Share

KEMBALINYA PANGERAN MAFIA
KEMBALINYA PANGERAN MAFIA
Penulis: Hwali

BEKERJA SAMA DENGAN PRESIDEN

Aether menatap langit Indonesia yang mendung, instingnya mengatakan akan terjadi sesuatu. Dimas yang selalu mengikuti Aether, berjalan mendekat dengan khawatir.

"Kenapa anda ada di sini?"

"Bagaimana hasilnya?" tanya Aether yang terlalu malas berbasa-basi.

Dimas menghela napas panjang. "Gagal. Maafkan saya."

"Tidak, tidak perlu. Aku tahu akan menjadi gagal."

"Bos."

Aether menatap Dimas. "Hm?"

Dimas hendak mengatakan sesuatu lalu menggelengkan kepala. "Tidak, tidak apa."

Aether mengangguk lalu berjalan menuju mobil. "Pastikan awasi mereka, aku tidak masalah rencana kali ini gagal."

"Ya."

Aether masuk ke dalam mobil, membaca dokumen yang sudah disediakan Dimas di dalam mobil.

Aether sangat dikagumi oleh kalangan masyarakat bawah, yang bisa dibilang kaum pecundang. Menyelamatkan anak-anak yang dibuang orang tuanya untuk menjadi bawahan dan juga masyrakat yang dibuang oleh orang-orang kota karena tidak bisa bertahan hidup di tengah masyarakat. 

Aether menyediakan tempat tinggal dan menyelamatkan hidup mereka masyarakat kelas bawah. Namun, di kota atas, dia dikenal sebagai ketua mafia Balin yang sudah memporak porandakan kehidupan orang kaya dengan menjadi penghasut.

Satu tahun lalu, Indonesia bertengkar dengan negara Meksiko yang terkenal dengan mafianya, terkait narkoba. 

Indonesia menahan salah satu ketua gembong narkoba dan akan menghukum mati, para pengikut di Meksiko tidak terima dan menyatakan perang. Indonesia tidak takut, namun yang menjadi masalah adalah mereka tidak punya pengalaman untuk melawan mafia besar dari luar negeri, menjaga keamanan dalam negara menjadi sulit karena adanya oknum yang menerima suap.

Indonesia sempat menjadi kacau dan menyalahkan Presiden.

Presiden pun akhirnya turun tangan dan meminta bantuan kepada ketua grup Balin yang terkenal. 

Aether turun tangan dan menangani kelompok itu dengan pengetahuan politik otodidaknya. Tuntutan para musuh hanyalah ingin bos mereka kembali, pemerintah Indonesia tidak ingin membebaskan bos mereka karena rakyat Indonesia yang tidak menginginkannya dan Presiden masih membutuhkan suara dari rakyat.

Aether mencari jalan tengah dengan cara mencari ketua baru untuk mereka. Namun sayangnya pengikut lama tidak ingin adanya pergantian ketua baru, pria itu kembali memutar otak dengan memberikan solusi kepada Presiden.

"Memberikan tanaman ganja ke mereka? Apakah kamu sudah gila? Bagaimana jika rakyat tahu?" tanya Presiden dengan nada cemas.

Aether menggeleng pelan. "Tidak, rakyat tidak akan tahu jika tidak ada yang bocor. Bukankah saat ini bawahan anda sedang melakukan operasi pemusnahan ganja dan mengalih fungsikan lahan ganja?"

"Ya, itu benar."

"Sebaiknya, bakar dan tunjukan sebagian lahan ke masyarakat supaya ada yang percaya, sisanya berikan ke kelompok itu. Kartel Meksiko hanyalah kelompok mandiri, membutuhkan uang yang cukup banyak. Tidak mungkin mereka tidak kehabisan uang untuk mengambil bos mereka, karena itu- berikan jumlah ganja yang cukup, anggap saja sebagai pertukaran nyawa bos mereka yang sudah merugikan negara kita."

"Bagaimana jika rencana kita gagal?"

"Tidak akan gagal, saya sangat yakin karena mereka sudah memiliki ketua baru. Hanya butuh persetujuan dengan anggota lama yang masih berkuasa, mereka tidak mungkin menolak uang yang disodorkan oleh ketua baru."

Presiden menjadi bimbang dan merenungkan saran Aether.

Aether bangkit. "Tidak perlu berlama-lama merenungkannya, bukankah kita harus memanfaatkan sumber daya lokal yang ada untuk kepentingan bersama?"

Tanpa pikir panjang lagi, Presiden menyetujuinya. "Aku akan mengikuti saran kamu. Tapi aku juga tidak ingin mendapat kerugian, pastikan semuanya berjalan lancar."

Aether setuju. "Tidak masalah."

