Share

Part 3

Author: Ai Sheeka
last update Last Updated: 2024-02-17 14:06:57

Usai makan perempuan hamil itu langsung masuk ke kamar. Hingga malam Ressa tidak mendapati sang suami menyusul ke kamar. Bahkan ia sempat ketiduran. Dengan langkah malas kakinya beranjak ke ruang tengah. Tidak ada Tian disana, di kamar sampingnya pun juga tidak ada.

Kemana perginya sang suami. Biasanya Tian akan selalu merayu saat dia marah. Ressa memeriksa garasi, kosong. Mobil Tian tidak ada. Hatinya mencelos, kemana Tian pergi tanpa berpamitan padanya. Apakah menemui Aru?

Paginya Ressa hanya sarapan roti, tidak memasak karena perutnya sedang tidak bersahabat. Lagian suaminya juga tidak ada di rumah. Makan malam kemarin masih utuh dan berakhir di tempat sampah.

Telinganya mendengar suara derit langkah kaki, Tian sudah kembali. Ia harus tetap berakting biasa saja, tidak boleh terlihat kecewa. Biar dia yang menanggung semua luka ini sendirian tanpa perlu orang lain tahu.

"Aku gak masak, mau sarapan roti?" Tawar Ressa basa-basi, mulutnya sudah gatal ingin marah-marah tapi ditahannya.

"Enggak, sudah sarapan?" Tanya Tian sambil tersenyum manis, seolah tidak masalah baru pulang pagi.

"Iya, ya sudah aku bereskan kalau kamu gak mau sarapan." Ucap Ressa tenang, meskipun dalam hatinya ingin sekali marah melihat suaminya yang tidak merasa berdosa meninggalkannya tidur sendirian.

"Aku mau mandi dulu ya?"

Ressa hanya menjawab dengan anggukan kepala. Pikirannya sudah melayang kemana-mana memikirkan Tian.

Apa Tian menginap di tempat Aru? Batinnya bertanya-tanya, bagaimana nanti nasib anak dalam kandungannya kalau Tian memutuskan menikahi kakaknya. Memikirkannya saja membuat hati Ressa tidak karuan.

***

"Sa, aku berangkat ke kantor dulu ya. Mungkin pulangnya agak malam karena lagi ada proyek baru." Tian menyempatkan mengecup kening Ressa yang sedang menyapu di teras. Istrinya ini tidak mau mempekerjakan asisten rumah tangga, padahal sudah ditawarinya berkali-kali.

"Iya, hati-hati, jangan lupa makan." Ucap Ressa lembut seraya melambaikan tangan seolah tidak ada apa-apa yang terjadi dengan hatinya.

Sampai jam sepuluh malam Ressa menunggu Tian pulang, tapi suaminya itu tidak ada tanda-tanda pulang ke rumah.

"Kamu tidur dimana lagi, apa benar di tempat Aru." Gumamnya pada diri sendiri, lagi-lagi ia tidur sendirian, suaminya itu baru menampakkan batang hidung di pagi hari.

"Dari mana?" tanyanya dingin. "Perempuan mana lagi yang kamu temui Tian," cetusnya dengan wajah tak ramah. Ternyata kesabarannya hanyalah setipis tisu yang terbagi-bagi. Ia tidak bisa bersikap tidak peduli dan membiarkan Tian memperlakukannya sesuka hati.

"Aku tidak menemui perempuan manapun, Honey," jawab Tian. Ia hanya menenangkan pikiran, melihat Ressa membuat hatinya terlampau sakit. Tapi dia tidak bisa berterus terang pada perempuannya ini. 

"Lalu kemana Tian, kamu biarkan aku tidur sendirian di rumah dan pergi tanpa berpamitan. Kamu pikir sebagai istrimu aku bisa tenang dengan semua rekam jejakmu itu." Cetus Ressa, berusaha menahan air matanya agar tidak berjatuhan saat ini juga.

"Maaf Honey," Tian mendekat dan merengkuh tubuh istrinya, "maaf sudah membuatmu tidur sendirian. Sumpah, aku tidak bertemu perempuan manapun, aku tidur di apartemen."

