Share

Tiga

Author: Aura_ Aziiz16
last update Last Updated: 2021-10-07 19:15:50

Kusembunyikan Kekayaanku Dari Suami dan Mertua Zalim (3)

 

Mia meraih ponselnya saat benda pipih segi empat itu berbunyi. Sebuah notifikasi pesan w******p tampak bergulir di atas papan layar. Pesan dari admin aplikasi kepenulisan yang sedang ia tekuni saat ini.

 

Berawal dari ketertarikan dirinya saat banyak teman-temannya di dunia maya menceritakan pengalaman mereka saat mereka menuangkan hobi tulis menulis yang dimiliki dengan bergabung di beberapa aplikasi kepenulisan online yang saat ini tengah marak berkembang, Mia pun merasa tertarik dan mulai mengikuti jejak teman-temannya meluapkan hobi di bidang literasi dengan mencoba menulis novel dan mempostingnya di aplikasi menulis online tersebut.

 

Tak disangka keisengan yang berangkat dari hobi tersebut ternyata menghasilkan royalti cukup lumayan. Namun, royalti tersebut memang belum diterima karena ia juga baru satu bulan belakangan ini. Dan hari ini, merupakan hari yang dijadwalkan oleh pihak aplikasi untuk mentransfer royalti penulisnya.

 

Sigap, Mia meraih ponsel dan membuka pesan itu.

 

[Selamat, pembayaran royalti bulan Desember 2021 sebesar lima puluh lima juta tiga ratus empat puluh ribu rupiah telah dibayarkan ke rekening anda. Silahkan cek dan terima kasih untuk kerja samanya. Semangat berkarya untuk menghasilkan tulisan yang lebih bagus lagi ya. Semangat!]

 

Wanita itu tersenyum saat mendapati pesan menggembirakan tersebut. Segera ia membalas dengan ucapan terima kasih lalu menutup aplikasi berwarna hijau di ponselnya dan beralih membuka aplikasi perbankan di layar yang sama.

 

Beberapa hari lalu ia memang sudah mendaftarkan nomor rekeningnya itu agar bisa menggunakan fasilitas mobile banking supaya sewaktu-waktu bisa mengecek saldo rekening tanpa perlu ke atm.

 

Alhamdulillah berhasil. Jadi sekarang ia bisa mengecek melalui ponselnya saat ini juga.

 

Mia membuka ikon mobile banking di layar benda pipih dalam genggamannya, memasukkan identitas dan password lalu meluncur melihat mutasi pada nomor rekeningnya. Dan wanita itu tersenyum kaget sekaligus bahagia saat akhirnya mendapati jumlah yang sama yang barusan diberitahukan pihak admin telah terisi pada nominal jumlah tabungannya.

 

Lima puluh lima juta tiga ratus empat puluh ribu rupiah.

 

Bukan jumlah yang sedikit bagi Mia. Sebaliknya, justru sangat besar. Untuk pendapatan selama satu bulan menulis, baginya jumlah itu di luar target dan ekspektasinya semula. 

 

Allah memang tak membiarkannya kesulitan sendiri menghadapi roda kehidupan yang saat ini sepertinya sedang menguji ketabahan dan kesabarannya. Allah ternyata selalu bersamanya dan mendengar doa-doanya.

 

"Mia ...!" 

 

Mia tersentak kaget saat mendengar panggilan keras dari luar kamar. Suara Bu Rina yang sedang memanggilnya terdengar memekakkan telinga dari arah sana.

 

Wanita itu buru-buru menutup ponsel lalu menyembunyikannya di bawah bantal dan berlari menuju pintu untuk menanggapi panggilan ibu mertuanya.

 

"Ya, Bu. Ada apa?" Mia membuka pintu lalu bertanya pada Bu Rina yang berdiri di depan pintu kamar tanpa sedikitpun senyum di bibir wanita itu.

 

"Kamu ngapain di kamar? Keluar ... belikan ibu dan adik-adikmu bakso di luar."

 

"Baik, Bu. Uangnya, Bu?" Mia mengangguk lalu menengadahkan tangannya meminta uang pada mertuanya tetapi Bu Rina justru melihatnya dengan pandangan kesal.

