Share

Tiga

Kusembunyikan Kekayaanku Dari Suami dan Mertua Zalim (3)

 

Mia meraih ponselnya saat benda pipih segi empat itu berbunyi. Sebuah notifikasi pesan w******p tampak bergulir di atas papan layar. Pesan dari admin aplikasi kepenulisan yang sedang ia tekuni saat ini.

 

Berawal dari ketertarikan dirinya saat banyak teman-temannya di dunia maya menceritakan pengalaman mereka saat mereka menuangkan hobi tulis menulis yang dimiliki dengan bergabung di beberapa aplikasi kepenulisan online yang saat ini tengah marak berkembang, Mia pun merasa tertarik dan mulai mengikuti jejak teman-temannya meluapkan hobi di bidang literasi dengan mencoba menulis novel dan mempostingnya di aplikasi menulis online tersebut.

 

Tak disangka keisengan yang berangkat dari hobi tersebut ternyata menghasilkan royalti cukup lumayan. Namun, royalti tersebut memang belum diterima karena ia juga baru satu bulan belakangan ini. Dan hari ini, merupakan hari yang dijadwalkan oleh pihak aplikasi untuk mentransfer royalti penulisnya.

 

Sigap, Mia meraih ponsel dan membuka pesan itu.

 

[Selamat, pembayaran royalti bulan Desember 2021 sebesar lima puluh lima juta tiga ratus empat puluh ribu rupiah telah dibayarkan ke rekening anda. Silahkan cek dan terima kasih untuk kerja samanya. Semangat berkarya untuk menghasilkan tulisan yang lebih bagus lagi ya. Semangat!]

 

Wanita itu tersenyum saat mendapati pesan menggembirakan tersebut. Segera ia membalas dengan ucapan terima kasih lalu menutup aplikasi berwarna hijau di ponselnya dan beralih membuka aplikasi perbankan di layar yang sama.

 

Beberapa hari lalu ia memang sudah mendaftarkan nomor rekeningnya itu agar bisa menggunakan fasilitas mobile banking supaya sewaktu-waktu bisa mengecek saldo rekening tanpa perlu ke atm.

 

Alhamdulillah berhasil. Jadi sekarang ia bisa mengecek melalui ponselnya saat ini juga.

 

Mia membuka ikon mobile banking di layar benda pipih dalam genggamannya, memasukkan identitas dan password lalu meluncur melihat mutasi pada nomor rekeningnya. Dan wanita itu tersenyum kaget sekaligus bahagia saat akhirnya mendapati jumlah yang sama yang barusan diberitahukan pihak admin telah terisi pada nominal jumlah tabungannya.

 

Lima puluh lima juta tiga ratus empat puluh ribu rupiah.

 

Bukan jumlah yang sedikit bagi Mia. Sebaliknya, justru sangat besar. Untuk pendapatan selama satu bulan menulis, baginya jumlah itu di luar target dan ekspektasinya semula. 

 

Allah memang tak membiarkannya kesulitan sendiri menghadapi roda kehidupan yang saat ini sepertinya sedang menguji ketabahan dan kesabarannya. Allah ternyata selalu bersamanya dan mendengar doa-doanya.

 

"Mia ...!" 

 

Mia tersentak kaget saat mendengar panggilan keras dari luar kamar. Suara Bu Rina yang sedang memanggilnya terdengar memekakkan telinga dari arah sana.

 

Wanita itu buru-buru menutup ponsel lalu menyembunyikannya di bawah bantal dan berlari menuju pintu untuk menanggapi panggilan ibu mertuanya.

 

"Ya, Bu. Ada apa?" Mia membuka pintu lalu bertanya pada Bu Rina yang berdiri di depan pintu kamar tanpa sedikitpun senyum di bibir wanita itu.

 

"Kamu ngapain di kamar? Keluar ... belikan ibu dan adik-adikmu bakso di luar."

 

"Baik, Bu. Uangnya, Bu?" Mia mengangguk lalu menengadahkan tangannya meminta uang pada mertuanya tetapi Bu Rina justru melihatnya dengan pandangan kesal.

