Istri Jelekku Ternyata Komandan Polisi

Istri Jelekku Ternyata Komandan Polisi

last updateLast Updated : 2025-11-19
By:  Andrea_WuUpdated just now
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
Not enough ratings
8Chapters
7views
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Sepuluh tahun lalu, Axelia Aruna dinodai oleh pewaris Smitt, Alaric Deveraux Smitt. Ia Mengandung benih pria itu, namun Alaric justru mencampakkannya dan mengira dia adalah jalang yang yang bekerja di klub malam, tanpa dia mencari tahu siapa sebenarnya Axelia Aruna. Sepuluh tahun kemudian, Axelia Aruna kembali, dia dipaksa menikah dengan Alaric oleh Tuan Smitt karena tahu Aruna melahirkan pewaris Smitt. Namun, Aruna tak ingin pernikahan ini didasari tanpa cinta dan hanya melihat rupa juga kekuasaan. Dia menyamar sebagai wanita jelek, dan tidak memiliki apa-apa. Berharap Alaric bisa mencintai dia apa adanya, dan setelah itu dia akan memberitahu, jika sembilan tahun yang lalu dia melahirkan putra mereka. Akan tetapi, Alaric justru menghinanya, merendahkannya, dan menyuruh sahabat adiknya untuk berpura-pura menjadi kekasihnya agar Aruna meminta cerai. Lalu, bagaiman hidup rumah tangga Aruna dan Alaric selanjutnya.

View More

Chapter 1

Bab 1. Malam Kelam

Sepuluh Tahun yang Lalu

Tubuh gadis itu menggeliat dalam gempuran seorang pemuda yang terus menghujamnya tanpa ampun. Napasnya terengah, suara desahan bercampur dengan aroma percintaan yang begitu kental memenuhi kamar hotel malam itu.

Beberapa kali ia menjerit tertahan, ketika hentakan pria itu menghantam titik paling sensitifnya. Wajahnya merah padam, keringat menetes di pelipis, sementara hatinya—perlahan—terasa hancur.

"Sebentar lagi… tahan sedikit lagi," gumam pria itu, sebelum desahan panjang menutup malam kelam tersebut..

Detik berikutnya, tubuh si pemuda ambruk di atasnya, terengah, lalu berbaring malas seolah tak terjadi apa-apa.

Dia menegakkan tubuhnya sebentar, untuk merotasi di mana dia berada.

"Luar biasa," ucapnya ringan. "Di saku celanaku ada cek. Tulis saja berapa pun yang kau mau. Aku pasti bayar jasamu malam ini." Dalam keadaan setengah sadar Alaric menatapnya, lalu kembali ambruk, dan berbaring di atas ranjang.

Axelia Aruna memejamkan mata rapat-rapat. Gadis itu baru berusia tujuh belas tahun—seorang siswi sekolah menengah atas yang bermimpi menikah dengan pria yang mencintainya apa adanya. Tapi kini, mimpinya hancur di hadapan pria mabuk yang bahkan tak tahu siapa dirinya.

Pelan, Aruna menyingkirkan tubuh pria itu dan bangkit dari ranjang. Matanya melirik sekilas ke arah lelaki tersebut—tertidur dengan napas teratur, namun Aruna tahu, pria itu belum sepenuhnya terlelap.

"Aku bukan pelacur," ucapnya lirih. "Aku tidak butuh uangmu."

Kaki telanjangnya menapak lantai marmer yang dingin, jemarinya memunguti pakaian yang berserakan. Setiap gerakan membuatnya meringis, rasa perih di bagian bawahnya terasa menusuk hingga ke dada.

"Berhenti!"

Suara berat itu membuat langkahnya terhenti. Aruna menoleh, mendapati pria yang baru saja merenggut kehormatannya kini duduk di ranjang, menatapnya dengan sorot tajam.

Wajahnya tampan meskipun usianya masih sedikit di atas Aruna. Rahangnya tegas, seperti seorang aristokrat, namun tatapannya begitu angkuh yang membuat Aruna muak.

"Jangan gila," ujarnya dingin. "Ambil uangku. Aku tidak mau berutang. Kau sudah melayaniku, dan aku membayarmu. Bukankah itu setimpal?"

Aruna menggertakkan gigi.

Marah? Tentu saja, dia ke sini karena undangan temannya menghadiri pesta ulang tahun. Namun, apa yang dia dapat. Justru dia diseret tiba-tiba oleh pemuda ini, dan berakhir di atas ranjang.

