Share

BAB. 2 KAKEK JAWO

“Siapa di sana.?”

Sebuah pergerakan seseorang secepat kilat di balik pohon.

Lawen dengan pandangan remang-remang memasang kuda-kuda waspada, hari sudah makin gelap di tengah hutan tanpa pencahaya’an sedikitpun. Suara kaki kuda  terdengar dari balik semak-semak, Lawen menajamkan pendengarannya ia berpikir suara kuda dari mana? padahal setaunya tidak ada satu ekorpun kuda di tempatnya tinggal.

Dengan langkah penuh waspada Lawen mendekati pohon besar, ia tidak menemukan jejak ataupun pertanda ada sesorang dan tanda binatang pernah berada di sana. Lawen kembali tenang ia berpikir ini hanya halusinasinya saja.

Hari sudah gelap pertanda malam ini ia akan tidur di dalam hutan, karena melanjutkan perjalanan akan lebih bahaya. Banyak hewan buas yang mengintai dan mata seorang manusia tidak mampu melihat di gelap malam yang sangat pekat.  Lawen memutuskan tidur di dalam kayu yang telah berlobang, di dalam hutan memang sangat penting untuk mencari perlindungan di dalam lobang kayu atau menggali lobang besar dalam tanah. Pungsinya untuk mehindari hewan buas yang mencari makan di malam hari, dan untuk menghindari sewaktu- waktu pohon di sekitar tumbang.

Cuaca malam sangat dingin Lawen menghidupkan api kecil dengan ranting kayu yang ia dapatkan siang tadi, dua telapak tangannya ia hadapkan ke api guna menghangatkan tubuhnya, aroma masakan sangat lezat masuk ke rongga hidung entah dari mana datangnya aroma itu. Lawen menepis bau itu ia hanya berpikir aroma itu sebuah halusinasi akibat  sa’at ini sangat lapar.  Tidak lama ia kembali mendengar suara riuh seperti orang di pasar melakukan transaksi jual beli.

“ Berapa satu tusuk sate ini Buk?”

“Satu tusuk di hargai dengan 1 kunyit Buk.!”

Lawen berdiri dan melihat ke seluruh sisi dengan matanya namun semua tampak normal hanya ada pohon dan semak-semak yang sangat tebal, tidak ada cahaya sedikitpun di ujung sana menandakan adanya sebuah pasar. Seorang wanita yang menyerupai Enon uma lawen menghampirinya dengan langkah begitu cepat.

“Kenapa  Uma tau Lawen berada disini? Lawen tadi tersesat jadi memutuskan  untuk tidak pulang sampai esok hari.” Ucap Lawen yang sangat senang melihat Enon datang.

“ Berani sekali kamu berada di sini, kamu seharusnya sudah di penjara oleh Paduka.”

Bukk.... Sebuah tamparan keras langsung mengarah di wajah Lawen, membuatnya terpental jauh dan tidak sadarkan diri.

Ketika Lawen bangun sudah berada di dalam rumah seseorang yang sangat megah, lantainya terbuat dari keramik putih bersih perabotannya semua terbuat dari emas.

“ Kamu sudah bangun.?”

Lawen terkejut ia mengucek mata untuk lebih jelas melihat sosok yang bertanya.

 Ternya sosok Kakek yang pernah ia temui beberapa kali di dalam mimpinya, ia pikir kali ini bermimpi lagi Lawen mencoba menampar wajah dan mencubit lengannya hingga terasa sakit.

“Kamu sekarang tidak bermimpi,  jiwa dan ragamu aku bawa ke sini untuk menyelamatkan mu dari penunggu hutan larangan. Yang ingin membunuhmu”

“Membunuhku? apa kesalahanku?”  Lawen bingung mendengar ia mau di bunuh oleh seseorang.

“Kamu tidak mengetahui bahwa dirimu sekarang menjadi seorang boronan dari keraja’an Saranjana.”

“Boronan.?  Keraja’an Saranjana?” Lawen semakin tidak mengerti apa yang Kakek ini bicarakan.

