Share

Empat

Author: Aura_ Aziiz16
last update Last Updated: 2021-10-07 19:17:17

Kusembunyikan Kekayaanku Dari Suami dan Mertua Zalim (4)

 

Mia memarkir motornya di depan sebuah  anjungan tunai mandiri. Antrian tidak terlalu ramai sehingga ia bisa cepat-cepat masuk dan melakukan transaksi di dalamnya.

 

Tak sabar, wanita itu memasukkan kartu ATM dan mulai melakukan transaksi. 

 

Ini gajian pertamanya dari sebuah aplikasi kepenulisan yang meskipun baru dirilis, tetapi ternyata cukup bisa mewujudkan mimpinya sebagai seorang penulis selama ini.

 

Ia sendiri sebenarnya bukan baru-baru ini saja kenal dunia tulis-menulis. Jauh sebelum ini, ia sudah sering menulis di platform kepenulisan, tetapi ia tak terlalu menekuni hingga hobinya itu belum menghasilkan apa-apa, kecuali hanya nama saja.

 

Tetapi berkat informasi dari teman-teman sesama penulis akhirnya ia menjadi tahu bahwa ternyata ada beberapa platform menulis yang saat ini memberikan royalti pada penulisnya.

 

Mereka menyarankannya untuk ikut gabung dan mendaftar di sana. Dan ternyata semua itu tidak sia-sia.

 

Buktinya sore ini ia sudah bisa mencicipi gaji pertamanya.

 

Mia memencet beberapa tombol. Mengetik angka lima ratus ribu rupiah. Jumlah yang pastinya cukup untuk diam-diam dipergunakan membiayai kebutuhan hidupnya.

 

Selama ini, penghasilan suaminya hampir tak pernah ada yang diberikan padanya. Gaji Azmi sebagian diberikan pada ibunya dan sebagian lagi untuk keperluannya lelaki itu sendiri. Ia hanya diberi beberapa ribu rupiah. Itu pun jika memang ada kebutuhan yang benar-benar mendesak. Selebihnya nol. 

 

Ia tahu mungkin di mata orang ia bodoh karena mau saja diperlakukan suami dan mertuanya seperti itu, tetapi andai orang tahu ia memiliki alasan untuk bertahan minimal hingga bayinya lahir mungkin tak semua orang akan menyalahkan sikapnya.

 

Ya, ia tak mau menghancurkan kebahagiaan orang tuanya sementara ini. Melihat ia sudah menikah, memiliki keluarga baru yang bukan orang sembarangan dan mendapati saat ini ia sedang mengandung cucu mereka. Ia tak ingin menghancurkan kebahagiaan itu secepat ini.

 

Di mata keluarganya, keluarga suaminya memang dipandang sebagai keluarga baik, terpandang dan bermartabat. Tak salah jika mereka menjadikannya besan.

 

Mereka tidak tahu jika sikap keluarga Azmi sebenarnya justru sangat kejam dan zalim terhadapnya.

 

Namun, Mia berjanji dalam hatinya sendiri. Mulai detik ini, dengan penghasilan yang ia dapatkan dari menulis ini, ia akan berusaha membahagiakan dirinya sendiri juga bayi dalam kandungannya.

 

Ya, Bu Rani dan ipar-iparnya boleh saja menghina kemiskinannya, tetapi mereka tidak akan tahu jika diam-diam ia sedang mengumpulkan pundi-pundi uang yang suatu saat akan ia pergunakan untuk membuktikan siapa dirinya kelak, bahwa anggapan mereka selama ini salah dan keliru. 

 

Tunggu saja hingga saat itu tiba, bisik hati Mia penuh keteguhan saat akhirnya ia keluar dari bilik ATM.

 

*****

 

Usai meninggalkan anjungan tunai mandiri, Mia melangkahkan kakinya menuju sebuah supermarket. Di sana ia membeli beberapa camilan dan makanan kering untuk persediaan pengganjal lapar karena sejak hamil, bawaan wanita itu memang mudah merasa lapar.

