Perempuan itu berkata “Aku suka, tapi sekarang aku sangat membenci keramaian, aku ingin tempat yang sepi dimana hanya ada ketenangan”.
Mendengar hal itu Furqon jadi mengingat dirinya sendiri hingga tanpa sadar ia berkata “Apa kamu mau tinggal bersamaku?”.
“Hahaha bagaimana mungkin? apa kamu mau menikahiku?” ucap perempuan itu dengan mudahnya sambil tertawa.
Lalu Perempuan itu menoleh kearah makam kedua orang tua Furqon lalu berkata “Om, tante, apa aku ini calon menantu idaman bagi kalian?” ucapnya tersenyum jahil tapi terlihat sangat manis sekali.
Furqon yang menyadari kebodohannya lalu tersenyum kecil, dan berkata “Aku tinggal sendiri bersama para pembantu dirumahku. Dan orang tuaku juga sedang berpiknik disini”, ucap furqon sambil menoleh kearah makam kedua orang tuanya.
“Hmm aku… aku .. mau… tapi aku tidak bisa pindah begitu saja dari panti asuhan, banyak prosedur ya
Setelah pergi ke kamarnya, larasati bertanya pada dirinya sendiri “Apa Tuan muda Furqon tidak mencintaiku lagi? atau memang tidak pernah mencintaiku?” larasati jadi terbayang masa lalunya dengan Furqon.*Flash back On*Saat pertama kali Larasati pindah ke rumah Furqon, ketika mereka berusia sebelas tahun, ia melihat Furqon hanya terdiam membeku didepan jendela dengan pandangan kosong.“Ibu, dia siapa?” sambil melihat kearah jendela tepat dimana furqon berdiri.“Dia adalah Tuan muda sekaligus pemilik rumah ini sekarang” jawab Bu diyah.Lalu Larasati hanya menoleh dan tersenyum kearah Furqon, lalu setelah beberapa saat Furqon pun tersenyum.Setiap harinya Furqon tidak pernah tersenyum atau bicara kepada siapapun, tapi setiap kali ia berpapasan dengan Larasati ia selalu membalas senyum Larasati.Ketika Larasati menangis, Furqon datang dengan sapu tangan khususnya dan memberinya kepada Larasati. Ia deng
Setelah semua orang pergi, ia berkata lirih “Apakah pembunuh itu kembali? Apakah Pak seno??”Tubuhnya membeku masa lalu seolah langsung terpapar nyata dihadapannya. Kepalanya langsung sakit melihat darah pak seno yang masih dilantai. Ia meremas kuat rambutnya menahan sakit kepala. “Jaaangaaannn …. Tuaann haliiimmm…. Tooloonggg…” Tiba-tiba ia mendengar suara teriakan putri pak seno. Ia melihat ke kiri dan kekanan, di setiap sisi ia melihat putri pak seno yang berteriak ketakutan.“berhentilah memanggil nama ayah ku, ayahku tidak pernah dan tidak akan pernah melakukan hal itu…!!!” Furqon berteriakTiba-tiba ia melihat pak seno yang menancapkan pisau berkali-kali sambil tertawa terbahak-bahak dan ibunya tergeletak dilantai bersimbahkan darah. Semua pandangan yang menghantuinya selama ini bermain-main didepan matanya.Ia tidak tahan hingga akhirnya ia merasakan kakinya berjalan keluar rumah
“Kakek dari tadi bersama aku disini, memangnya kenapa fur?” tanya Rahelsa kepada Furqon.“Ohhh.. tidak ada apa-apa. Tadi aku melihat korban kecelakaan dan aku pikir tadi itu pak lukman,” jawab furqon terbata.“Tapi kamu lebih terlihat sedang mencari tersangka dari pada korban kecelakaan itu!” sanggah Rahelsa.Furqon yang terkejut mendengar penuturan Rahelsa jadi salah tingkah. Ia menatap Rahelsa dan pak Lukman secara bergantian, hingga akhirnya sebuah kalimat terlontar dari bibirnya “Kalau begitu saya permisi pak, maaf mengganggu.”“Masuk dulu nak, kamu terlihat sangat kelelahan sekali,” ucap pak Seno yang melihat keringat sebesar biji jagung di kening dan diujung pelipis matanya.“Tidak pak, terima kasih” ucap Furqon lalu segera membalikkan badan meninggalkan kediaman pak Seno.Furqon segera berlari ke jalan raya dan memanggil sebuah Taxi. Ia segera menyusul
“Apakah itu orang yang sama Fur?” tanya pangeran.“Tidak, sepertinya orang yang ada di CCTV masih berusia dua puluh tahunan” ucap Furqon.“Apa mungkin itu adalah anak dari sang pembunuh?” tanya Pangeran lagi.Furqon mencoba mengingat pak Seno, yang dia tahu anaknya yang paling muda adalah putrinya yang sekarang mengidap gangguan jiwa.“Apa mungkin pak Seno punya punya anak yang lain lagi?” Furqon berucap pelan, tapi masih terdengar oleh Pangeran.“Pak Seno? Siapa dia?” tanya pangeran sambil melihat kearah Furqon yang terlihat sedang berpikir.Tiba-tiba ponsel Pangeran bordering, ia langsung mengangkat.“Iyaa, Aku dan Furqon baik-baik saja… Aku akan kesana lima belas hari lagi… Okay….” Pangeran menutup ponselnya.“Fur, tadi Abangku, Sultan titip salam, dia minta kamu makan teratur!” Ucap Pangeran sambil tersenyum kearah Furqo