 

"Dasar menantu miskin! Dari tiga menantu cuma kamu yang nggak pernah bisa menyenangkan mertua. Beliiin bakso aja nggak sanggup. Dasar orang miskin, heran kok bisa-bisanya Azmi milih kamu jadi istri! Benar-benar salah pilih! Nih, belikan bakso tiga! Kamu nggak usah, makan yang ada di dapur aja nanti, kuah sisa soto tadi siang kan masih ada!" sergah Bu Rina sembari tak urung menyerahkan selembar uang berwarna biru pada Mia.

 

Mendengar ucapan sang mertua, batin Mia rasanya kembali tergores sakit. Betapa pedih penghinaan yang harus ia dengar terus menerus dari mulut wanita di depannya itu. Namun, ia berusaha sabar menekan emosi di hatinya yang sesaat bangkit.

 

Biarlah ia diam dan mengalah. Toh, kenyataannya, saat ini ia bukanlah menantu miskin. Dalam tabungannya sekarang telah terisi nominal uang yang tidak sedikit. Bisa digunakan untuk mentraktir makan bakso orang satu kampung kalau ia mau.

 

"Baik, Bu. Aku permisi dulu. Sebentar aku ambil jilbab dulu ya, Bu."

 

Mia berbalik lalu masuk ke kamar, sementara sang mertua hanya mendengkus kesal.

 

"Ingat, beli tiga aja! Kamu nggak usah minta! Balik duitnya dua puluh ribu! Jangan lupa!"

 

"Baik, Bu."

 

Mia masuk kamar, mengambil jilbab dan memasangnya di kepala. Lalu mengambil kartu ATM yang ia simpan di bawah tumpukan baju dalaman miliknya agar tidak diketahui siapa pun juga dan beranjak ke luar kamar.

 

Setelah itu dengan mengendarai roda dua miliknya yang ia beli sebelum menikah dengan Azmi, wanita itu pun menuju ke pasar dengan beberapa rencana yang sudah ada dalam benaknya.

 

Note : Maaf kalau babnya pendek ya. Insyaallah untuk bab yang dikunci akan dipanjangkan. Thanks.

Kusembunyikan Kekayaanku Dari Suami dan Mertua Zalim (3)

 

Mia meraih ponselnya saat benda pipih segi empat itu berbunyi. Sebuah notifikasi pesan w******p tampak bergulir di atas papan layar. Pesan dari admin aplikasi kepenulisan yang sedang ia tekuni saat ini.

 

Berawal dari ketertarikan dirinya saat banyak teman-temannya di dunia maya menceritakan pengalaman mereka saat mereka menuangkan hobi tulis menulis yang dimiliki dengan bergabung di beberapa aplikasi kepenulisan online yang saat ini tengah marak berkembang, Mia pun merasa tertarik dan mulai mengikuti jejak teman-temannya meluapkan hobi di bidang literasi dengan mencoba menulis novel dan mempostingnya di aplikasi menulis online tersebut.

 

Tak disangka keisengan yang berangkat dari hobi tersebut ternyata menghasilkan royalti cukup lumayan. Namun, royalti tersebut memang belum diterima karena ia juga baru satu bulan belakangan ini. Dan hari ini, merupakan hari yang dijadwalkan oleh pihak aplikasi untuk mentransfer royalti penulisnya.

 

Sigap, Mia meraih ponsel dan membuka pesan itu.

 

[Selamat, pembayaran royalti bulan Desember 2021 sebesar lima puluh lima juta tiga ratus empat puluh ribu rupiah telah dibayarkan ke rekening anda. Silahkan cek dan terima kasih untuk kerja samanya. Semangat berkarya untuk menghasilkan tulisan yang lebih bagus lagi ya. Semangat!]

 

Wanita itu tersenyum saat mendapati pesan menggembirakan tersebut. Segera ia membalas dengan ucapan terima kasih lalu menutup aplikasi berwarna hijau di ponselnya dan beralih membuka aplikasi perbankan di layar yang sama.

 

Beberapa hari lalu ia memang sudah mendaftarkan nomor rekeningnya itu agar bisa menggunakan fasilitas mobile banking supaya sewaktu-waktu bisa mengecek saldo rekening tanpa perlu ke atm.