“Kakek ini siapa.? Kenapa mau menolongku dan mengetahui aku adalah boronon keraja’an Saranjana, dimana itu Saranjana.? Apa kesalahan yang aku perbuat sehingga aku menjadi boronan.?”

Kakek itu menarik napas panjang dan duduk di samping Lawen, ia menatap penuh tanda tanya di matanya. Kelak kalian para manusia menyebut dunia kami ini adalah negri gaib Saranjana, satu tahun yang lalu seorang pemuda yang bernama  Manaf  mencuri kunyit 7 ton dari keraja’an Saranjana. Dalam aksinya mencuri di ketahui oleh pangeran Syarif Janna anak kedua raja Muhammad Janna, Mereka bertarung dengan sengit antara hidup dan mati. Di tengah pertarungan Manaf  berhasil melumpuhkan sang pangeran hingga membuat luka besar di bagian dada,  pangeran Syarif meninggal akibat pertempuran di malam itu.

Manaf  membawa 7 ton kunyit bersama 10 anggotanya menggunakan 2 kereta terbang ( pesawat ).

“ Tunggu, kenapa hanya mencuri kunyit menjadi seorang boronan? dan apa hubungannya denganku.?” Lawen memotong cerita

“Kunyit  adalah emas di dunia manusia, tentu sangat berhubungan denganmu karena wajah kalian sangat mirip.” Dengan senyum simpul di bibir kakek itupun lanjut bercerita.

Raja Muhammad Janna sangat murka atas pencurian yang di lakukan oleh Manaf apalagi mengetahui putra mahkota meninggal akibat insiden itu. Ia mengerahkan seluruh prajurit untuk menangkap Manaf sampai ke seluruh demensi, dan mengadakan sayembara untuk membawanya hidup atau mati ke hadapan sang raja dengan imbalan yang tidak main-main. Hadiah yang di janjikan adalah separuh keraja’an dan menikahi putrinya bernama Lisa.

Hingga kini Manaf tidak kunjung di temukan ia seperti di telan oleh alam semesta, sampai pada akhirnya seorang mata-mata keraja’an mengabari melihat Manaf di sebuah desa pedalaman kalimantan, perajurit itu ternyata keliru yang ia lihat adalah kamu bukannya Manaf yang menjadi boronan.

Lawen mulai mengerti dengan alur cerita kenapa? Ia sampai di kejar kejar oleh orang-orang yang tidak ia kenal, sa’at ini yang di pikirkan oleh Lawen bagaimana caranya? supaya orang-orang dari keraja’an mengetahui bahwa orang yang mereka anggap Manaf adalah dirinya.

“Lantas siapa Kakek ini? apa hubungannya dengan aku dan Manaf,?  apa Kakek juga ingin menangkapku?  lalu membawaku kepada raja. Agar Kakek mendapatkan imbalan yang di janjikan.” Lawen menjauh dari kekek mesterius itu, berlari ke sudut kamar dengan kewaspada’an.

“Aku adalah ayah dari Manaf namaku Jawo. Dan aku tidak akan pernah menyerahkanmu pada siapa pun, aku hanya ingin engkau membantuku mencari Manaf  yang berada di duniamu.”  Jawo tersenyum lalu membakar rokok kreteknya, hingga gumpalan asap menyambur  keluar dari dalam mulutnya.

“Apa maksud Kakek.  Manaf berada di duniaku,? bukankah ini juga masih di bumi bukan di alam barzah, aku masih hidupkan.?”

“Kamu sekarang berada di alam gaib, tepatnya di negri Saranjana.”

“Apa aku bisa pulang ke duniaku Kek.?”

“Kamu akan saya pulangkan dengan syarat, kamu harus membantuku mencari Manaf di dunia nyata. Karena aku tidak mampu masuk terlalu lama dalam demensi kalian.”

Dimata Jawo memancarkan sebuah kekecewa’an ketika menyebut nama anaknya Manaf.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status