 

"Dasar menantu miskin! Dari tiga menantu cuma kamu yang nggak pernah bisa menyenangkan mertua. Beliiin bakso aja nggak sanggup. Dasar orang miskin, heran kok bisa-bisanya Azmi milih kamu jadi istri! Benar-benar salah pilih! Nih, belikan bakso tiga! Kamu nggak usah, makan yang ada di dapur aja nanti, kuah sisa soto tadi siang kan masih ada!" sergah Bu Rina sembari tak urung menyerahkan selembar uang berwarna biru pada Mia.

 

Mendengar ucapan sang mertua, batin Mia rasanya kembali tergores sakit. Betapa pedih penghinaan yang harus ia dengar terus menerus dari mulut wanita di depannya itu. Namun, ia berusaha sabar menekan emosi di hatinya yang sesaat bangkit.

 

Biarlah ia diam dan mengalah. Toh, kenyataannya, saat ini ia bukanlah menantu miskin. Dalam tabungannya sekarang telah terisi nominal uang yang tidak sedikit. Bisa digunakan untuk mentraktir makan bakso orang satu kampung kalau ia mau.

 

"Baik, Bu. Aku permisi dulu. Sebentar aku ambil jilbab dulu ya, Bu."

 

Mia berbalik lalu masuk ke kamar, sementara sang mertua hanya mendengkus kesal.

 

"Ingat, beli tiga aja! Kamu nggak usah minta! Balik duitnya dua puluh ribu! Jangan lupa!"

 

"Baik, Bu."

 

Mia masuk kamar, mengambil jilbab dan memasangnya di kepala. Lalu mengambil kartu ATM yang ia simpan di bawah tumpukan baju dalaman miliknya agar tidak diketahui siapa pun juga dan beranjak ke luar kamar.

 

Setelah itu dengan mengendarai roda dua miliknya yang ia beli sebelum menikah dengan Azmi, wanita itu pun menuju ke pasar dengan beberapa rencana yang sudah ada dalam benaknya.

 

Note : Maaf kalau babnya pendek ya. Insyaallah untuk bab yang dikunci akan dipanjangkan. Thanks.

Kusembunyikan Kekayaanku Dari Suami dan Mertua Zalim (3)

 

Mia meraih ponselnya saat benda pipih segi empat itu berbunyi. Sebuah notifikasi pesan w******p tampak bergulir di atas papan layar. Pesan dari admin aplikasi kepenulisan yang sedang ia tekuni saat ini.

 

Berawal dari ketertarikan dirinya saat banyak teman-temannya di dunia maya menceritakan pengalaman mereka saat mereka menuangkan hobi tulis menulis yang dimiliki dengan bergabung di beberapa aplikasi kepenulisan online yang saat ini tengah marak berkembang, Mia pun merasa tertarik dan mulai mengikuti jejak teman-temannya meluapkan hobi di bidang literasi dengan mencoba menulis novel dan mempostingnya di aplikasi menulis online tersebut.

 

Tak disangka keisengan yang berangkat dari hobi tersebut ternyata menghasilkan royalti cukup lumayan. Namun, royalti tersebut memang belum diterima karena ia juga baru satu bulan belakangan ini. Dan hari ini, merupakan hari yang dijadwalkan oleh pihak aplikasi untuk mentransfer royalti penulisnya.

 

Sigap, Mia meraih ponsel dan membuka pesan itu.

 

[Selamat, pembayaran royalti bulan Desember 2021 sebesar lima puluh lima juta tiga ratus empat puluh ribu rupiah telah dibayarkan ke rekening anda. Silahkan cek dan terima kasih untuk kerja samanya. Semangat berkarya untuk menghasilkan tulisan yang lebih bagus lagi ya. Semangat!]

 

Wanita itu tersenyum saat mendapati pesan menggembirakan tersebut. Segera ia membalas dengan ucapan terima kasih lalu menutup aplikasi berwarna hijau di ponselnya dan beralih membuka aplikasi perbankan di layar yang sama.

 

Beberapa hari lalu ia memang sudah mendaftarkan nomor rekeningnya itu agar bisa menggunakan fasilitas mobile banking supaya sewaktu-waktu bisa mengecek saldo rekening tanpa perlu ke atm.

 

Alhamdulillah berhasil. Jadi sekarang ia bisa mengecek melalui ponselnya saat ini juga.

