Kutukan Liontin

Kutukan Liontin

last updateLast Updated : 2025-09-26
By:  Little FoxOngoing
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
Not enough ratings
5Chapters
3views
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Di dunia yang dikendalikan oleh kekuasaan, dog tag adalah kutukan. Sena, seorang anak yang dipaksa menjadi senjata, bertemu dengan Chalista, seorang gadis yang hidupnya terancam. Cinta tumbuh di antara mereka, tetapi takdir memiliki rencana lain. Mampukah mereka melawan kekuatan gelap yang ingin memisahkan mereka? Atau, akankah cinta mereka menjadi pengorbanan terakhir dalam permainan berbahaya ini?

View More

Chapter 1

bab 1

Gemerincing logam beradu. Dog tag, identitas yang terkalung di leher mereka, lebih terasa seperti rantai takdir. Tak seorang pun meminta jalan hidup ini, namun di sinilah mereka—terjebak dalam pusaran yang tak bisa dihindari.

Setiap hari adalah perjuangan. Seorang anak laki-laki, dengan tatapan kosong, mencari secercah makna di kerasnya dunia.

Di pekatnya malam, di jantung hutan kota, sosok Sena Izumi muncul. Usianya mungkin baru sebelas tahun, tetapi katana terselip di pinggangnya, dan dog tag dengan namanya terukir jelas, menjadi saksi bisu keberaniannya. Tanpa ragu, ia menyusuri jalan setapak.

Langkah Sena terhenti di bawah pohon raksasa. Kepalanya mendongak, menelusuri batang kokoh hingga dahan tertinggi. Dengan sekali lompatan, ia meraih dahan itu. Dari ketinggian, panorama kota terbentang—gemerlap lampu, sungai kendaraan yang tak pernah berhenti mengalir. Angin membelai rambutnya yang panjang, membawa serta aroma aspal dan kehidupan.

Kilauan lampu kristal memancar dari sebuah gedung mewah. Dari balik jendela, gelak tawa dan obrolan para elite berbaur menjadi simfoni kemewahan.

Sebuah limosin hitam berhenti di depan karpet merah. Pintu terbuka, dan keluarga kaya raya melangkah keluar—ayah dengan setelan jas mahal, ibu dengan gaun malam berkilauan, dan putri kecil mereka, tak lebih dari sepuluh tahun, dengan gaun pesta yang mewah.

"Dad, tempat ini ramai sekali," Chalista berseru, matanya berbinar menatap kerumunan.

Senyum hangat merekah di wajah kedua orang tuanya.

"Inilah pesta, sayang," sahut sang ibu, mengusap lembut rambut putrinya.

Chalista tertawa riang. Pesta adalah dunia ajaib baginya.

"Ayo, jangan sampai ketinggalan," ajak sang ayah, mengulurkan tangannya.

Bergandengan tangan, mereka memasuki gedung. Di ambang pintu, seorang pria berjas mahal menyambut mereka dengan senyum lebar.

"Cristiano, senang sekali Anda bisa datang," sapanya ramah.

"Mareno, terima kasih atas undangannya," balas Nyonya Cristiano, anggun dan menawan.

Sembari berbincang, tanpa mereka sadari, sepasang mata mengawasi gerak-gerik keluarga Cristiano dari kejauhan.

"Situasi?" bisik seorang pria melalui earphone.

"Aman terkendali," jawab suara di seberang.

"Ingat, target kita adalah gadis kecil itu. Sekecil apa pun celahnya, segera amankan dia!" perintah suara lain dengan nada mendesak.

"Roger!"

Chalista mulai gelisah di tengah hingar bingar pesta. Dengan langkah ringan, ia menyelinap keluar gedung, tanpa sepengetahuan orang tuanya.

Udara segar langsung menyambutnya. Chalista menyusuri jalan setapak, menikmati keindahan taman yang bermandikan cahaya rembulan. Tanpa sadar, langkahnya membawanya hingga ke puncak bukit hutan kota. Ia tidak tahu, di atas sana, seseorang tengah mengamati langit dari atas pohon.

"Bintang-bintang di sini lebih dekat," gumam Chalista, bibirnya membentuk senyuman.

Sena tersentak mendengar suara itu. Ia bangkit dari posisi berbaring, matanya tertuju pada sosok Chalista yang berdiri di bawah pohon, menatap langit dengan tatapan polos.

Sena terus mengamati Chalista dari ketinggian. Rasa penasaran mulai menyelinap ke dalam hatinya. Siapakah gadis kecil ini?

Chalista memejamkan mata, membiarkan angin malam membelai wajahnya yang cantik. Di kejauhan, beberapa pria dengan langkah mengendap-endap mulai mendekati Chalista.

Awalnya, Sena hanya mengamati. Namun, saat melihat kilatan pedang mengarah pada Chalista, instingnya berteriak. Tanpa berpikir panjang, ia melompat turun dari pohon, menyambar Chalista dalam gendongannya, dan membawanya menjauh dari bahaya.

"Kyaa!" Chalista menjerit kaget, tubuhnya menegang dalam pelukan asing.

