LOGINTaylor terdiam mendengar pertanyaan Atrick. Ia mengembuskan napas panjang, lalu mengangguk samar.“Aku merasa, urusanku dengan Selina belum selesai, Dad. Bagaimana aku melangkah ke masa depan jika masa laluku masih membayangiku?”Atrick mencondongkan tubuhnya ke depan Taylor. “Kamu masih mencintai Selina? Atau bagaimana?”Kepala Taylor menggeleng tegas. “Mengenai perasaan kami, sepertinya itu tinggal kenangan saja. Masalahnya, aku hanya mau memastikan Selina tidak memiliki rasa dendam pada keluarga Willson karena ia dipenjara.”“Itu salahnya karena korupsi di perusahaanmu! Jangan kasihani dia karena masalah itu!” Atrick berkata dengan nada tinggi.“Iya, Dad. Aku tau. Yang aku ragu adalah reaksinya ketika bebas.”“Jangan khawatir. Setelah mendengar kabar Selina keluar dari penjara, Geo sudah meningkatkan pengamanan untuk keluarga.”Atrick lalu berdiri dan menepuk bahu Taylor. “Istirahat lah.” Setelahnya, lelaki tua itu melangkah ke kamarnya.Beberapa menit kemudian, Taylor menyeret lan
Setelah saling berbagi cerita dan semua urusan anak-anak selesai, Bianca dan Geo masuk ke kamar mereka.“Ini.... “ Bianca memperlihatkan foto wanita cantik di layar ponsel Geo. “Siapa?”Geo menatap sekilas, lalu segera mengerti. “Ooh. Itu Elara. Kurator museum. Josh mengirimkan foto itu karena dia yang memberi tiket gratis untuk Blue dan Grey.”“Lalu? Buat apa fotonya disimpan?” tanya Bianca galak.“Eh, nggak bermaksud di simpan, Sayang.” Geo segera mengambil ponselnya dan menekan tombol delete. “Sudah dihapus sekarang.”Bianca mendengus pelan. Tanpa berkata apa-apa lagi, ia naik ke ranjang lalu berbaring memunggungi Geo.“Kamu cemburu, ya.” Geo tersenyum melihat tingkah Bianca. Terus-terang saja ia malah senang melihat istrinya yang sedang cemburu.Bianca tidak menjawab. Ia malah memejamkan mata dan mengacuhkan Geo.“Sayang, katanya sebelum tidur, kita harus saling memaafkan kalau ada sesuatu yang membuat pasangan marah. Aku minta maaf, ya.” Geo berbisik di telinga Bianca.Masih teta
“Kita tunggu Luna buang air besar. Kotorannya akan kita bawa ke laboratorium. Jika hasilnya bagus, Luna bisa rawat jalan saja.”Dokter pergi setelah Bianca dan Geo puas bertanya-tanya. Bianca mengusap sayang kepala Luna yang sudah sibuk mewarnai gambar. Sementara Geo langsung kembali bekerja online.“Geo, aku pinjam ponsel. Mau telepon Bil-Bil. Ponselku low batt." Bianca berkata sambil ke meja, mengisi daya ponselnya dan kembali ke sisi ranjang Luna.Geo mengangguk dan memberikan ponselnya. Bianca membuka ponsel tersebut dengan sidik jari. Begitu layar terbuka langsung terlihat foto seorang wanita cantik berambut hitam yang panjang.Bianca langsung memberengut. Ia mau protes tapi ada Luna di dekatnya. Sambil menahan rasa kesal, Bianca menelepon Billy.Selesai menelepon, Bianca mengembalikan ponsel dengan wajah memberengut. Karena sedang sibuk, Geo tidak memperhatikan istrinya sedang kesal. Ia hanya mengambil ponsel tanpa mengalihk
“Jadi, itu anak-anakmu?”Elara menoleh sedikit dan mengangguk. “Iya, Uncle Edgard.”“Mereka tidak mirip denganmu atau Taylor,” dengus Edgard.Lelaki berumur senja dengan pakaian rapi itu mengamati Blue dan Grey dari jarak agak jauh.“Tapi, Taylor saat itu yakin sudah menukar benih Geo dengan benih kami."“Hmm... kenapa kamu tidak jadi menemani mereka?”Elara mengembuskan napas panjang. “Meskipun wajahku sudah dioperasi total, tetapi aku belum bisa berpura-pura di depan Taylor.”“Kamu sudah sangat berubah. Tidak mirip sama sekali dengan Selina. Kenapa harus takut? Justru ini saat yang tepat untuk tau apa operasimu berhasil mengelabui keluarga Willson.”Elara alias Selina terdiam. Ia mengamati Taylor yang menggendong anak kecil dengan penuh sayang. Ia jadi heran melihat Taylor tampak berubah.Biar bagaimanapun, antara dirinya dan Taylor pernah ada hubungan khusus. Ia yakin meski wajah dan rambutnya berubah, Taylor masih masih mengenali suara dan gerak-gerik tubuhnya.“Aku hanya ingin me
“Elara Nadyne. Asisten kurator museum, Tuan,” jawab Josh saat Geo bertanya pada asisten pribadinya.“Yang mana orangnya?”“Saya kirimkan sebentar. Ada di foto-foto saat Tuan Muda Blue dan Grey datang ke museum.” Josh segera mengirimkan foto Elara yang jelas.Foto wanita cantik berambut panjang yang tersenyum. Geo mengangguk-angguk lalu meminta Josh membalas email dari Elara tersebut.“Email itu dikirim dari email pribadi?” Josh mengerutkan kening. “Bagaimana Elara tau email pribadi, Tuan Geo?”“Kamu tidak memberitahunya?” Geo jadi ikut bingung.“Saya tidak pernah sembarangan memberi data pribadi Tuan.” Josh terdengar kesal. “Tuan tau itu.”“Iya, iya. Maaf, Josh.” Geo terkekeh mendengar nada protes Josh.“Saran saya, jangan dulu dibalas, Tuan. Biar saya selidiki dulu bagaimana Elara ini mendapatkan email Tuan Geo.”“Oke. Aku serahkan padamu.” Geo menutup komunikasinya.Di perusahaan, Josh bekerja dengan cekatan. Ia menelepon penyelenggara museum dan menanyakan tentang tiket gratis. Pan
Beberapa jam kemudian.“Kak, ini Sky kenapa?” Taylor membalik kamera.Geo sempat tegang saat Taylor melakukan video call. Kini, terlihat di kamera wajah putra bungsu – Sky – yang sedang mematung. Wajahnya sedikit memberengut.“Kamu melarangnya sesuatu?” tanya Geo.“Umm... aku cuma bilang dia nggak boleh ke rumah sakit karena di sana tempat penyakit. Nanti bisa ketularan. Terus dia keras kepala mau lihat Luna. Aku tetap bilang nggak boleh.” Taylor menjelaskan.“Ya ituu.”“Apa?” Taylor menggeleng tak mengerti.“Kalau tidak dituruti kemauannya, Sky akan mematung. Memang begitu gaya terbarunya.”“Astagaa.” Taylor menepuk dahinya.“Itu masih mending. Mematungnya di ruang keluarga. Kemarin pernah di taman saat sedang panas. Terpaksa aku turuti.”“Terus? Ini gimana, aku bingung.”Geo terdiam sesa