"Apa gunanya aku di rumah ini kalau pada akhirnya kamu tetap tidur di apartemen, Tian. Lebih baik aku yang pergi dari rumah ini," ucap Ressa lalu masuk ke kamar dan memasukkan pakaian ke dalam koper.

"Jangan pergi, Sayang." Tian menghentikan istrinya yang sedang mengemasi pakaian.

"Aku ada disini juga nggak ada gunanya!" sarkas Ressa, berpikir ulang untuk mempertahankan rumah tangganya.

"Sayang, tolong dengarkan aku." Tian membawa istrinya untuk duduk disisi tempat tidur. Menenangkan perempuan hamilnya yang sedang emosi. "Aku akan menjelaskan semuanya, tapi tolong jangan pergi, Sayang."

Ressa menahan napas, perasaannya tidak enak. Apa Tian sudah tahu kalau memiliki seorang putri.

"Aku menjauh darimu karena merasa bersalah setiap kali berada di dekatmu, Sayang. Aku terlalu takut kamu pergi meninggalkanku Sa, janji jangan pergi setelah aku jujur ya." Mohon Tian dengan mata berkaca-kaca, sangat takut kehilangan keluarga kecil yang baru saja dibangunnya.

Ressa tahu kemana arah pembicaraan ini, itu artinya Tian sudah tahu kalau memiliki seorang anak dari perempuan lain. Tapi belum tahu kalau dia dan Aruna bersaudara.

"Aku punya anak dari perempuan lain Sa, umurnya sekarang mungkin sudah dua belas tahun." Lirih Tian yang langsung merengkuh tubuh Ressa, takut sang istri langsung kabur darinya. 

Perempuan hamil itu mengatur napasnya susah payah. Ia masih belum siap mendengar langsung pengakuan dari suaminya. Meskipun sudah tahu, tetap saja rasanya sangat menyakitkan.

"Bisa kamu menceraikan aku Tian, dan jaga anakmu itu dengan baik. Biar aku yang menjaga anak kita ini, aku tidak akan melarangnya bertemu denganmu nanti. Aku juga tidak akan menggugurkannya seperti mantan-mantanmu dulu. Aku gak akan sanggup mendengar ada berapa perempuan lagi yang melahirkan anakmu." Lirih Ressa terisak sendu, rasanya sangat menyakitkan mengatakan itu. Namun kenyataannya, Tian tidak hanya menghamili dirinya.

Apa yang sedang menghantamnya sekarang. Pasti ini doa ibu yang sedang bekerja. Mungkin ini semua hukuman buatnya karena sudah menentang ibu. Ressa menyeka air matanya lalu berusaha tersenyum manis.

"Sampai kapanpun aku tidak akan menceraikan kamu, Ressa!" Tegas Tian, mengambil ponsel lalu menelpon Denis agar mengirimkan orang untuk berjaga di rumahnya. Ia tidak akan membiarkan Ressa pergi walau selangkah dari rumah.

"Kamu egois, Tian." Ressa memukuli dada suaminya. "Kamu jahat, kamu ingin membuatku seperti tawanan di rumah ini."

 

"Semua aku lakukan agar kamu tetap berada di sisiku, Ressa. Biar aku jadi egois, aku tidak ingin kehilangan kamu."

"Aku mau pergi dari sini Tian, lepasin aku." Ujar Ressa memberontak, "aku gak sanggup, aku gak sanggup," lirihnya pilu.

"Tidak akan, aku tidak akan melepaskanmu Ressa!" Bentak Tian terbawa emosi, mendengar Ressa ingin bercerai darinya membuatnya hilang kesabaran. "Diam atau aku ikat kamu."

Ressa berhenti memberontak, kalau Tian mengikatnya ia tidak akan bisa bergerak bebas, kasihan janinnya.

"Berani pergi dari rumah ini aku tidak akan memberikan ampun untukmu!" Ucap Tian dingin, melepaskan Ressa dari pelukannya lalu berbaring dengan mata terpejam sambil mengatur napas agar emosinya dapat terkendali.