 

Mia membuka ikon mobile banking di layar benda pipih dalam genggamannya, memasukkan identitas dan password lalu meluncur melihat mutasi pada nomor rekeningnya. Dan wanita itu tersenyum kaget sekaligus bahagia saat akhirnya mendapati jumlah yang sama yang barusan diberitahukan pihak admin telah terisi pada nominal jumlah tabungannya.

 

Lima puluh lima juta tiga ratus empat puluh ribu rupiah.

 

Bukan jumlah yang sedikit bagi Mia. Sebaliknya, justru sangat besar. Untuk pendapatan selama satu bulan menulis, baginya jumlah itu di luar target dan ekspektasinya semula. 

 

Allah memang tak membiarkannya kesulitan sendiri menghadapi roda kehidupan yang saat ini sepertinya sedang menguji ketabahan dan kesabarannya. Allah ternyata selalu bersamanya dan mendengar doa-doanya.

 

"Mia ...!" 

 

Mia tersentak kaget saat mendengar panggilan keras dari luar kamar. Suara Bu Rina yang sedang memanggilnya terdengar memekakkan telinga dari arah sana.

 

Wanita itu buru-buru menutup ponsel lalu menyembunyikannya di bawah bantal dan berlari menuju pintu untuk menanggapi panggilan ibu mertuanya.

 

"Ya, Bu. Ada apa?" Mia membuka pintu lalu bertanya pada Bu Rina yang berdiri di depan pintu kamar tanpa sedikitpun senyum di bibir wanita itu.

 

"Kamu ngapain di kamar? Keluar ... belikan ibu dan adik-adikmu bakso di luar."

 

"Baik, Bu. Uangnya, Bu?" Mia mengangguk lalu menengadahkan tangannya meminta uang pada mertuanya tetapi Bu Rina justru melihatnya dengan pandangan kesal.

 

"Dasar menantu miskin! Dari tiga menantu cuma kamu yang nggak pernah bisa menyenangkan mertua. Beliiin bakso aja nggak sanggup. Dasar orang miskin, heran kok bisa-bisanya Azmi milih kamu jadi istri! Benar-benar salah pilih! Nih, belikan bakso tiga! Kamu nggak usah, makan yang ada di dapur aja nanti, kuah sisa soto tadi siang kan masih ada!" sergah Bu Rina sembari tak urung menyerahkan selembar uang berwarna biru pada Mia.

 

Mendengar ucapan sang mertua, batin Mia rasanya kembali tergores sakit. Betapa pedih penghinaan yang harus ia dengar terus menerus dari mulut wanita di depannya itu. Namun, ia berusaha sabar menekan emosi di hatinya yang sesaat bangkit.

 

Biarlah ia diam dan mengalah. Toh, kenyataannya, saat ini ia bukanlah menantu miskin. Dalam tabungannya sekarang telah terisi nominal uang yang tidak sedikit. Bisa digunakan untuk mentraktir makan bakso orang satu kampung kalau ia mau.

 

"Baik, Bu. Aku permisi dulu. Sebentar aku ambil jilbab dulu ya, Bu."

 

Mia berbalik lalu masuk ke kamar, sementara sang mertua hanya mendengkus kesal.

 

"Ingat, beli tiga aja! Kamu nggak usah minta! Balik duitnya dua puluh ribu! Jangan lupa!"

 

"Baik, Bu."

 

Mia masuk kamar, mengambil jilbab dan memasangnya di kepala. Lalu mengambil kartu ATM yang ia simpan di bawah tumpukan baju dalaman miliknya agar tidak diketahui siapa pun juga dan beranjak ke luar kamar.

 

Setelah itu dengan mengendarai roda dua miliknya yang ia beli sebelum menikah dengan Azmi, wanita itu pun menuju ke pasar dengan beberapa rencana yang sudah ada dalam benaknya.

 

Note : Maaf kalau babnya pendek ya. Insyaallah untuk bab yang dikunci akan dipanjangkan. Thanks.

 

Comments (11)
goodnovel comment avatar
Sarti Patimuan
Mia mendingan minta cerai saja
goodnovel comment avatar
Esti Wiryawati
memancing emosi
goodnovel comment avatar
Zaitun Mamat
kenapa ceritanya berulang ulang. aduh bikin mood ke laut
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status