"Kenapa kau diam saja, ayo ambil uangku. Aku lelah, jangan bangunkan aku. Sialan, kenapa kepalaku pusing sekali."

Tanpa berpikir panjang, telapak tangan Aruna langsung mendarat di pipi pria itu—keras.

"Berengsek!" Lelaki itu menatapnya geram. "Kenapa kau memukulku? Apa aku salah bicara?"

"Aku bukan jalang," sahut Aruna, suaranya bergetar karena amarah. "Simpan saja uangmu, dan tanggung jawab atas apa yang kau lakukan!" ucapnya mutlak.

"Apa maksudmu?" Lelaki itu menyipit. "Kau sendiri yang menawarkannya, bukan? Bukannya kau memang bekerja di tempat ini?"

Dada Aruna bergetar hebat. "Aku bukan jalang, asal kau tahu!" serunya. "Harga diriku sudah kau renggut paksa. Suatu saat, aku akan menagih pertanggungjawabanmu. Dasar pria sialan, mesum, tidak tahu diri!"

"Dasar gadis bar-bar! Di luar sana bahkan banyak sekali wanita yang rela membuka kakinya untukku dengan cuma-cuma." Lelaki itu bangkit setengah berdiri, wajahnya memerah karena tamparan. "Sudah bagus aku mau membayar! Kalau tidak mau uang, ya sudah!"

Betapa arogansinya dia, padahal ini adalah pengalaman pertamanya.

Aruna tak lagi ingin berdebat. Kata-katanya hanya akan terbuang percuma untuk pria semacam itu. Ia menunduk, memunguti pakaian terakhirnya dan memakainya, lalu melangkah keluar sambil membanting pintu keras-keras.

Begitu di luar, tubuhnya gemetar.

"Apa yang akan kukatakan pada Mama," bisiknya serak. Air mata akhirnya jatuh, membasahi pipinya.

Malam itu, Aruna mengunjungi pesta ulang tahun teman sekolahnya yang dirayakan di klub malam terbesar di kota Shane. Tapi takdir kejam menyeretnya ke dalam kamar seorang pria mabuk di bawah pengaruh obat perangsang, yang mengira dirinya adalah wanita panggilan.

"Dasar pria berengsek," gumamnya di antara isak tangisnya yang tertahan. "Kau sudah merusak masa depanku."

Ketika hendak pergi, sesuatu menarik perhatiannya—sebuah dompet kulit coklat tua tergeletak di lantai dekat pintu kamar.

Aruna memungutnya dengan tangan bergetar. Bukan untuk mengambil uang. Ia hanya ingin tahu siapa pria itu—pria yang telah merenggut kehormatannya.

Matanya membulat ketika membaca kartu identitas di dalamnya.

"Dia...." Suaranya tercekat.

Tubuh Aruna merosot ke dinding lorong hotel yang dingin. Ia memeluk lututnya, terisak dalam diam. Dunia seakan runtuh malam itu, dan tak ada satu pun yang bisa ia percayai lagi.

Namun di tengah rasa takut dan malu, sesuatu terbesit di pikirannya—nama pada kartu identitas itu.

"Alaric Deveraux Smitt."

Putra tunggal keluarga Smitt, pemilik jaringan bisnis raksasa di kota Shane. Nama yang sering muncul di koran, di balik perusahaan-perusahaan besar dan yayasan amal bergengsi.

Aruna menatap nama itu lama, seolah berusaha mengukirnya ke dalam ingatannya.

"Akan kuingat nama ini."

Ia memasukkan kartu identitas itu kembali ke dompet, lalu berdiri hendak pergi.

Dari dalam kamar, terdengar teriakan kasar pria itu, "Cepat ambil uangku dan enyah dari sini! Aku tidak butuh kau lagi, dasar wanita murahan!"

Aruna mengepalkan tangan, menahan air mata.

"Tenang saja," gumamnya pelan. "Aku tidak butuh uangmu. Tapi suatu hari nanti, aku akan menagih semua yang sudah kau ambil dariku."

Tangannya terangkat, menyentuh perutnya yang masih datar. Ada rasa takut yang menjalari dada, namun ia menepisnya cepat-cepat.

"Tidak mungkin," bisiknya. "Tidak mungkin aku akan hamil anak pria itu."

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

More Chapters

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

No Comments
8 Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status