 

Selama ini ia terpaksa menahan lapar itu sendirian. Tak bisa membeli karena tak punya uang, dan tak bisa meminta suami atau mertuanya karena mereka tak akan pernah memberikannya. 

 

Tapi tidak hari ini dan hari-hari selanjutnya. Ia akan memanjakan hidupnya sendiri meski tak ada seorang pun yang tahu. Tidak ibu mertua, suami, atau pun ipar-iparnya itu.

 

Usai membeli beberapa camilan dan memasukkannya dalam plastik, Mia segera meninggalkan super market dan meluncur ke sebuah warung bakso, hendak melaksanakan perintah sang ibu mertua untuk membelikan mereka makanan kesukaan adik-adik iparnya yakni bakso murah sepuluh ribuan.

 

Walaupun sebenarnya mertuanya cukup kaya tapi untuk urusan selera makan, mereka memang sangat berhemat jika tidak bisa dikatakan pelit dan perhitungan.

 

Tak heran, beli bakso pun mereka memilih yang harganya paling murah, itu pun tanpa pernah membelikan lebih untuk dirinya. Mereka hanya menyuruhnya membeli saja tanpa pernah memikirkan membalas jasanya dengan membelikan lebih untuknya.

 

Itu sebabnya sekarang ia ingin makan sepuasnya sebelum membungkusnya untuk dibawa pulang.

 

Mia memesan bakso yang harganya paling mahal dan kata sang owner rasanya pun paling enak. Di sana memang ada beberapa pilihan dan yang paling mahal adalah bakso yang terbuat dari daging sapi. Sementara yang paling murah adalah yang terbuat dari daging ayam. Itu pun perbandingan daging dan tepungnya mungkin lebih banyak tepungnya sehingga rasanya sudah pasti tak seenak pilihan di atasnya demi bisa menjual dengan harga murah seperti pesanan mertuanya. 

 

Dan sementara pesanan mertuanya itu sedang dibungkus, Mia pun melahap bakso porsi jumbo dan super enaknya dengan lahap. 

 

Bagaikan kemarau setahun diguyur hujan satu malam, begitulah mungkin peribahasa yang bisa menggambarkan perasaan Mia saat ini. Setelah berbulan-bulan ia hanya bisa menahan selera saja memandangi keluarga mertuanya kuliner-an, sekarang ia bisa merasakan sendiri kenikmatan itu. 

 

Bahkan yang ia makan saat ini adalah menu yang selama ini tak pernah dimakan oleh keluarga suaminya yang perhitungan itu karena harganya yang jauh lebih mahal ketimbang pesanan mereka itu. Mungkin kalau mereka tahu, mereka yang sekarang bakalan gantian ngiler melihat apa yang barusan ia makan.

 

Mia pulang setelah pesanan selesai dibungkus. Perutnya saat ini sudah kenyang. Ia tak perlu lagi makan sisa kuah soto bekas acara arisan mertuanya siang tadi. Ia tidak perlu merasa sedih dan terhina lagi karena tak perlu makan makanan sisa tersebut.

 

Camilan dan makanan kering yang tadi ia beli ia sembunyikan dalam jaket besar yang ia kenakan jadi saat ia melintasi mertua dan adik-adik iparnya mereka tak tahu jika diam-diam, ia membeli beberapa buah camilan yang merupakan kesukaan mereka juga.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (4)
goodnovel comment avatar
Esti Wiryawati
sungguh terlalu
goodnovel comment avatar
Yoni Hartati
minta, cerai aja
goodnovel comment avatar
Si Khoyek
bab nya selalu ditulis dobel kak
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • KUSEMBUNYIKAN KEKAYAANKU DARI SUAMI DAN MERTUA   Part 24 (Ending sesion 2)

    POV DeniHari ini akhirnya aku mendapatkan juga promosi naik jabatan dari seorang staf menjadi kepala divisi. Entah aku harus senang atau tidak, karena aku sendiri masih ragu-ragu apakah posisi ini nantinya akan dapat membuatku hidup lebih baik atau tidak. Tapi meskipun begitu, aku tetap berusaha memupuk harapan terbaik, semoga suatu saat keapesan dan kesialanku ini akan segera berakhir.Pagi tadi promosi jabatanku telah dilaksanakan dan hari ini kedudukanku telah resmi menjadi seorang atasan di divisi yang aku pimpin.Ahmad yang tadinya merupakan rekan sejawatku, sekarang telah menjadi bawahanku begitu pun Sinta, sekarang menjadi stafku. Meski demikian, di rumah aku tetaplah suami yang harus patuh atas semua kendalinya. Sebab, bagaimanapun juga ialah pemegang kunci kendali atas hidupku sebab adanya perjanjian sialan mengenai hutang mahar yang mencekik leher itu.Ah, andai aku tahu menikahi ponakan direktur ternyata membuat hidupku jadi sengsara begini, mungkin lebih baik aku menduda

  • KUSEMBUNYIKAN KEKAYAANKU DARI SUAMI DAN MERTUA   Part 23

    POV Deni"Bu, ini uang buat ibu. Maaf Deni baru bisa kasih segini karena ... karena Deni harus bayar hutang ke Pak Anton dulu, Bu. Maafkan Deni ya, Bu tapi Deni janji Deni akan usahakan untuk menambah uang ke ibu nanti. Deni mau banyakin lembur biar bisa ngasih uang ke ibu lagi ya, Bu," ujarku sambil menyerahkan uang pemberian Sinta pada ibu yang menerima dengan mata tidak percaya.Dua ratus ribu pastilah jumlah yang sangat sedikit buat ibu karena biasanya jatah bulanan beliau adalah empat juta rupiah."Kok bisa-bisanya sih, Den kamu cuma dikasih segini sama Sinta? Apa ibu bilang, nggak usah dekati perempuan itu lagi. Tapi kamu ngeyel, begini kan jadinya!" Ibu menghela nafas panjang sambil memanyunkan bibirnya. Tatapan kecewa tampak jelas dalam rona matanya.Aku pun ikut menghembuskan nafas. Dadaku terasa sakit dan sesak. Sialan, Sinta, gara-gara rayuannya untuk menggelar pesta mewah dan uang mahar yang tidak sedikit, sekarang aku harus terjerat hutang pada Pak Anton. Benar-benar meny

  • KUSEMBUNYIKAN KEKAYAANKU DARI SUAMI DAN MERTUA   Part 22

    POV Deni"Den, mana jatah bulanan buat ibu? Kamu udah gajian bulan ini kan? Hari ini kan tanggal satu?" tanya ibu saat aku menyempatkan pulang sore hari.Niatku pulang, ingin bertanya pada ibu, barangkali masih punya sedikit sisa uang untuk pegangan tangan karena amplop gaji sudah di tangan Sinta dan dikuasainya. Sementara ia belum memberiku uang untuk transportasi karena katanya belum sempat ketemu Om Anton dan membicarakan berapa nominal sisa gaji yang bisa diberikan padaku sebab aku harus mulai mencicil hutang pada Om-nya itu."Nanti ya, Bu. Uang gajiku masih dipegang Sinta, soalnya Deni kan harus membayar hutang mahar kemarin. Ini aja Deni malah mau pinjam uang dari ibu buat dipake menjelang Sinta ngasih uang ke Deni. Ibu masih ada tabungan nggak?" tanyaku dengan suara tak enak. Tapi mau bagaimana lagi, sudah terlanjur basah. Pernikahan dengan Sinta sudah terlanjur terjadi. Tak mungkin dibatalkan hanya karena hal ini. Lagi pula aku sudah terlanjur teken perjanjian pinjam uang pad

  • KUSEMBUNYIKAN KEKAYAANKU DARI SUAMI DAN MERTUA   Part 21

    POV DeniHari ini pernikahanku dengan Sinta akhirnya digelar. Gedung pernikahan yang disewa Pak Anton terlihat meriah meski tak semewah seperti yang ada dalam pikiranku. Ya, barangkali saja Pak Anton menurunkan budget pesta pernikahan kami ini. Selain karena efek pandemi Corona masih melanda tanah air sehingga orang-orang belum begitu nyaman mendatangi keramaian. Mungkin hal itu juga bertujuan supaya hutangku tak terlalu banyak dan membengkak. Baguslah, jadi aku tak perlu terjerat terlalu lama dalam kubangan hutang pada bos perusahaan itu.Sebenarnya aku sendiri menginginkan pernikahan kecil-kecilan saja. Selain demi menghemat biaya, tujuan pernikahanku dengan Sinta memang bukan semata-mata untuk menjadikannya istri atau membuatnya merasa senang dan tersanjung sebagai istriku, tetapi karena aku sendiri juga menginginkan kehidupan yang lebih baik bila menjadi suaminya.Itu sebabnya aku tak terlalu antusias saat keluarga besar Sinta menginginkan sebuah hajatan besar sementara aku just

  • KUSEMBUNYIKAN KEKAYAANKU DARI SUAMI DAN MERTUA   Part 20

    POV Deni"Gimana, Sin? Udah ngomong belum sama Om Anton? Diizinkan nggak kamu menikah sama mas?" tanyaku tak sabar saat keesokan harinya sampai di kantor dan kembali bertemu dengan pujaan hati yang hari ini terlihat semakin cantik saja itu.Semalam aku sudah menanyakan berulang kali melalui pesan whatsapp, tetapi gadis itu menyatakan akan menjawabnya besok pagi di kantor sebab malam tadi masih harus bicara panjang lebar dengan Om-nya dan merenungkan segala sesuatunya.Jadilah pagi aku baru bisa kembali menanyakannya pada Sinta."Sabar dong, Mas. Kenapa sih kamu buru-buru banget pengen tahu? Emang udah benar-benar nggak sabar ya?" ujar Sinta balik bertanya, membuatku gemas dan refleks mencubit pangkal hidupnya yang bangir.Untung saja kantor masih sepi jadi aksiku tak sempat dilihat rekan kerja yang lain."Ish, Mas Deni usil banget sih, ah!" Sinta pura-pura merajuk sambil memegangi puncak hidungnya yang memerah. Aku hanya tertawa dan kali ini ganti mengacak gemas rambutnya."Makanya, j

  • KUSEMBUNYIKAN KEKAYAANKU DARI SUAMI DAN MERTUA   Part 19

    POV Deni"Beneran mas kamu sudah cerai?" tanya Sinta dengan bola mata membulat.Aku menganggukkan kepala mendengar pertanyaannya."Benar dong, Sin. Kenapa? Mau daftar jadi pendamping hidup mas yang baru ?" tanyaku sambil melempar pandangan penuh arti ke arahnya.Melihat tatapanku, Sinta menunduk dan tampak tersipu malu."Ah, Mas Deni bisa aja. Tapi omong-omong kenapa sih mas kalian bisa bercerai?" tanyanya.Aku pura-pura menghembuskan nafas berat."Dia itu sebagai istri nggak bisa patuh dan taat sama suami, Sin. Jadi ya terpaksa mas ceraikan lah," sahutku beralasan."Maksudnya? Kenapa mantan istri mas nggak bisa taat? Mas ngasih nafkah ke dia nggak? Mas nggak lalai dari tanggung jawab sebagai seorang suami bukan? Karena biasanya perempuan yang suka nggak mau patuh sama suami itu karena nggak dinafkahi dengan baik, Mas?" tanyanya beruntun dan terdengar serius, membuatku sedikit terganggu dan tak nyaman. Kok bisa sih dia tahu masalah rumah tanggaku dengan Zahra yang sebenarnya?Namun, s

  • KUSEMBUNYIKAN KEKAYAANKU DARI SUAMI DAN MERTUA   Part 18

    POV DeniPagi-pagi sekali aku sudah melajukan roda dua menuju kediaman Pak Anton, direktur perusahaan di mana aku bekerja.Dari luar tampak bangunan rumah yang megah bak istana. Melihat bangunan itu aku sontak berdecak kagum. Hmm, Pak Anton memang kaya raya. Tak salah lagi, bila aku bisa mendekati Sinta dan menikahinya, tentu aku juga bisa ikut kecipratan sukses dan kaya seperti dirinya. Tak mungkin Pak Anton akan terus membiarkan diriku menjadi karyawan biasa di perusahaan yang dimilikinya. Tentu beliau akan mengangkatku menaiki posisi jabatan yang lebih tinggi dan lebih banyak menghasilkan uang.Tadi malam, bos perusahaan di mana aku bekerja itu juga sudah meneleponku dan memintaku bersedia mengantarkan keponakan cantiknya itu ke luar kota, itu artinya secara tidak langsung, Pak Anton menaruh kepercayaan padaku. Tentu saja ini awal yang baik untuk menjalin hubungan yang lebih serius dengan Sinta.Itu sebabnya, sehabis ini aku berencana akan secepatnya menceraikan Zahra supaya bisa

  • KUSEMBUNYIKAN KEKAYAANKU DARI SUAMI DAN MERTUA   Part 17

    POV ZahraAku menatap gedung pengadilan agama yang tampak menjulang tinggi di depanku. Memantapkan hati, kulangkahkan kaki mengikuti langkah kaki Dina yang berjalan lebih dulu di depanku."Ayo, Ra, kamu udah mantap mau daftarin permohonan gugatan ke pengadilan ini kan?" tanya gadis itu sambil membalikkan badannya dan menatapku.Aku mengangguk.Ya, pagi ini aku memutuskan untuk mendaftarkan gugatan perceraian ke pengadilan agama kota ini. Tekadku sudah bulat, tak ada lagi maaf dan kesempatan untuk Mas Deni lagi.Semuanya sudah usai. Laki-laki itu tak pernah berubah, meski telah berkali-kali kuberikan kesempatan. Jadi inilah akhir kisah pernikahan kami, berpisah demi ketenangan hidup masing-masing.Masuk ruangan pengadilan, aku disambut petugas pendaftaran yang menyambut di pintu masuk."Ada yang bisa dibantu, Mbak?" tanya petugas tersebut padaku."Iya, Pak. Saya mau mendaftarkan gugatan perceraian atas suami saya, Pak.""Oh ya? Sudah bawa persyaratan yang diperlukan?" Petugas itu menat

  • KUSEMBUNYIKAN KEKAYAANKU DARI SUAMI DAN MERTUA   Part 16

    "Gimana, Den? Ketemu sama si Zahra?" tanya ibu begitu aku tiba di rumah.Tak langsung menjawab, kuhempaskan tubuh ke atas sofa tamu lebih dulu lalu menghembuskan nafas kuat-kuat."Ketemu, Bu. Tapi ... Zahra nggak mau pulang," ujarku setengah mengeluh.Batinku memang kecewa bukan main sebab Zahra tak mau lagi diajak pulang ke rumah."Lho, kok nggak mau pulang? Kenapa?" Ibu mengernyitkan alisnya. Terlihat heran dan tak percaya."Dia bilang aku udah tiga kali mengusir dia, Bu. Jadi dia nggak mau lagi terjadi untuk yang ke empat kalinya, makanya nggak mau lagi pulang ke rumah. Dia juga bilang lebih baik fokus mengurus usaha dia yang baru dirintis, timbang jadi istri Deni yang nggak pernah dinafkahi dan selalu dikasari katanya, Bu," jelasku lagi sembari menelan rasa gundah.Perkataan Zahra tentang sikapku selama ini padanya memang membuatku merasa menjadi orang yang paling bodoh di dunia ini. Aku merasa tertampar sekaligus malu. Jika benar itu yang selama ini Zahra rasakan, apa mungkin d

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status