Share

Part 4

"Maaf Honey," lirih Tian tanpa membuka mata, menggenggam tangan sang istri yang masih duduk di sisinya, deru napasnya sudah mulai beraturan.

"Aku takut kamu pergi, seperti dia yang dulu pergi meninggalkanku. Bahkan aku tidak diberi kesempatan untuk melihat anakku sendiri. Aku sudah mengubur dalam semua tentangnya. Baru aku ingin memulai semuanya denganmu, dia malah muncul di kehidupanku lagi." Tian mengungkapkan isi hatinya, setakut itu ditinggalkan oleh Ressa dan calon anaknya.

Ressa membawa membawa tangannya mengusap rambut sang suami. Selemah itu dia kalau Tian sudah mengeluarkan kata-kata manisnya.

"Jika kamu sangat takut kehilanganku, maka aku sangat takut kamu kembali pada kehidupanmu yang dulu, Tian. Ingin aku mempercayaimu, tapi lagi-lagi dunia mengecohku, aku tidak berdaya, aku bisa apa."

Lelaki itu membuka mata lalu tersenyum membelai pipi istrinya. "Kalau kamu ingin pergi, pergilah sekarang, mumpung aku berubah pikiran. Aku menyayangimu, Ressa, titip anakku."

Setelah merenung beberapa saat, Tian mengalah. Dia tidak bisa egois menahan dan membuat Ressa terluka bersamanya.

"Aku tidak ingin menjadi seperti perempuan yang meninggalkanmu. Aku ingin tetap di sini menjadi tawananmu. Biarlah aku menjadi perempuan bodoh karena sudah memilih tinggal bersama lelaki buaya ini."

Tian terkekeh kecil mendengar ucapan Ressa. Ia bangun lalu memeluknya erat. "Terima kasih masih mau bertahan bersamaku, Honey."

Ressa hanya mengangguk kecil, menyadari kebodohannya karena memiliki hati yang lemah dan malah bertahan dengan alasan agar janin di dalam kandungannya memiliki ayah. Boleh kan kalau dia egois ingin mempertahankan ayah dari bayinya.

"Boleh gak kalau aku ingin bertemu dengan putriku," izin Tian penuh harap.

Selama beberapa saat Ressa terdiam, tidak langsung menjawab. Jujur saja, ada perasaan takut kalau Tian akhirnya kembali jatuh cinta pada Aruna.

"Kamu mau lihat?" Tian membuka menu galeri di ponselnya lalu menunjukkan pada sang istri.

Ressa meringis dalam hati saat melihat foto yang terpampang di layar ponsel Tian. Entah sudah berapa lama foto itu tersimpan disana.

"Dia sudah lama ingin bertemu denganmu Tian," wanita itu tersenyum menyembunyikan segala rasa sakit yang menghujam dadanya.

Flashback on

"Kenapa kamu kasih nama Deandra?" Tanya Ressa penasaran pada bayi mungil yang sekarang ada di hadapannya.

"Biar mirip sama ayahnya, aku berharap suatu hari nanti dia bisa menyayangi ayahnya tanpa kebencian. Karena ini bukan salah ayahnya," jawab Aruna dengan bangga.

"Lalu kenapa harus pergi Aru, kalau dia siap bertanggung jawab?" Ressa gemas pada kakaknya ini.

"Aku tidak ingin hidup bersama orang yang tidak pernah aku cintai Ressa. Bagiku itu sangat mengerikan, hidup penuh dengan kepura-puraan. Quote cinta hadir karena terbiasa itu adalah bullshit."

Ressa hanya bisa menghela napas panjang, tidak mengerti dengan pemikiran Aruna.

Flashback off

"Kamu kenal mereka?"

Pertanyaan Tian menyadarkan Ressa dari lamunannya. "Kenal, aku yang merawat dan menemani Aru sampai melahirkan."

Perempuan itu menggigit bibir bawahnya, bagaimana dia menjelaskan pada Tian tentang siapa Aruna. Dan bagaimana kalau suaminya sering bertemu Aruna nanti, apakah benih-benih cinta itu akan bersemi kembali.

"Kamu tahu selama ini mereka ada di mana?" Tanya Tian antusias. Dia seperti terjebak pada lingkaran setan. Apa sebenarnya hubungan Ressa dengan Aruna, kenapa mereka sedekat itu. Ressa hanya menjawab dengan anggukan kepala.

"Kamu tahu tujuannya kembali ke sini?"

Kembali Ressa menganggukkan kepala, dialah yang menyarankan Aruna untuk untuk pulang agar bisa mempertemukan Dea dengan ayahnya. Walau sampai sekarang Aruna tidak pernah mau mengungkap identitas lelaki yang ternyata suaminya.

"Apa?" desak Tian, dia sudah tidak sabar ingin tahu apa tujuan Aruna muncul kembali. Sedang selama belasan tahun perempuan itu menghilang seperti ditelan bumi.

"Mencari ayahnya Dea," lirih Ressa. Hatinya terasa semakin sakit ketika Tian begitu menggebu-gebu ingin mengetahui tujuan Aruna kembali.

"Aruna siapa kamu, Ressa?" Tian sedikit emosi dengan jawaban singkat istrinya yang tidak mau menjelaskan secara rinci. Kenapa dia jadi marah pada istrinya yang tidak tahu apa-apa.

"Kakakku," jawab Ressa dengan kepala tertunduk.

Apa? Jadi dia memiliki anak dari saudara istrinya. Tian memijat pelipis pening.

"Kalau kamu ketemu Aru, gak perlu bilang aku ini istrimu. Aku akan hadir di sana sebagai adik Aru nanti," ujar Ressa mencicit.

"Itu pemikiran bodoh, Ressa. Bagaimana kalau ayah ibumu tahu akulah ayah dari anak itu. Kamu akan mereka anggap merebut aku dari Aru."

"Tidak apa, kamu bebas memilih antara aku atau Aru. Temui Dea, dia sangat merindukanmu." Ressa menepuk lembut punggung suaminya. Kemungkinan terburuknya dia harus melepaskan Tian, karena Aruna tahunya ayah Dea belum menikah.

Tian mengecup puncak kepala Ressa sangat lama untuk menenangkan jiwanya. Tangan kanannya mengelus perut sang istri. "Maafin ayah sudah membuat kacau seperti ini, Sayang."

Ressa mengelus lembut pipi Tian di tengah kebimbangan hatinya. Dia memang tahu cerita versi Aruna bagaimana Deandra terlahir ke dunia tanpa ayah. Ia tidak bisa menyalahkan Tian. Bahkan mungkin Tian lah orang yang paling terluka saat itu hingga sekarang, karena cintanya tak terbalas.

Tapi bagaimana nasibnya nanti kalau cinta Tian bersemi kembali. Ia dan anaknya pasti akan tersisih.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status