Keluarga Benalu 18
PoV NAYMA
Mobilku baru saja melewati pintu gerbang rumah ketika tiba - tiba saja sebuah taksi online berhenti tepat di depanku. Dari dalamnya, Mama melompat turun. Aku sedikit tertegun melihat penampilan Mama yang tanpa make up. Sebuah pashmina hitam melilit kepalanya. Dan kali ini dia datang sendiri tanpa Ara yang biasanya selalu ada di belakangnya.
Mama menghampiri mobilku, mengetuk kaca jendela sambil tersenyum. Aku mendesah. Rasanya ingin sekali mengabaikan kehadiran Mama seperti halnya Mas Ardan tadi pagi. Tapi melihat penampilan Mama yang hanya bersandal jepit, membuat rasa iba muncul di hatiku.
"Nayma, anak Mama. Mantu kesayangan Mama." Ujar Mama begitu aku menurunkan kaca mobil
Keluarga Benalu 19Aku berlari keluar dengan perasaan tak karuan. Ada apa dengan Ara sampai dia pingsan? Shandy dan Fika mengikutiku. Di luar, Ara didudukkan di kursi sudut depan cafe."Permisi, boleh saya lihat?"Shandy mendahuluiku memeriksa Ara. Kuraba keningnya dan aku nyaris tersengat merasakan keningnya yang panas. Fika mengikuti tindakanku. Kami saling tatap."Dia benaran sakit, Shan." Desis Fika.Shandy tak menjawab. Dia mengusir kerumunan orang yang ingin tahu dengan mengatakan bahwa kami mengenal gadis ini dan akan membawanya ke klinik. Aku bergegas mengambil mobilku di parkiran. Dibantu beberapa pegawai cafe, kami menggotong Ara
Keluarga Benalu 20 FLASHBACK6 tahun lalu.Aku memutar kunci mobil berkali - kali, mencoba menghidupkannya. Entah apa yang terjadi dengan mobilku sehingga barusan batuk - batuk dan mati. Padahal aku sedang terburu - buru menghadiri meeting yang diadakan sebulan sekali. Ayah akan mengomel panjang pendek jika melihatku terlambat."Lihat calon pemilik hotel ini. Bagaimana bisa dia bertahan dan berkembang kalau disiplin saja tak bisa?""Sudah Ayah bilang pakailah sopir. Tak perlu menyetir sendiri kalau mesin saja tak mengerti."Aku meringis mengingat ucapan Ayah ketika kejadian yang sama menimpaku beberapa bulan lalu. Kesal, kupukul - pukul setir mo
Keluarga Benalu 21Aku terbangun kaget ketika menyadari suhu tubuh Aryan yang tidur di sampingku tiba - tiba sangat tinggi. Kulirik jam di atas nakas, baru pukul 3 pagi. Aryan tertidur dengan gelisah. Suara rintihan terdengar samar dari bibirnya. Kuambil termometer yang selalu ada di laci nakas, mengukur suhu tubuhnya.39 derajat celcius. Tinggi sekali.Tergopoh - gopoh aku menuruni tangga, menuju lemari obat untuk mengambil syrup penurun panasnya. Dari celah pintu dapat kulihat lampu kamar Bik Sum sudah menyala menandakan beliau sudah bangun. Bik Sum biasa bangun untuk sholat malam. Setelah mendapatkan obatnya, aku kembali berlari ke atas."Bangun sebentar ya sayang, kita minum obat."&nbs
Keluarga Benalu 22Mobil fortuner putih itu berhenti tepat di depanku. Shandy dan Krisna melompat turun dan berlari menuju mobilku. Aku keluar, namun shock membuat kakiku lemas. Beruntung Shandy sempat menangkapku sebelum terjatuh."Shan… Aryan…"Aku tak mampu meneruskan kata - kata. Tenggorokanku tercekat, terasa ada batu besar yang menyumbat di sana. Shandy memelukku erat - erat."Tenanglah, kita akan cari Aryan. Kita pasti menemukannya."Shandy menuntunku masuk ke mobil, kali ini ke sisi samping pengemudi. Dia lalu memesan taksi online untuk memulangkan Bik Sum. Kasihan Bik Sum, beliau duduk meringkuk di belakang. Pucat dan ketakutan.