 

Alhamdulillah berhasil. Jadi sekarang ia bisa mengecek melalui ponselnya saat ini juga.

 

Mia membuka ikon mobile banking di layar benda pipih dalam genggamannya, memasukkan identitas dan password lalu meluncur melihat mutasi pada nomor rekeningnya. Dan wanita itu tersenyum kaget sekaligus bahagia saat akhirnya mendapati jumlah yang sama yang barusan diberitahukan pihak admin telah terisi pada nominal jumlah tabungannya.

 

Lima puluh lima juta tiga ratus empat puluh ribu rupiah.

 

Bukan jumlah yang sedikit bagi Mia. Sebaliknya, justru sangat besar. Untuk pendapatan selama satu bulan menulis, baginya jumlah itu di luar target dan ekspektasinya semula. 

 

Allah memang tak membiarkannya kesulitan sendiri menghadapi roda kehidupan yang saat ini sepertinya sedang menguji ketabahan dan kesabarannya. Allah ternyata selalu bersamanya dan mendengar doa-doanya.

 

"Mia ...!" 

 

Mia tersentak kaget saat mendengar panggilan keras dari luar kamar. Suara Bu Rina yang sedang memanggilnya terdengar memekakkan telinga dari arah sana.

 

Wanita itu buru-buru menutup ponsel lalu menyembunyikannya di bawah bantal dan berlari menuju pintu untuk menanggapi panggilan ibu mertuanya.

 

"Ya, Bu. Ada apa?" Mia membuka pintu lalu bertanya pada Bu Rina yang berdiri di depan pintu kamar tanpa sedikitpun senyum di bibir wanita itu.

 

"Kamu ngapain di kamar? Keluar ... belikan ibu dan adik-adikmu bakso di luar."

 

"Baik, Bu. Uangnya, Bu?" Mia mengangguk lalu menengadahkan tangannya meminta uang pada mertuanya tetapi Bu Rina justru melihatnya dengan pandangan kesal.

 

"Dasar menantu miskin! Dari tiga menantu cuma kamu yang nggak pernah bisa menyenangkan mertua. Beliiin bakso aja nggak sanggup. Dasar orang miskin, heran kok bisa-bisanya Azmi milih kamu jadi istri! Benar-benar salah pilih! Nih, belikan bakso tiga! Kamu nggak usah, makan yang ada di dapur aja nanti, kuah sisa soto tadi siang kan masih ada!" sergah Bu Rina sembari tak urung menyerahkan selembar uang berwarna biru pada Mia.

 

Mendengar ucapan sang mertua, batin Mia rasanya kembali tergores sakit. Betapa pedih penghinaan yang harus ia dengar terus menerus dari mulut wanita di depannya itu. Namun, ia berusaha sabar menekan emosi di hatinya yang sesaat bangkit.

 

Biarlah ia diam dan mengalah. Toh, kenyataannya, saat ini ia bukanlah menantu miskin. Dalam tabungannya sekarang telah terisi nominal uang yang tidak sedikit. Bisa digunakan untuk mentraktir makan bakso orang satu kampung kalau ia mau.

 

"Baik, Bu. Aku permisi dulu. Sebentar aku ambil jilbab dulu ya, Bu."

 

Mia berbalik lalu masuk ke kamar, sementara sang mertua hanya mendengkus kesal.

 

"Ingat, beli tiga aja! Kamu nggak usah minta! Balik duitnya dua puluh ribu! Jangan lupa!"

 

"Baik, Bu."

 

Mia masuk kamar, mengambil jilbab dan memasangnya di kepala. Lalu mengambil kartu ATM yang ia simpan di bawah tumpukan baju dalaman miliknya agar tidak diketahui siapa pun juga dan beranjak ke luar kamar.

 

Setelah itu dengan mengendarai roda dua miliknya yang ia beli sebelum menikah dengan Azmi, wanita itu pun menuju ke pasar dengan beberapa rencana yang sudah ada dalam benaknya.

 

Note : Maaf kalau babnya pendek ya. Insyaallah untuk bab yang dikunci akan dipanjangkan. Thanks.

