrdi, Annisa berjalan lembat menuju pohon gayam itu. Diikuti oleh Satriyo yang terus menyorot ke arah mereka."Tunjukkan di mana Kazumi berdiri Mas!""Di tempat aku berdiri sekarang.""Oke, tunggu bentar Mas!"Anni
Dia mengangkat botol yang diberikan Mbah Sukro. Lalu mulai memercikkan air di sekitaran pohon gayam yang terlihat kokoh beridri di hadapan mereka.Saat Annisa sibuk mengucurkan air. Dedaunan pohon gayam seperti bergerak-gerak. Sampai menjatuhkan dedaunan yang kering.Sontak ketiganya melihat ke atas. Mereka seperti melihat dua titik cahaya merah. Seperti bola mata yang terus menatap ke arah mereka."I-itu ... apa Mbak Annisa?" teriak Satriyo membuat mereka berlari sedikit menjauh. Diikuti Annisa.Saat Annisa mendongak, dua titik berwarna kemerahan tak lagi terlihat."Aku masih belum selesai Mas. Kurang sisi utara aja," bisik Annisa."Ayo, kita kembali ke pohon itu!" ajak Lazuarrdi.Suasana benar-benar mencekam. Angin semakin berembus kencang."Bismillah, ya Allah bantu kami," bisik Annisa.Saat mereka kembali mendekati pohon gayam itu. Annisa merasa ada seseorang yang tengah memandang mereka. Sontak dia
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments