Dendam Sang Bintang

Dendam Sang Bintang

By:  Yully Kawasa   Updated just now
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
Not enough ratings
107Chapters
3.1Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

Pria lemah itu, ternyata seorang pimpinan dunia bawah tanah >>> Bintang Morales kembali dari kematiannya, setelah lima belas tahun menghilang. Dia kembali untuk membalaskan dendam kematian orangtuanya. Menerima tawaran menjadi pimpinan Fierce Spider yang kejam. Hanya untuk menemukan informasi pelaku pembunuh orangtuanya. "Siapa pimpinan baru Fierce Spider? Aku ingin membayar mahal untuk menghancurkan hidup Bintang Morales, sama seperti dia membunuh mental sekaligus keuangan Damian Marley! Benar-benar amazing." 'Bagaimana mungkin? Orang yang ingin dihancurkan dan dikagumi Ekaputra adalah orang yang sama Bintang Morales!' batin Rivaldo gemetar. Bintang juga terjebak ke dalam pernikahan dengan gadis manja dan ceroboh, parahnya usia gadis itu baru 17 tahun. Tanpa Bintang sadari, Fierce Spider, keluarga Lee istrinya, semuanya saling terhubung.

View More
Dendam Sang Bintang Novels Online Free PDF Download

Latest chapter

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments
No Comments
107 Chapters
1. Pembunuhan
SLEP!!! SLEP!!! SLEP!!!Auw ….Jeritan memiluhkan terdengar, ketika pisau badik menancap berulang kali di tubuh pasangan suami istri yang kini tidak berdaya. Darah segar mengalir menghiasi kamar hotel 212.Bintang Morales mengintip dari balik cela kecil. Tangan kanannya membungkam mulut sang adik yang masih berusia lima tahun. Sedangkan kedua kaki Bintang saling menyilang rapi, agar adiknya tidak bisa bergerak. Dia hanya memastikan adiknya bisa bernafas.“Apa kamu yakin kedua anak Morales sudah meninggal?” tanya seorang lelaki tampan, usianya sekitar tigapuluh tahun. “Sudah, Bos.”Lelaki tampan itu menatap sosok yang berdiri didepannya dan bertanya, “Seyakin itukah, kamu? Apa kamu pikir keluarga Morales bisa dihancurkan dengan mudah? Tidak, brengsek!”“Keluarga Morales hanya memiliki dua orang anak, kalau bukan anak keluarga Morales yang meninggal, terus siapa? Bukankah sudah jelas korban kebakaran itu menelan sepuluh korban jiwa? Korban yang termuda berusia sekitar lima tahun, seda
Read more
2. Melarikan diri
Bagi Bintang memutuskan aliran listrik seperti itu, bukanlah hal yang sulit. Ibunya yang seorang pengusaha dan bergerak dibidang listrik sering mengajaknya ke kantor.Di sana Bintang banyak bertanya kepada karyawan yang sedang melakukan uji coba tentang listrik. Karena itulah Bintang tahu bagaimana cara membuat kebakaran melalui jaringan listrik, mengatur jarak, hingga tidak menimbulkan korban.“Kak, apa kita sudah menang? Mami dan Papi mana?”“Pertandingan belum berakhir, masih ada yang harus kita lakukan. Ikuti kakak ya?”Bintang membawa Mentari ke dalam kerumunan orang-orang dan menghilang di antara gang sempit. Melihat segerombolan laki-laki yang mengenakan jas hitam menatap sekeliling, seperti sedang mencari sesuatu. Bintang segera menarik sang adik ke dalam persembunyian dan membungkam mulut sang adik.Walaupun tidak yakin kalau segerombolan lelaki berjas itu adalah penjahat, tapi bagi Bintang sekarang waktunya untuk waspada. Begitu ada kesempatan Bintang langsung mengajak adi
Read more
3. Tinggal di Kota terkejam
Sepuluh tahun kemudian.Bintang dan Mentari kini tinggal di kota yang jauh lebih kejam dari kota asalnya. Di kota itu selalu terjadi pembunuhan, pemerkosaan, pencurian, dan bentuk kejahatan lainnya. Kota di mana polisi tidak bisa tidur dengan tenang, bahkan masyarakat di sana sama sekali tidak takut dengan yang namanya polisi. Balapan liar, turnamen beladiri liar, panjat tebing tanpa pengaman, perkelahian antar warga merupakan hal yang wajar di kota itu. Bagi mereka nyawa bukanlah sesuatu yang berharga.Kota itu terkenal dengan kehidupan mereka yang tidak takut akan hukum, hingga membuat pendatang berpikir dua kali untuk menetap. Namun, berbeda dengan Bintang dan Mentari, mereka justru menyukai tempat itu. Apalagi setelah Mentari tahu kalau orangtuanya telah tiada.Sejak memilih untuk menetap di kota kecil itu, Bintang mengutamakan sekolah Mentari. Dia menyekolahkan Mentari dari hasil ikutan balapan liar, turnamen beladiri liar, bahkan panjat tebing tanpa pengaman dijalani Bintang