Ressa diam mematung melihat kemarahan suaminya. Harusnya dia yang marah, tapi sekarang kenapa malah Tian yang marah.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • KEPONAKANKU ANAK DARI SUAMIKU    Part 52C (TAMAT)

    "Haid," jawabnya pelan."Oh, ayo Mommy temani ganti di kamarmu."Deandra mengangguk kecil. Aruna paham, putrinya itu baru kedatangan tamu pertama kali tidak memiliki persiapan apapun."Mas, aku temani Dea ke kamar dulu." Ijin Aruna, setelah mengambil stok pembalut di lemarinya.Denis mengangguk, setelah ibu dan anak itu pergi ia menghela napas panjang. Mereka harus memperhatikan Deandra lebih ekstra lagi. Ia takut Azmi tiba-tiba datang menemui Dea lagi dan melakukan hal yang di luar batas."Mommy, perutku sakit." Rengek Dea setelah keluar dari kamar mandi. Ia langsung berbaring di tempat tidur."Mommy ambilkan obat pereda nyeri ya Sayang." Baginya mungkin hal seperti itu sudah biasa setiap tamu bulanan datang. Tapi tidak untuk gadis yang baru menginjak remaja itu."Dea kenapa Ru?" Tanya Tian yang melihat Aruna terburu-buru keluar dari kamar putrinya."Sakit perut Mas karena baru pertama haid," jawab Aruna cepat."Haid?" Tian melongo, putri kecilnya sudah haid. Itu artinya Dea bukan ana

  • KEPONAKANKU ANAK DARI SUAMIKU    Part 52B

    "Mulutnya, gak dikasih saringan!!" Seru Denis geram pada perempuan yang baru brojol itu. Salah-salah itu akan menjadi pemicu perdebatan diantara dengan Tian."Aku bukan kelapa yang harus disaring dulu untuk mendapatkan santannya Denis.""Terserah kau saja, asal kau bahagia." Gumam Denis jengkel."Kenapa jadi sewot sih, cukup ibu hamil yang sensitif. Bapaknya jangan!" Oceh Ressa semakin menjadi-jadi, seperti tidak baru selesai melahirkan."Urus istrimu itu Tian, bikin kesal aja!" Gerutu Denis keluar dari kamar."Hei, aku adik iparmu jangan semena-mena!" Teriak Ressa.Denis mengendikkan bahu tetap pergi dari kamar Tian."Sayang, mulutnya baru dijahit loh, masih bisa nyinyir aja." Tegur Tian dengan kekehan."Maass, kamu gak jelas!""Kalian semua yang gak jelas. Dea jadi pusing!!" Gumam Deandra melerai perdebatan unfaedah itu. Sebenarnya apa yang mereka permasalahkan. Hanya candaan Daddy yang tertukarkan. Kenapa Daddy-nya yang satu itu jadi sewot.***"Kenapa jadi sewot sih, Ressa cuma be

  • KEPONAKANKU ANAK DARI SUAMIKU    Part 52A

    "Daddy, Mommy sakit apa?" Sambut Deandra.Denis baru pulang memeriksa Aruna sesuai saran sang ibu mertua. Pria itu membawa Dea duduk terlebih dahulu sebelum memberitahunya. Ia khawatir anak gadisnya ini merasa terabaikan."Mommy hamil Sayang, Dea gak papa." Ucap Denis pelan menggenggam tangan putrinya."Dea gak papa, malahan senang mau punya adik lagi." Jawab Dea dengan senyuman ceria. Aruna menghela napas lega. Tadi sangat khawatir saat dokter memberitahu kalau dia positif hamil. Ia tidak ingin putrinya itu merasa terasingkan dan dibeda-bedakan kasih sayang saat memiliki anak dari Denis. Mereka sangat menjaga perasaan Deandra."Makasih Sayang, Daddy tetap sayang sama Dea kok." Denis memeluk Dea seraya mengusap punggungnya hangat."I know Daddy," jawabnya dengan senyuman manis. Sekarang ia di kelilingi oleh orang-orang yang sangat menyayanginya. Hal yang hanya di dapatkannya dari sang ibu selama dua belas tahun ini.Suara bel mengalihkan atensi tiga orang itu, Aruna bergegas membuka