Setelah mendapat persetujuan dari presiden, Aether segera bertemu dengan ketua baru dan juga para anggota lama untuk membahas hukuman ketua lama.

"Ketua lama sudah membuat kerugian banyak hal, kenapa kalian tidak bisa melepaskannya?" tanya Aether dengan menggunakan bahasa Inggris yang fasih.

Anggota lama lainnya yang masih setia dengan ketua lama, mendecak kesal. "Apa yang kamu inginkan? Pergantian ketua baru? Kami tetap menolak keinginan kamu!"

Aether mendorong sebuah dokumen yang dimasukan ke dalam amplop cokelat.

"Apa ini?"

Aether tersenyum santai. "Buka saja, aku jamin- kalian tidak akan menyesalinya, dan yang pasti ini akan menghasilkan banyak uang untuk kalian."

"Apakah pemerintah Indonesia sekarang sedang menjilat kami? Bodoh! Kami punya uang banyak dan tidak ak-"

Aether tersenyum ketika melihat lawan bicaranya terdiam. "Memberikan kalian uang banyak? Selain kalian sudah memiliki uang, bukankah kami sendiri yang akan rugi? Terutama jika menyangkut nama baik sebuah negara."

"Kamu-"

"Dengan begini, apakah anda akan puas? Harga pasaran pun bisa kalian tentukan sendiri dan yang pasti akan mengisi kekosongan kas kalian." Aether tidak suka melakukan pertempuran, yang menjadi korban pasti rakyat sipil yang tidak bersalah. "Ganja ini memiliki kualitas tinggi dan saat ini kami sedang melakukan pembersihan, bukankah istilah membuang sampah pada tempatnya- sangat cocok untuk negara kami?"

Para anggota lama saling menatap dan berdiskusi dengan bahasa ibu mereka.

"Biarkan kami memikirkan hal ini."

"Berikan kami waktu."

Aether mengangguk cepat, tidak ingin mereka berubah pikiran. "Tidak masalah, aku akan menunggu."

Satu minggu kemudian, pihak kartel memberikan jawaban yang memuaskan kedua belah pihak dan ingin menambah pasokan. 

"Kami akan merasa sangat dihargai dan juga akan meningkatkan nama baik Presiden, jika bersedia memberikan tambahan untuk kami."

Dengan kata lain, silahkan bunuh ketua lama kami dan kami akan memberikan apa yang kalian inginkan dengan menambah pasokan uang untuk kami.

"Tidak masalah."

Presiden lega ketika mendengar cerita dari Aether dan menyanggupi permintaan mereka. 

Misi sukses dan negara Indonesia menjadi aman kembali, nama Aether tidak pernah disebut, namun semakin meningkatkan kepercayaan masyarakat Indonesia terhadap Presiden.

Dimas yang sedari awal mengikuti sepak terjang atasannya, bertanya dengan nada khawatir. "Apakah tidak masalah, berakhir seperti ini?"

Hanya orang tertentu saja yang mengetahui sepak terjangnya selama ini. "Hm- tidak masalah." Aether sudah menduga hal ini akan terjadi, selama Indonesia aman dan terkendali, dia tidak akan mempermasalahkannya, dia cukup menjaga dunia bawah. 

Presiden tidak mungkin mengumumkan secara terang-terangan bahwa dirinya telah bekerja sama dengan mafia. 

"Bos, kenapa pemerintah tidak pernah menuliskan nama bos? Padahal bos yang menjaga dunia bawah."

"Tidak apa." Aether tersenyum santai ketika mendengar pertanyaan dari salah satu warga yang ditolongnya.

"Bos, apakah karena berasal dari kalangan pecundang, makanya mereka melakukan hal ini?"

"Tidak." Aether tidak ingin mereka berkecil hati karena status yang dibentuk oleh manusia.

"Bos, saya selalu mendoakan anda untuk bisa menjadi terkenal di Indonesia dan menolong lebih banyak yang tidak beruntung."

Aether hanya tersenyum simpul. "Terima kasih banyak."

Hanya kasta pecundang saja yang tahu bagaimana hati Aether, sementara di kalangan masyarakat atas yang terdiri dari pejabat dan pengusaha, yang tidak mau melihat sepak terjang Aether atau bahkan ada yang takut mendengar ketua Balin. 

Tidak ada yang tahu nama aslinya, semua hanya mengenal Aether sebagai ketua kelompok Balin atau bos.

Aether tersadar dari lamunan, mengingat masa lalu. Sekarang dia melihat pemandangan luar jendela mobil, berdiri gedung tinggi dan mobil mewah banyak lewat. Dia sedikit kesal begitu mendengar hasil gagal, dia tidak bisa menunjukkan kegelisahannya di hadapan para bawahan.

Aether harus bertemu dengan Presiden dan bertanya, tentang proyeknya yang gagal.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status