Read more
4. Tawaran
“Hebat! Hebat! Beraninya sama lelaki paruh baya, pakai keroyok lagi?! Benar-benar bikin malu anak muda!” cetus Bintang sambil bertepuk tangan, seolah-olah bangga dengan sikap segerombolan orang tak dikenal itu. Sejenak mereka berhenti dan menatap asal suara. Melihat senyuman penuh ejekan dari Bintang, membuat mereka marah dan sebagian menyerang Bintang secara membabi buta.Namun bagi Bintang mereka sama sekali bukanlah tandingannya, dengan mudahnya Bintang memukul mundur orang-orang itu.“Anda tidak apa-apa, Tuan?” tanya Bintang sambil membantu lelaki paruh baya itu berdiri, kemudian menuntunnya ke tepi dan mengobati luka lelaki itu dengan menggunakan obat tradisional. “Apa kamu mengenalku?” tanya lelaki paruh baya itu menatap Bintang.“Apakah menolong orang lain harus saling kenal? Bukankah tidak? Aku tidak tahu kesalahan terletak pada siapa, tapi aku tidak suka melihat mereka mengeroyok, Tuan. Bukankah perkelahian itu tidak seimbang? Mereka ada banyak orang, sedangkan Tuan? Hanya
Read more
5. Rumah incaran Bintang
Sedangkan bagi mereka yang miskin dan tidak punya apa-apa, akan dihina dan dianggap pembawa sial.Istilah yang kaya semakin kaya dan miskin semakin miskin, itu berlaku di kota asalnya. Bahkan hukum pun dikuasai oleh orang berduit.Berbeda di kota tempatnya tumbuh dewasa. Di sana justru sebaliknya, hukum tidak bisa dibayar dengan uang. Karena bagi mereka, merekalah hukumnya. Sogok menyogok tidak berlaku. Kekerasan adalah jawaban.“Sudah dekil, bau amis gini, terus mau menyewa rumah kontrakan ini?” Lelaki itu menunjuk rumah yang ada didepannya. “Kamu jangan bermimpi, brengsek!” umpat lelaki itu kesal.“Apa benar harga sewanya pertahun limapuluh juta?” tanya Bintang tidak mempedulikan hinaan lelaki itu.Mata lelaki itu membulat sempurna dan bertanya, “Apa kamu serius mau menyewa rumah ini?”“Aku serius, Tuan.”Walaupun tidak percaya, tapi lelaki itu memilih mengantar Bintang menemui orangtuanya dan memberitahu maksud kedatangan Bintang ke sana.“Apa? Menyewa rumah kontrakan kita? Kamu j
Read more
6. Apa aku sudah disentuh?
Capter 6‘Sial! Kenapa aku begitu bodoh? Kenapa bisa keceplosan?’ batin lelaki itu kesal.“Deni! Antar dan tunjukkan Bintang setiap sudut rumah yang sudah dikontraknya. Ayah hanya takut kalau nantinya dia tersesat," kata lelaki itu mengalihkan pembicaraan dan langsung meninggalkan Bintang.Bintang hanya menatap kepergian lelaki itu dalam diam. Jelas sekali ada sesuatu yang disembunyikan lelaki itu. Apa maksudnya dengan pembunuhan tragis? Apakah yang menimpa mami dan papi, juga menimpah kakek dan paman? Atau yang dimaksud lelaki tadi itu rumah mami dan papi? Pertanyaan demi pertanyaan muncul dalam benak Bintang.“Ikut aku sekarang!”Suara tegas Deni langsung membuyarkan lamunan Bintang.Tidak mau menimbulkan kecurigaan, Bintang langsung mengikuti langkah kaki Deni menuju rumah yang baru di kontrakannya.Sesampainya di rumah kontrakan, Deni membuka pintu dan melemparkan kunci kearah Bintang. Dengan sigap Bintang menangkapnya.“Tiga puluh lima juta, lengkap dengan fasilitas! Kamu berunt
Read more
7. Rintangan
'Astaga, apa yang harus aku lakukan?' batin Bintang panik, ketika gadis itu tiba-tiba menangis tak terkendali.Bintang yang sama sekali tidak berpengalaman dalam membujuk gadis manja, bingung menghadapi sosok yang ada didepannya.Bukannya prihatin, Bintang justru kesal dan membatin, 'Sial! Kenapa aku harus diperhadapkan dengan gadis manja ini?' Setelah berpikir panjang, akhirnya Bintang mengirim pesan melalui aplikasi hijau pada mentari, adiknya.[Dik, bagaimana cara membujuk gadis yang sedang menangis? Kakak butuh jawaban cepat!][Peluk dia, dan katakan agar dia tidak usah takut, karena kakak bersamanya.] balas Mentari.Sesuai saran Mentari, Bintang memeluk gadis tak dikenal itu. Namun, bukannya tenang tapi gadis itu justru mendorongnya dengan kasar. Matanya yang sembab menatap Bintang, tiba-tiba ....PLAKKK!!!!Bintang mengelus pipinya yang terasa perih akibat tamparan telak dari gadis tak dikenal.Gadis itu berlari meninggalkan Bintang yang kebingungan.Namun, tidak mau terjadi se
Read more
8. Bahayanya Ruangan terakhir
Bintang kembali memperhatikan sekelilingnya, sunyi. Tidak ada seorang pun di sana. Dia sendirian."Untuk apa garis merah ini?" tanya Bintang pada dirinya sendiri, ketika memperhatikan garis merah yang ada didepannya.Ya! Didepan Bintang hanya ada garis merah segi empat, yang jaraknya sekitar 4 meter dari tembok. Di belakangnya juga ada potongan-potongan kayu, pakaian satu set, serbuk putih yang Bintang sendiri tidak tahu fungsinya.Namun, dia yakin semua itu saling berhubungan. Entah kenapa dia lebih tertarik dengan adanya garis merah itu.Pasti ada alasannya jika garis merah ini berada di sini! Tapi apa? Kenapa dalam ruangan segede ini hanya ada garis merah, kayu, pakaian, serbuk putih? Aku yakin semua ini pasti ada fungsinya! Tapi apa? Tidak mau penasaran lebih lama, Bintang langsung saja menyentuh garis merah itu menggunakan jari telunjuknya.Secara refleks, Bintang langsung meloncat mundur. Dia terkejut melihat pemandangan yang ada didepannya.Ya! Di dalam garis merah itu, banyak
Read more
9. Maafkan aku, Bintang!
'Ternyata pilihan kakakku tidak salah, lelaki itu memiliki kemampuan memimpin. Itu jelas terlihat dari caranya yang tidak bertindak gegabah. Kalau seperti ini, aku yakin Bintang mampu melewati ujian mematikan ini!' batin bos besar tanpa senyuman.Kalau bos besar terlihat tenang, tapi tidak demikian dengan dua orang yang bersamanya. Dua orang itu mulai ragu dengan kemampuan Bintang, saat melihat Bintang hanya memperhatikan tanpa ada tindakan selanjutnya.'Panjang benang laser sekitar 25 meter, besarnya benang laser hanya seperti benang jahit. Semua benang laser memiliki warna yang sama, biru.'Setelah memperhatikan secara seksama, Bintang kembali mengambil kayu berbentuk balok, kemudian melangkah kesamping kiri dan melemparnya.Kalau benang laser yang pertama, membela kayu menjadi empat bagian. Berbeda dengan benang laser yang bentuknya lebih pendek, balok itu langsung menjadi serpihan kecil.'Apa mungkin panjang benang laser adalah kuncinya? Karena semakin pendek benang laser, maka k
Read more
10. Selamat dari kematian
Bintang menatap stopwatch digital timer dan membatin, 'Waktuku tinggal empat menit, semoga instingku kali ini tepat.'Bintang langsung saja memasang tangga lipat aluminium. Sebelum menaiki tangga, Bintang melumurkan serbuk putih itu ke tubuhnya."Bintang, apa yang kamu lakukan? Apa kamu mau terjun bebas ke dalam jaring laba-laba itu?" tanya lelaki tua itu terkejut melihat aksi nekat Bintang."Apa aku punya pilihan? Bukankah tidak?" cetus Bintang kesal.'Sepertinya Bintang ditakdirkan untuk memperpendek umurku,' batin lelaki tua itu pasrah.Berlahan tapi pasti, Bintang mulai menaiki tangga. Dia berdiri di atas tangga, matanya menatap jaring laba-laba yang berbentuk benang laser.Bintang kembali menatap stopwatch digital timer yang berjalan mundur, waktunya tinggal beberapa detik saja.Dia langsung mengatur posisi. Tangan kanannya memegang pisau, sedangkan tangan kirinya memegang gunting yang telah membuka.Semua mata terpana, ketika melihat Bintang melompat ke dalam jaring laba-laba.K
Read more
DMCA.com Protection Status