  • KEPONAKANKU ANAK DARI SUAMIKU    Part 51B

    "Kita berpelukannya nanti lagi ya Sayang, Mommy yang sedang butuh Dea sekarang." Tian mengusap puncak kepala anak gadisnya."Bye Daddy, jagain Buba dan adek." Ucap Dea sebelum pergi mengikuti sang nenek dan pengawal ayahnya."Of course, Honey." Tian mengacungkan jempolnya dengan senyuman menawan.***"Hei kenapa menangis?" Aruna menepuk pipi putrinya lembut. Setelah sampai rumah tadi ia langsung ketiduran. Bangun-bangun Dea sudah menangis di sampingnya."Mommy kenapa sakit?" Tanya Deandra pelan."Cuma kecapean Sayang, udah jangan nangis ah. Lihat, kamu diketawain Daddy." Tunjuk Aruna pada sang suami yang senyam senyum sendiri."Daddy emang nakal," Dea memanyunkan bibir cemberut seraya menyeka air mata. Nasib punya ayah dua-duanya usil ya begini."Daddy salah terus deh, kan Daddy gak nyubit kamu kenapa jadi dibilang nakal." Denis sangat gemas dengan putri sambungnya ini, mengunyel-unyel di pipi."Nih buktinya Daddy nakal!!""Daddy sayang sama kamu bukan nakal," Denis terkekeh geli. "M

  • KEPONAKANKU ANAK DARI SUAMIKU    Part 51A

    Denis menggiring istrinya ke kamar mandi. Aruna langsung mengeluarkan isi perutnya di sana. Lelaki itu hanya bisa membantu memijat di tengkuk."Bu, aku bawa Aru pulang dulu ya." Ijin Denis sambil menahan tubuh Aruna yang lemas keluar dari kamar mandi."Iya, kalian hati-hati. Istirahat aja di rumah," sahut Rina menatap putrinya yang sudah pucat."Mommy kenapa?" Tanya Dea khawatir. "Mommy cuma gak tahan nyium baut rumah sakit Sayang, Dea temani Daddy jaga Buba ya." Jawab Aruna sangat pelan."Mommy jangan lupa minum obat," Dea mengingatkan."Iya Sayang," sahutnya dengan anggukan kecil. "Kenapa bau obatnya sampai mobil Mas?" Rengek Aruna di dalam mobil sambil memegangi perutnya yang bergejolak lagi."Gak ada bau obat di mobil ini Sayang," Denis memberikan kresek pada Aruna untuk memudahkan saat muntah lagi."Tapi bau banget, aku tambah pusing. Tolong matiin AC-nya." Denis menurut saja mematikan AC dan membuka kaca mobil sudah seperti diangkot sedia kresek dan AC alami."Tahan sebentar S

  • KEPONAKANKU ANAK DARI SUAMIKU    Part 50C

    Sedang di dalam ruang bersalin Tian mengomel pada Ressa. Pasalnya sang istri itu berjalan bolak-balik di hadapannya. "Sayang, aku pusing lihat kamu mondar-mandir." "Ini biar dedek tau jalan keluar Mas," ujar Ressa. Pembukaannya belum lengkap, Jadi masih menunggu waktunya melahirkan."Sini aku aja yang nunjukin jalan keluarnya Sayang, aku lebih hapal." Sahut Tian, membuat perawat yang berjaga di ruangan itu tersenyum geli."Mas ngomong apaan sih, bikin malu aja." Ucap perempuan yang mau melahirkan itu ketus."Marah-marah terus, ayo tiduran aja nanti kakimu capek." Ressa tetap saja mondar-mandir. Karena tidak mempan dengan ucapan. Tian membuat istrinya itu berhenti mondar-mandir dengan memeluknya."Kamu ini bisa bikin dedek lama keluar loh, Mas.""Enggak, dedek pintar sama Daddy. Sayang cepat keluar ya, jangan bikin Mommy kesakitan." Bisik Tian di perut Ressa. Tidak berapa lama setelah itu Ressa mengeluh perutnya sangat sakit.Bayi yang ada dalam perut Ressa itu patuh pada Tian. Kelua

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status