Keluarga Benalu 23Aku berlari menuju sumber suara. Di kamar belakang, di atas dipan kayu beralas kasur lusuh, anakku terbaring dengan tubuh tersentak - sentak. Wajahnya pucat pasi. Darahku terasa surut, jantungku berdebar kencang melihat putra kesayanganku dalam kondisi menyedihkan."Aryan!"Aku memburu ke arah dipan, Shandy mengikutiku dari belakang. Tapi tak kusangka, Mama menghalangiku meraih tubuh anakku."Jangan ambil Aryan!"Aku meledak, kudorong tubuh Mama hingga tersungkur. Ara yang berdiri di sisi lain dipan menjerit melihat Mamanya terjatuh."Kalau sampai terjadi sesuat
Keluarga Benalu 24Aku terisak lama dalam pelukannya. Abangku satu - satunya, yang selalu melindungiku sejak kecil. Yang sangat marah bahkan ketika ada seekor nyamuk menggigit dan meninggalkan bekas bentol di tanganku. Dia yang rela membatalkan acara kempingnya demi aku yang tak mau ditinggal. Dia yang tak malu bertingkah layaknya badut hanya agar aku tertawa. Dapat kurasakan amarah yang tersimpan di matanya. Dibiarkannya aku menangis lama sampai aku sendiri yang melepaskan pelukannya.Bang Azka menuntunku duduk di sofa sudut kamar. Sementara Aryan dan kedua teman kecilnya tengah asyik membuka oleh - oleh. Ada Shandy juga di sana, memandangi kami diam - diam. Juga Fika yang menyusut air matanya sambil menunduk."Kenapa kau diam saja selama ini? Tak memberitahu Abang pa
Keluarga Benalu 25Ada yang nyeri di sini, di dalam hatiku, mendengar kalimat itu. Meski aku membencinya, meski aku tak sabar ingin berpisah dengannya, kalimat itu tetap saja membuatku sedikit terguncang. Usahaku memperjuangkan dirinya selama nyaris 6 tahun ini, berakhir sia - sia. Shandy memelukku erat, mencegah airmataku tumpah di hadapan semua orang."Keputusanmu adalah yang terbaik. Kau berhak untuk bahagia. Seumur hidup akan terlalu lama jika kau habiskan untuk lelaki sepertinya." Bisik Shandy.Aku memejamkan mata. Biarlah nanti, aku menangis sendiri. Menangis karena dia untuk terakhir kalinya.Mas Ardan telah pergi 1 jam yang lalu setelah menandatangani surat bermaterai yang menyebutkan bahwa dia t
Keluarga Benalu 263 hari lagi Bang Azka dan Shandy akan menikah. Ballroom hotel telah mulai dipersiapkan untuk menggelar akad nikah sekaligus resepsi. Salah satu kamar president suite juga telah kusulap menjadi kamar pengantin. Aku turun tangan sendiri memilih dan merancang semuanya. Jika Shandy melakukan semua yang terbaik untuk proses perceraianku, aku mengerahkan segala kemampuan agar pernikahannya sempurna. Sungguh ironis.Selama beberapa hari ini, setelah kedatangan Mama tempo hari ke hotel, aku tak mendengar kabar apapun dari Mas Ardan dan keluarganya. Mereka bagai ditelan bumi. Meski begitu aku tak boleh lengah. Penjagaan di rumah kembali diperketat. Mbak Rina pengasuh Aryan bersama - sama Bik Sum bertugas memantau anakku 24 jam sementara aku memastikan persiapan pernikahan dengan bantuan Fika. Shandy dan Bang Azk