Pria itu terkejut. Dalam sepersekian detik, targetnya lenyap, digantikan oleh sekelebat bayangan yang bergerak begitu cepat. Matanya menyipit, sorotnya liar dan buas, mencari sosok yang berani menghalangi jalannya.

Pandangannya terkunci pada Sena yang mendekap Chalista erat. Tanpa kata, ia kembali menyerang, pedangnya berdesing membelah udara. Sena bergerak lincah, menghindari sabetan demi sabetan sambil menjaga Chalista tetap aman dalam gendongannya.

"Hei, bocah! Jangan ikut campur!" geram pria itu, suaranya menggelegar di tengah hutan. "Serahkan anak itu, atau kau mati!"

Chalista menggigil ketakutan, tangannya mencengkeram erat leher Sena, matanya terpejam rapat. Ia merasakan tubuhnya bergetar hebat.

"Pegang erat," bisik Sena, suaranya tenang namun tegas.

Chalista hanya bisa menurut. Sena terus menari menghindari serangan, melompat di antara pepohonan dengan kelincahan yang menakjubkan. Dalam sekali lompatan, ia meraih dahan pohon dan menarik dirinya ke atas.

Akan tetapi, belum sempat ia bernapas lega, seorang pria lain muncul dari belakang, pedang terhunus siap menebas. Sena terkejut, refleks melompat turun kembali ke tanah.

"Hei! Apa-apaan kau ini?" bentak pria pertama pada rekannya. "Sudah kubilang, biar aku yang habisi dia! Kenapa kau ikut campur?"

"Aku bosan melihatmu bermain-main!" balas pria kedua dengan nada mengejek. "Dari tadi kau tidak bisa menyentuhnya. Bagaimana bisa kau membunuh gadis itu?"

"Cih, aku hanya bersenang-senang. Aku belum serius," jawab pria pertama, berusaha menutupi rasa malunya.

'Sial,' batin Sena, matanya memindai situasi dengan cepat.

"Sudahlah, Yun! Kita serang dia bersama-sama!" ajak pria kedua yang dipanggil Yun.

"Baiklah. Tidak ada pilihan lain," jawab Yun dengan seringai licik.

Sena terpojok. Dua pria dewasa bersenjata lengkap menghadangnya, dan ia harus melindungi seorang gadis kecil. Pergerakannya terbatas, namun sorot matanya tetap tajam, menantang, tanpa setitik pun rasa takut.

"Hehehe... Kau seperti tikus yang terperangkap," ejek pria kedua, seringainya semakin lebar.

Sena terdiam, semakin mengeratkan pelukannya pada Chalista. Kedua pria itu mulai mendekat, langkah mereka mengintai seperti predator yang siap menerkam mangsanya.

"Pegang erat," bisik Sena, merasakan tubuh Chalista yang menegang dalam pelukannya.

Chalista hanya bisa mengangguk kecil, wajahnya pucat pasi. Sena terus bergerak lincah, menghindari sabetan pedang yang datang bertubi-tubi. Dengan sekali lompatan, ia meraih dahan pohon, mencoba mencari posisi yang lebih menguntungkan.

Napas Sena tercekat. Kedua pria itu bagai serigala kelaparan, mata mereka menyala-nyala menatap Chalista. Ia bisa merasakan tubuh gadis itu bergetar hebat dalam dekapannya, ketakutan yang merambat dari tulang hingga sumsum.

"Bocah... serahkan saja gadis itu," desis Yun, suaranya serak dan penuh ancaman. "Kau bisa pergi dengan selamat." Tawaran palsu yang hanya mengulur waktu.

Sena menolak. Ia tidak akan menyerah. Genggamannya pada katana di pinggangnya semakin erat. Inilah satu-satunya senjatanya, harapan terakhirnya.

"Jangan bodoh, Yun!" bentak pria satunya, tidak sabar untuk segera memulai pertumpahan darah. "Kita habisi saja keduanya!"

Tanpa menunggu aba-aba, Yun menerjang maju, pedangnya berdesing membelah udara. Sena refleks menghindar, berputar menghindari tebasan maut itu. Ia bisa merasakan angin pedang itu menyapu wajahnya, nyaris mengenai kulitnya.

Pria satunya ikut menyerang, membuat Sena semakin kesulitan. Ia harus melindungi Chalista, sekaligus menghindari serangan dari dua arah. Gerakannya terbatas, namun ia berusaha semaksimal mungkin untuk tetap bertahan.

"Hahaha... percuma saja kau menghindar!" ejek Yun, semakin bersemangat melihat Sena kesulitan. "Cepat atau lambat, kau akan mati!"

Sena tidak menjawab. Ia terus bergerak, mencari celah untuk menyerang balik. Namun, kedua pria itu terlalu kuat, terlalu berpengalaman. Ia merasa seperti terjebak dalam labirin yang tak berujung.

Tiba-tiba, Yun berhasil menyudutkan Sena di dekat sebuah pohon besar. Ia mengangkat pedangnya tinggi-tinggi, bersiap untuk menebas Sena dan Chalista dalam sekali tebasan.

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

More Chapters

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

No Comments
5 Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status