 

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (12)
goodnovel comment avatar
Rizky9310995386
kenapa bab 2 di ulang ke bab 3 ?
goodnovel comment avatar
Sarti Patimuan
Mia mendingan minta cerai saja
goodnovel comment avatar
Esti Wiryawati
memancing emosi
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • KUSEMBUNYIKAN KEKAYAANKU DARI SUAMI DAN MERTUA   Part 24 (Ending sesion 2)

    POV DeniHari ini akhirnya aku mendapatkan juga promosi naik jabatan dari seorang staf menjadi kepala divisi. Entah aku harus senang atau tidak, karena aku sendiri masih ragu-ragu apakah posisi ini nantinya akan dapat membuatku hidup lebih baik atau tidak. Tapi meskipun begitu, aku tetap berusaha memupuk harapan terbaik, semoga suatu saat keapesan dan kesialanku ini akan segera berakhir.Pagi tadi promosi jabatanku telah dilaksanakan dan hari ini kedudukanku telah resmi menjadi seorang atasan di divisi yang aku pimpin.Ahmad yang tadinya merupakan rekan sejawatku, sekarang telah menjadi bawahanku begitu pun Sinta, sekarang menjadi stafku. Meski demikian, di rumah aku tetaplah suami yang harus patuh atas semua kendalinya. Sebab, bagaimanapun juga ialah pemegang kunci kendali atas hidupku sebab adanya perjanjian sialan mengenai hutang mahar yang mencekik leher itu.Ah, andai aku tahu menikahi ponakan direktur ternyata membuat hidupku jadi sengsara begini, mungkin lebih baik aku menduda

  • KUSEMBUNYIKAN KEKAYAANKU DARI SUAMI DAN MERTUA   Part 23

    POV Deni"Bu, ini uang buat ibu. Maaf Deni baru bisa kasih segini karena ... karena Deni harus bayar hutang ke Pak Anton dulu, Bu. Maafkan Deni ya, Bu tapi Deni janji Deni akan usahakan untuk menambah uang ke ibu nanti. Deni mau banyakin lembur biar bisa ngasih uang ke ibu lagi ya, Bu," ujarku sambil menyerahkan uang pemberian Sinta pada ibu yang menerima dengan mata tidak percaya.Dua ratus ribu pastilah jumlah yang sangat sedikit buat ibu karena biasanya jatah bulanan beliau adalah empat juta rupiah."Kok bisa-bisanya sih, Den kamu cuma dikasih segini sama Sinta? Apa ibu bilang, nggak usah dekati perempuan itu lagi. Tapi kamu ngeyel, begini kan jadinya!" Ibu menghela nafas panjang sambil memanyunkan bibirnya. Tatapan kecewa tampak jelas dalam rona matanya.Aku pun ikut menghembuskan nafas. Dadaku terasa sakit dan sesak. Sialan, Sinta, gara-gara rayuannya untuk menggelar pesta mewah dan uang mahar yang tidak sedikit, sekarang aku harus terjerat hutang pada Pak Anton. Benar-benar meny

  • KUSEMBUNYIKAN KEKAYAANKU DARI SUAMI DAN MERTUA   Part 22

    POV Deni"Den, mana jatah bulanan buat ibu? Kamu udah gajian bulan ini kan? Hari ini kan tanggal satu?" tanya ibu saat aku menyempatkan pulang sore hari.Niatku pulang, ingin bertanya pada ibu, barangkali masih punya sedikit sisa uang untuk pegangan tangan karena amplop gaji sudah di tangan Sinta dan dikuasainya. Sementara ia belum memberiku uang untuk transportasi karena katanya belum sempat ketemu Om Anton dan membicarakan berapa nominal sisa gaji yang bisa diberikan padaku sebab aku harus mulai mencicil hutang pada Om-nya itu."Nanti ya, Bu. Uang gajiku masih dipegang Sinta, soalnya Deni kan harus membayar hutang mahar kemarin. Ini aja Deni malah mau pinjam uang dari ibu buat dipake menjelang Sinta ngasih uang ke Deni. Ibu masih ada tabungan nggak?" tanyaku dengan suara tak enak. Tapi mau bagaimana lagi, sudah terlanjur basah. Pernikahan dengan Sinta sudah terlanjur terjadi. Tak mungkin dibatalkan hanya karena hal ini. Lagi pula aku sudah terlanjur teken perjanjian pinjam uang pad

  • KUSEMBUNYIKAN KEKAYAANKU DARI SUAMI DAN MERTUA   Part 21

    POV DeniHari ini pernikahanku dengan Sinta akhirnya digelar. Gedung pernikahan yang disewa Pak Anton terlihat meriah meski tak semewah seperti yang ada dalam pikiranku. Ya, barangkali saja Pak Anton menurunkan budget pesta pernikahan kami ini. Selain karena efek pandemi Corona masih melanda tanah air sehingga orang-orang belum begitu nyaman mendatangi keramaian. Mungkin hal itu juga bertujuan supaya hutangku tak terlalu banyak dan membengkak. Baguslah, jadi aku tak perlu terjerat terlalu lama dalam kubangan hutang pada bos perusahaan itu.Sebenarnya aku sendiri menginginkan pernikahan kecil-kecilan saja. Selain demi menghemat biaya, tujuan pernikahanku dengan Sinta memang bukan semata-mata untuk menjadikannya istri atau membuatnya merasa senang dan tersanjung sebagai istriku, tetapi karena aku sendiri juga menginginkan kehidupan yang lebih baik bila menjadi suaminya.Itu sebabnya aku tak terlalu antusias saat keluarga besar Sinta menginginkan sebuah hajatan besar sementara aku just

  • KUSEMBUNYIKAN KEKAYAANKU DARI SUAMI DAN MERTUA   Part 20

    POV Deni"Gimana, Sin? Udah ngomong belum sama Om Anton? Diizinkan nggak kamu menikah sama mas?" tanyaku tak sabar saat keesokan harinya sampai di kantor dan kembali bertemu dengan pujaan hati yang hari ini terlihat semakin cantik saja itu.Semalam aku sudah menanyakan berulang kali melalui pesan whatsapp, tetapi gadis itu menyatakan akan menjawabnya besok pagi di kantor sebab malam tadi masih harus bicara panjang lebar dengan Om-nya dan merenungkan segala sesuatunya.Jadilah pagi aku baru bisa kembali menanyakannya pada Sinta."Sabar dong, Mas. Kenapa sih kamu buru-buru banget pengen tahu? Emang udah benar-benar nggak sabar ya?" ujar Sinta balik bertanya, membuatku gemas dan refleks mencubit pangkal hidupnya yang bangir.Untung saja kantor masih sepi jadi aksiku tak sempat dilihat rekan kerja yang lain."Ish, Mas Deni usil banget sih, ah!" Sinta pura-pura merajuk sambil memegangi puncak hidungnya yang memerah. Aku hanya tertawa dan kali ini ganti mengacak gemas rambutnya."Makanya, j

  • KUSEMBUNYIKAN KEKAYAANKU DARI SUAMI DAN MERTUA   Part 19

    POV Deni"Beneran mas kamu sudah cerai?" tanya Sinta dengan bola mata membulat.Aku menganggukkan kepala mendengar pertanyaannya."Benar dong, Sin. Kenapa? Mau daftar jadi pendamping hidup mas yang baru ?" tanyaku sambil melempar pandangan penuh arti ke arahnya.Melihat tatapanku, Sinta menunduk dan tampak tersipu malu."Ah, Mas Deni bisa aja. Tapi omong-omong kenapa sih mas kalian bisa bercerai?" tanyanya.Aku pura-pura menghembuskan nafas berat."Dia itu sebagai istri nggak bisa patuh dan taat sama suami, Sin. Jadi ya terpaksa mas ceraikan lah," sahutku beralasan."Maksudnya? Kenapa mantan istri mas nggak bisa taat? Mas ngasih nafkah ke dia nggak? Mas nggak lalai dari tanggung jawab sebagai seorang suami bukan? Karena biasanya perempuan yang suka nggak mau patuh sama suami itu karena nggak dinafkahi dengan baik, Mas?" tanyanya beruntun dan terdengar serius, membuatku sedikit terganggu dan tak nyaman. Kok bisa sih dia tahu masalah rumah tanggaku dengan Zahra yang sebenarnya?Namun, s

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status