Furqon dengan cepat melajukan motornya menuju ketempat seseorang yang tadi ia hubungi melalui telepon. Ia sampai di sebuah toko elektronik dan langsung disambut hangat oleh sang pemilik toko.“Haiii tuan muda Hadinata Furqon Utama, bagaimana kabarmu?” kata sang pemilik toko.“Aku baik tuan Haidar, bagaimana kabarmu?” sahut urqon. Ya dia adalah Hairdar Smith seorang pebisnis elektronik. Yang berdarah indo dan inggris. Furqon terbiasa memanggilnya Haidar bukan smith karena itu adalah permintaan dari Haidar.“kabarku baik, apa kamu membutuhkan sesuatu tuan Utama? tanya Haidar.“Aku membutuhkan kamera tersembunyi berukuran kecil dengan kualitas terbaik,” jawab Furqon.“Ohhh kamu bisa memilih sesukamu” ucap Haidar lalu menunjukkan koleksi kameranya yang hampir lengkap dari semua merk seluruh dunia mulai dari harga terendah hingga harga tertinggi.Furqon hanya mencari kamera dengan kualitas yan
Setelah matahari mulai tenggelam, Pangeran menghempaskan tubuhnya di sofa mewah yang ada di ruang tamu ia lelah karena telah melalui hari yang sangat panjang dan berat. Baru saja pangeran hendak memejamkan matanya, Furqon langsung muncul dihadapannya.“Apa kamu menemukan sesuatu?” tanya Furqon.“Sesuatu?” tanya pangeran yang dalam keadaan lelah dan teramat malas.“Yaa dari CCTV para tetangga…” jawab Furqon.“Ohhh iyaa.. aku sudah melihat wajah pembunuh itu dan juga nomer plat motornya” ujar Pangeran.“Bagus, kita langsung hubungi polisi saja” jawab Furqon.“Ohh… aku pikir kamu akan melarangku, dan mencari orang itu sendiri,” seru Pangeran sambil terkekeh.“Semakin banyak yang mencarinya maka akan semakin cepat ia tertangkap!” ucap Furqon.“Iyaa sih… lagi pula kita tidak boleh sok jagoan dan mengabaikan polisi yang dise
Jam sudah menunjukkan pukul sepuluh pagi. Perut yang keroncongan membuat Pangeran akhirnya membuka matanya.“Apa? sudah jam sepuluh pagi…” mata Pangeran membulat tidak percaya. Ia seharusnya tidak membuang waktu dan mencari petunjuk tentang datang penyerangan pak Lukman.Pangeran segera berlari kekamar mandi untuk membersihkan tubuhnya. Sekitar sepuluh menit ia didalam kamar mandi, lalu ia keluar dan segera mengenakan pakaiannya. Pangerann terlihat tampan dengan baju kaos putih dan celana chino hitam longgar yang ia gunakan.Segera ia lajukan motornya menuju kantor polisi.“Pagi pak, saya Pangeran Mirza Haris, sepupu dari Hadinata Furqon Utama. Bagaimana dengan kasus penyeran terhadap sopir kami? Apa sudah ada perkembangannya?” tanya Pangeran pada kepala polisi yang duduk di depannya.“Begini dik, kami masih dalam proses investigasi dan sedang berusaha mencari barang bukti dan pelaku berdasarkan keterangan yang
“Permisi…..” ucap pangeran dibalik pintu, lalu ia mengetuk pintu hingga panggilan ketiga kalinya, pintu tetap tidak terbuka. Lalu ia mengintip melalui jendela kaca rumah pak Seno. ia hanya melihat ruangan kosong. Samar samar ia melihat seseorang gadis yang terpasung kakinya, yang mencoba bergerak dengan cara merayap dilantai. “Siapa itu?” gumam Pangeran. Lalu tiba-tiba matanya melotot dan terlintas sesuatu dipikirannya. Lalu ia mendobrak pintu rumah pak Seno. Brakkkkk pintu rumah pak Seno pun berhasil dibuka paksa oleh Pangeran. “Si… siapa kamu?” tanya wanita itu. Lalu Pangeran buru-buru menghampiri wanita itu, “Mbak tidak apa-apa? apa yang terjadi? Apa mbak diculik?” tanya Pangeran bertubi-tubi. “Siapa kamu? Jangan mendekat!” ucap wanita itu ketakutan. “Tidak mbak, aku bukan orang jahat, aku mau menolong mbak…” ucap Pangeran sambil menatap wanita itu. ia pun bergegas mencari sesuatu untuk menghancurkan gembok besar yang mengun